25. waktu yang tepat

693 96 12
                                    

Seminggu setelah lebaran, anak CABS KUY menyempatkan diri untuk berkumpul di warung Bu Iis. Sekalian silaturahmi dengan Bu Iis dan suaminya.

Katanya, Bu Iis sedang mengandung anak keduanya, jadi semua anak CABS KUY disuruh datang ke warung Bu Iis untuk makan bersama. Awalnya akan dilaksanakan di rumah Bu Iis, tetapi mereka semua menolak karena tidak enak dengan keluarganya yang lain.

Pukul empat sore semua sudah berkumpul di Warung Bu Iis. Ruangan di warung tidak seperti warung biasa. Cukup besar dan ada sofa di ujung ruangan.

Saddam yang kepo mengapa warung ini cukup besar akhirnya menanyakan kepada Bu Iis yang sedang menyiapkan minuman.

"Bu, bangunan segede gini kok dijadiin warung sih? Padahal cukup besar untuk dijadiin kafe loh bu," ucap Saddam.

Yang lain mengangguk setuju. Bu Iis hanya tertawa mendengar ucapan Saddam.

"Pa, ditanyain tuh kenapa," ucap Bu Iis kepada suaminya, Suharyo.

"Ya gimana, saya udah buka restoran dimana-mana. Jadi warung aja cukup, kalau dijadiin kafe kalian pasti gak bisa ngutang."

Penjelasan dari Pak Suharyo membuat semua anak CABS KUY melongo. Tetapi tidak dengan Ghiffar, dia hanya tersenyum.

"Wow, rich man!" seru Ghiffar.

Bu Iis hanya tertawa mendengar itu. Yang lain hanya menggelengkan kepala karena tak percaya.

"Aku tak menyangka," celetuk Hema.

"Iya lah, orang lo ngutang mulu," sindir Jave.

Hema mendelik. "Ngaca."

"Ganteng."

"Sudah, karena kalian banyak yang ngutang. Ibu gak akan nagih lagi, anggap aja THR dari ibu ya," ucap Bu Iis.

"ALHAMDULILLAH!" teriak mereka bersamaan.

"Jangan nagih utang saya lewat Shilla lagi ya bu," ucap Alaska.

"Idih!"

"Hutang gue banyak banget, berarti THR gue dapet banyak dong?" gumam Hema.

"BU KALAU HEMA NGUTANG LAGI JANGAN DIKASIH!" teriak Jave.

"SETUJU!" teriak anak lelaki berbarengan.

"KOK GITU?"

"HUTANG LO UDAH BANYAK YANG KEMARIN!"

"YA BIARIN DONG?"

"GAK BISA!"

Embun memandang sinis Hema dan Jave. "Bacot."

Samuel menepuk tangan Embun. "Bahasamu."

"BUCIIIN!" teriak anak CABS KUY serempak.

Ghiffar tertawa. "Bucin gue pindah ke si Samuel."

"Masa? Kok kalau lagi chatting masih bucin sama aku?" sindir Helen.

"Ssstt, rahasia sayang."

"Ew!" ejek Lucy.

"Kenapa yang? Mau juga?" tanya Saddam.

"Gak banget."

"IH RAFKA! POCKY GUE KENAPA DI MAKAN SEMUA SIH?" teriak Nindy.

"APA SIH KALENG ROMBENG? BERISIK BANGET!" balas Rafka, sama sama teriak.

"DIH? KALIAN BERDUA KOK BERISIK KAYAK PETASAN!" teriak Dante yang baru saja datang.

"SADAR DIRI LO JUGA TERIAK!"

"Diem.Atau.Gue.Mutilasi.Dijadiin.Makanan.Hiu!" ancam Embun penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Jave dan Hema yang melihat itu hanya tertawa. Memang sih mereka berdua itu receh.

Cabut | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang