Februari, 2019.
Akhir-akhir ini Lucy merasa aneh karena kekasihnya jarang mengabari dia. Iya, Lucy memiliki kekasih. Dia backstreet dan menyembunyikannya dari anak CABUT.
Lucy melirik ponselnya. Menunggu balasan dari Saddam, lelaki yang menemani dia sejak awal masuk SMA dan salah satu orang yang mengetahui hubungan Lucy dengan kekasihnya.
"Cy! Itu Bu Mirna liatin lo terus bego," bisik Helen.
"Iya, tau gue."
"Lucy! Kamu itu diperhatikan dari tadi main hape terus. Sekarang malah mengobrol dengan Helen. Keluar dari kelas sampai pelajaran saya selesai!" bentak Bu Mirna.
Lucy pergi meninggalkan kelas. Dia berjalan ke arah lapangan, dekat dengan kelas Saddam. Dia mengintip sedikit dari jendela ke arah kelas Saddam.
"Kalian tuh ya, lihat dong dari teman kalian. Ucup gak pernah masuk sekolah kan? Iya memang nilai bisa di remed, tapi kehadiran bisa?" tanya Bu Indah.
"Bisa bu!"
"Iya bisa, tahun depan!"
"Lah bu? Ngulang dong!" protes Saddam.
"Ya memang! Terus kalian juga jangan terlambat dong kalau ke sekolah. Kayak kakak kelas kalian, kelas dua belas. Udah tau TO malah terlambat," jelas Bu Indah.
Anak XI-IPS 3 hanya mengangguk saja. Ada juga yang menguap karena bosan dan ada juga yang mencoret-coret belakang buku B.Indonesianya.
"Bu!" panggil Hema.
"Iya, ada apa?" tanya Bu Indah.
Hema berdeham. "Gini bu, kelas dua belas kan TO. Kenapa kelas sebelas dan kelas sepuluh tidak libur ya bu?"
"Ya ngapain libur?! Kan yang TO ada ruangannya sendiri di lab komputer lantai tiga. Gak ganggu kan? Ya kalau mau libur kamu saja sendiri libur."
"Ah mbung! Ngke dialfakeun," jawab Hema sambil tertawa. (Ah gamau! Nanti di alfa-in.)
Saddam memukul pelan tangan Hema. "Pinter anjir, Hem!"
Lucy menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran dengan kelakuan anak IPS apalagi Hema dan Saddam. Dia memilih pergi dari depan kelas dan duduk di bangku pinggir lapangan.
"Cy," panggil seseorang.
Lucy menoleh. "Iya, kenapa?"
"Gue temennya Binta. Dia pengen ketemu lo nanti sore di kafe deket komplek lo," ucapnya.
"Oke."
Perempuan itu tersenyum. "Oh iya, cuman berdua aja. Lo sama Binta. Btw, gue Nancy."
"Lo udah tau siapa gue kan," jawab Lucy.
"Haha. Oh iya, gue mau nanya."
Lucy menoleh. "Apaan?"
"Hema masih jomblo 'kan? Gue suka sama dia soalnya."
Tanpa mereka sadari. Ada dua orang yang menguping pembicaraan mereka. Saddam dan Hema.
"Anjir anjir. Gue suka sama ayang Sesel, si bule judes. Terus gue disuka sama Nancy, si bule feminim. Gimana nih?!" tanya Hema panik.
"Anying rusuh goblok!"
Hema masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Pilih Selinne atau Nancy, haha dasar kardus.
"Hem, bilangin anak yang lain. Gak bisa ikut kumpul gue nanti sore."
Hema terkejut karena ucapan Saddam yang terlewat serius. Tidak biasanya Saddam seserius ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Teen FictionKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur