24. liburan!

655 88 15
                                    

Shireen merebahkan diri di kamarnya. Lelah karena sedari tadi mengunjungi rumah tetangga. THR yang dia dapatkan hanya seratus lima puluh ribu. Nasib sudah besar.

Kadang dia mendapati pujian dan juga pertanyaan. 'Oh anak gadisnya udah gede ya. Tinggi, cantik pula. Udah punya pacar belum?'

Shireen hanya menanggapi dengan senyuman. Apalagi jika pertanyaannya membuat Shireen terkejut. 'Sebentar lagi mau nikah dong?'

Sedang asik melamun, pintu kamar terbuka. Menampilkan seorang perempuan dengan wajah angkuhnya.

"Reen, anter ke warung depan yuk?"

Shireen menoleh. "Males. Sendiri aja, udah gede," jawabnya acuh.

Liona mendelik, lalu keluar dari kamar. Shireen yang melihatnya tersenyum puas.

Plak!

"Sakit bego!" umpat Shireen saat pahanya ditepuk cukup keras oleh sepupunya.

"Si Liona ngedumel sambil keluar, lo apain?"

Shireen menggeleng, malas menjawab pertanyaan sepupunya, Margaretha.

"Anter ke Alfa yuk, sekalian ngadem dan memanjakan mata melihat cogan Bandung yang manis-manis. Lo selama di Bandung gak pernah keluar rumah anjir kalau lagi gak pergi sama keluarga. "

"INI ORANG BEKASI BERISIK BANGET SIH. AKU LAGI BACA WATTPAD GA TENANG NIH!" teriak Shireen refleks.

"Reen, istighfar. Jiwa kalem lo mana?" ucap Margareth, sembari menjauhkan diri dari Shireen.

"Hawa-hawa Liona masih ada, gak bisa kalem aku," bisik Shireen, "sorry ya."

Retha menoyor kepala Shireen. Lalu menarik Shireen keluar kamar. Baru saja menginjakkan kaki di halaman rumah. Liona datang bersama temannya.

"Lah mak lampir, gue kira udah pulang," celetuk Retha.

Shireen mendengar ucapan Meisya refleks mencubit tangan Retha, sembari menahan tawanya. Untung saja Liona tidak mendengar.

"Reen? Reth? Mau kemana?"

"Cari cogan Bandung," jawab Retha.

Liona mengernyit heran. "Kamu udah putus sama Juna?"

"Lah? Juna pacar gue, bukan Retha. Yang nyari cogan itu Retha bukan gue," sewot Shireen.

"Oh... kirain udah putus. Padahal aku masih nunggu Juna jomblo."

Tangan Shireen gatal ingin mencakar wajah Liona. Untung saja kedua tangannya digenggam oleh Retha.

"Snake."

Liona menoleh ke Retha. "Ha? Snake? Ular?"

"Bukan, makanan ringan. Iya, gue pengen makanan ringan," jawab Retha, sembari mengangguk-angguk.

"Bodoh sekali sepupuku," gumam Shireen.

Drrrttt

Hape Shireen bergetar. Menandakan ada panggilan masuk. Shireen menoleh ke arah Retha, meminta tangannya di lepas.

"Sorry hehe."

Shireen mengangkat panggilannya. "Hallo?"

"Reen, kamu udah cek grup? Mau ikut gak? Kalau ikut, saya jemput."

"Ha?"

"Ikut ya? Nanti saya izinin ke mama kamu."

"Terserah kamu Jun."

"Oke."

Panggilan terputus. Shireen kembali memasukkan hapenya ke saku celana.

Liona sedari tadi memandangi Shireen.

Cabut | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang