29. pangandaran (1/2)

655 90 18
                                    

Shilla memajukan bibir bawahnya. Mendelik kesal kepada Aldira yang sudah tertawa karenanya.

Javier yang duduk dibelakang mereka hanya menggelengkan kepalanya saja. Dia mencolek bahu Alaska, memberi kode.

Alaska berdiri, dan Javier yang semula duduk di kursi dekat jendela pindah ke kursi yang tadi Alaska tempati. Sementara itu, Alaska menarik Shilla yang duduk di kursi depannya. Menyuruh pindah ke kursi belakang.

"Ngapain lo?"

"Ck, pindah aja napasih."

Shilla semakin kesal, dia pindah ke belakang. Javier menarik tangan Shilla agar duduk di sebelahnya.

"Lo gak bisa 'kan, kalau duduknya ga di deket jendela? Udah duduk di sebelah gue aja," perintah Javier.

Shilla mengerjap heran, membuat Javier gemas. Akhirnya ia berdiri, kemudian mendorong Shilla pelan agar duduk di kursi sebelahnya.

"Lo... juga 'kan gak bisa kalau gak duduk di–"

"Ada bahu lo, gue bisa nyender di bahu lo, kan?" potong Javier.

"Y-ya... tapi kan–"





"WOI! WOI! PANGERAN TAMPAN DISINI MAU NYANYI NIH!"

Suara nyaring Hema membuat keduanya terkejut. Javier menggeleng pelan melihat kelakuan salah satu temannya itu. Sedangkan Shilla sedang mencoba mengatur detak jantungnya yang sedang berdegup kencang.

"Ayok dong, request mau lagu apa nih?"

Disebelah Hema, ada Juna yang sudah memegang gitar, sembari duduk di senderan kursi.

"MORE THAN FRIENDS DONG!" teriak Nindy.

Rafka yang duduk di belakang mengernyit mendengar teriakan Nindy.

"More than Enemy kali ah!" ralat Helen.

"LAH?"

Rafka berdiri, lalu berjalan ke depan Bis. Saat melewati kursi Nindy, dia menarik pelan Nindy agar ikut bersamanya.

"Eh, eh! Ngapain lo?" tanya Nindy, sembari memukul-mukul tangan Rafka.

"Ck, diem lo."

Setelah dekat dengan Hema. Dia mendorong Hema agar duduk.

"Ngapain lo?"

"Gue yang nyanyi sama Nindy, ok?"

"Dih, yaudah serah lo," ucap Hema, lalu duduk kembali di kursinya. Membuat Jave tertawa karena ulah Rafka.

Petikan gitar yang dimainkan Juna mulai terdengar. Shireen memandangi kekasihnya itu, diam-diam dia tersenyum.

"It feels like we've been friends forever, yeah. And we always see eye to eye," Rafka menatap Nindy, "the more time we spend together. The more I wanna say what's on my mind. Take it easy. 'Cause it ain't easy to say," lanjutnya.

"I wanna be more than friends. I wanna be more than friends. I wanna tell everyone you're taken. And take your hand until the end. I wanna be more than friends." Semua anak lelaki kompak bernyanyi. Rafka tersenyum miring sembari menatap Nindy.

Nindy mengernyit heran, lalu mulai bernyanyi. "At the risk of sounding foolish. I don't wanna fool around no more. If we're gonna do this then let's do this. You can fix my broken heart if it's all yours. So take it easy. 'Cause it ain't easy to say."

Sekarang, anak perempuan kompak bernyanyi dengan riang. "I wanna be more than friends. I wanna be more than friends. I wanna tell everyone you're taken. And take your hand until the end. I wanna be more than friends."

Cabut | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang