Dante berjalan ke arah kelas IPA-2, memang bukan kelasnya, tetapi dia ingin menemui seseorang.
Belum sampai di kelas IPA-2. Niat Dante diurungkan karena melihat orang yang ingin dia temui sedang berduaan di depan kelasnya. Dengan senyum dan tawa yang sangat bahagia.
Biasanya lengkungan manis dibibir perempuan itu membuat Dante tersenyum. Tetapi, entah kenapa kali ini Dante merasakan hal yang beda, sesak dan panas.
Dante segera berbalik menuju ke kelasnya. Wajahnya yang riang lenyap begitu saja karena kejadian tadi. Membuat semua temannya terkejut.
"Kenapa lo?" tanya Alaska.
Ghiffar tersenyum mengerti. "Bukan jodoh lo. Udah lah, cari yang baru."
Dante tersenyum miris. Dia duduk di kursi depan kelasnya. Lalu menunduk sembari memejamkan matanya.
"Emangnya ada yang mau sama gue? Petakilan, admin Lambe Turah Pancasila, terus mulut toa. Emang ada? Gak ada," jelas Dante.
Javier menggigit bibir bawahnya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia bingung.
Samuel yang peka dengan keadaan Javier pun mengangguk. Lalu menepuk pelan pundak Javier.
Javier menghela nafas. "Dan, sebenernya sepupu gue ada yang nanyain lo mulu. 'Dante orangnya gimana sih? Dia baik kan? Lucu banget sih dia...' Ya pokoknya gitu deh..."
Anak Boy On Top yang berada disitu terkejut mendengarkan ucapan Javier.
"Widih? Fans tuh Dan, siapa orangnya?" tanya Alaska.
"Anak SMA Garuda," jawab Javier.
Samuel menggaruk tengkuknya. "Itu temen SMP gue, orangnya baik kok Dan. Cantik pula, manis, anggun, sopan, ya pokoknya gitu deh."
"Beda sama Putri ya?" celetuk Ghiffar.
Samuel memukul lengan Ghiffar. "Embun tau, lo mampus Far."
"Lah? Harusnya elo! Kan lo yang muji cewek itu."
"Gue cuman ngasih tau Dante."
Dante tersenyum. "Cuman fans kok, gak beneran suka."
Setelah mengucapkan itu, waktunya pas dengan perempuan yang ingin Dante temui tadi melewat di depannya, tentu dengan lelaki yang tadi dia lihat.
"Hai Dante! Gimana raportnya?" tanya perempuan itu sembari tersenyum.
Dante membalas senyuman perempuan itu, membuat teman-temannya kesal.
"Belum tau, mama belum keluar dari kelas nih."
Lelaki di sebelah perempuan itu merangkul perempuan disebelahnya. "Ayok, katanya lapar."
"Oh yaudah, duluan ya Dan."
Dante mengangguk. "Iya, Cantika."
Setelah Cantika pergi dengan kekasihnya, anak The Labs tiba-tiba datang dengan muka kesal.
"Tadi Cantika sama Seno? Pacaran? Dih!?" tanya Nindy.
Helen melongo. "Sumpah? Lo kena tikung Dan?"
Dante tersenyum. "Gapapa lah."
"GAPAPA GIMANA? LO DEKET SAMA DIA, EH DIA MALAH JADIAN SAMA YANG LAIN!" teriak Lucy.
"Anjir mercon Saddam pindah ke si Lucy," gumam Helen.
"Ketularan Nindy," balas Lucy.
Nindy mendelik, lalu menoyor kedua kepala temannya itu. Dia duduk di sebelah Dante, kemudian mengelus pelan punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Ficção AdolescenteKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur