Shilla berjalan memasuki rumahnya. Melewati tangga dan memasuki kamarnya yang bernuansa ungu.
Jika kata Alaska, 'cocok. Lo kan jomblo.'
Tapi sekarang itu tidak berlaku, karena dia sudah memiliki kekasih.
"Loh, ngapain kamu disini?"
Wenda tidak menjawab, dia hanya menyengir dan memainkan rambutnya yang dikuncir dua.
"Aku, mau main sama Kak Shilla!" ucapnya, dengan gaya khas anak kecil.
"Let's go!"
Shilla membawa laptop berwarna silver kesayangannya. Lalu duduk di kasur dengan Wenda yang sedari tadi melompat kegirangan.
"Wenda mau nyanyi!"
"Nyanyi sambil belajar, deal?"
Wenda mengangguk, lalu dia duduk di sebelah Shilla yang sedari tadi mengutak-atik laptopnya.
"Eits, sebelum nyanyi. Kita belajar menghitung dulu ya," ucap Shilla sembari memutar dirinya menghadap Wenda.
"Oke!"
"One, two, tli, foul, faif, six, seden."
"Seven," koreksi Shilla.
"Seven, nine, teun!"
Shilla tertawa mendengar ucapan Wenda yang masih cadel. Setelah belajar menghitung, Shilla memutar lagu twinkle twinkle little star yang ada di laptopnya.
Wenda menari-nari sembari bernyanyi, sedangkan Shilla sibuk mengarahkan kamera hapenya ke arah Wenda.
"Yayy!!"
"Mau lihat!!"
Baru saja Shilla akan memberikan hapenya kepada Wenda. Suara notifikasi Line masuk membuat Shilla mengurungkan niatnya dan membawa kembali hapenya.
Aldira: Ke kafe Love Shot, cepetan.
"Kak Shilla, mana hapena?"
Shilla tersenyum. "Kamu sama mama dulu ya? Kakak mau pergi dulu sebentar, gapapa?"
Wenda memajukan bibir bawahnya. "Kak Shilla, Wenda kangen sama kakak! Wenda kan baru ke rumah, soalna mama sibuk."
Shilla tersenyum. "Nanti, kakak marahin mama kamu ya. Biar kamu sering main ke rumah kakak."
Wenda akhirnya mengangguk. Dia memeluk Shilla. "Nanti kakak beliin ice cream, deal?"
"Deal!"
Ting!
Aldira: SHILLA! CEPETAN!
•C A B U T•
Javier sedang memilih buku di Gramedia. Dia pikir, daripada ikut dengan mamanya, lebih baik membeli buku untuk persiapan kuliahnya.
Padahal masih kelas sebelas.
Setelah membeli buku, Javier memilih menyusul mamanya yang sedang berada di butik temannya.
Belum saja Javier masuk ke dalam butik, dia melihat seorang perempuan yang sangat familiar di matanya.
Tapi, dia jalan berdua dengan laki-laki.
"Nabella."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Teen FictionKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur