2017
Peserta MPLS di SMA Pancasila sangat banyak. Berbagai macam seragam SMP memenuhi lapangan SMA Pancasila.
Ada yang saling mendorong karena bosan mendengarkan ucapan kakak kelas dan ada juga yang tertidur.
"Hem, itu yang lagi benerin poni cantik ya?" ucap Jave.
Hema mencari gadis yang disebutkan oleh Jaemin. "Ha? Oh itu yang rambut coklat terus rambutnya dikuncir satu, tas warna biru?"
Jave mengangguk, lalu tersenyum jahil. "Temen dari gue kecil. Namanya Rafeyza Selinne Douma. Dia pengennya masuk IPS dari awal, disaat yang lain pengen IPA dia malah pengen IPS," jelas Jave.
Hema terus menatap gadis yang bernama Selinne itu. "Lah, Java. Itu belakang Selinne si Eryn bukan? Satu sekolah sama kita lagi?"
"Iya, gue masih belum nyerah buat dapetin dia Hem."
"Gila sih anjer!!"
Lelaki dibelakang Hema menepuk pundah Hema. "Jangan terlalu berisik, oke?"
Hema mengangguk. "Sorry, nama gue Hema."
"Juna," ucapnya, "Btw itu temen lo?" lanjut Juna sembari menunjuk lelaki disebelah kirinya.
"Iya, si Rafka emang suka tidur."
Juna mengangguk. Dilain sisi, perempuan disebelah kanan Rafka hanya mengangguk-angguk. Karena dia sangat penasaran dengan lelaki disebelahnya.
Di depan gerbang SMA Pancasila ada seorang gadis yang sedang marah-marah sendiri. Karena kecorobahannya dia sekarang telat masuk MPLS hari terakhir.
"Bego gue bego!" umpat Helen.
Perempuan itu memilih berjalan ke warung sebelah sekolah. Kebetulan didepan sekolah SMA Pancasila, ada sekolah lain. SMP dan SMA Merah Putih.
"Bu, air mineral yang dingin satu ya," ucap Helen.
Baru saja Helen akan mengambil botol air mineral dan membayarnya, tangan seorang lelaki lebih dulu mengambil dan membayar air itu.
"Satuin aja bu, saya beli juga."
Helen menoleh ke lelaki tersebut. "Maksud lo?"
"Gue Ghiffari," ucapnya sembari memberikan air mineral tersebut.
"Makasih, tapi gak perlu," jawab Helen sembari mengambil air mineral dan memberikan uang kepada Ghiffar.
"Gue ikhlas. Gue anak Merah putih, lo juga?" tanya Ghiffar.
Helen berjalan duluan. "Bukan, anak Mama Papa."
Ghiffar melihat Helen melangkah ke sekolah sebelah, yaitu Pancasila bukan Merah Putih. Dia tersenyum.
"Besok gue harus pindah ke Pancasila."
Kyla mendengus kesal. Dia berpisah dengan Shireen. tadi setelah guru kesiswaan menempelkan kertas berisi daftar masing-masing kelas siswa baru, Kyla langsung melihat dia berada di kelas apa. Ternyata X-IPS 3 dan Shireen IPS 2.
"Nanti gue duduk sama siapa?" tanya Kyla.
Shireen terkekeh. "Banyak kali Kyl, nanti gue sering main kok ke kelas lo."
Akhirnya mereka sampai di kelas IPS 2. "Dadah Kyla!"
Kyla tersenyum. Lalu berjalan ke arah IPS 3. Dia tersenyum sekilas ke murid yang ada di kelas.
"Hai! Gue duduk sendiri, mau disini?" tanya seorang gadis dengan rambut coklat sebahunya.
"Ayok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Teen FictionKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur