Shireen berjalan keluar kamar, menuruni tangga dan berjalan ke ruang keluarga untuk mengambil sepatunya.
"Ratna."
"Kenapa, ma?"
Shireen menghampiri mamanya yang sedang duduk di ruang keluarga. Mamanya memang sedang berada Di Jakarta, besok puasa pertama.
"Masih pacaran sama Juna?"
"Tau darimana Ratna pacaran sama Juna?"
"Mama gak setuju kamu pacaran, udah berapa kali mama bilang?"
Shireen mendecak kesal. "Ratna ngerti, tapi bahagia Ratna ada di Juna."
"Tau apa kamu tentang bahagia?"
"Semua orang punya definisi bahagia masing-masing. Dan bahagia Ratna ada di Juna" ucapnya. Lalu dia menatap sinis mamanya, "mama gatau aja Ratna selalu minum obat tidur. Mama gatau juga 'kan masalah di hidup Ratna, cuman Juna yang tau."
"Apa mama pernah peduli sama Ratna? Itu semua Juna yang bantu, buat Ratna keluar dari masalah Ratna," lanjutnya.
"Na, tapi mama gak setuju kamu sama dia. Mama udah punya calon untuk kamu. Kamu gak bisa tolak itu."
Shireen berdiri dan berjalan meninggalkan ruang keluarga. Sebelum benar-benar pergi, dia berbalik.
"Ratna setuju mama nikah sama dia. Tapi kenapa mama larang Ratna pacaran sama Juna?!"
"Jaga ucapan kamu! Om Dion itu calon papa kamu. Jangan manggil pake sebutan 'dia'. Dimana sopan santun kamu?!"
"Ratna bakal sopan kalau Liona jauhin Juna. Jangan pernah hancurin kebahagiaan Ratna!"
Shireen berjalan keluar rumah. Terus berjalan hingga dia sampai di depan komplek rumahnya. Mencari kendaraan umum untuk pergi ke Mesjid di komplek rumah Kyla.
"Reen?"
Shireen menoleh, mendapati Juna yang turun dari motornya.
"Loh, kok nangis?"
Yang ditanya tidak menjawab, memilih untuk berjongkok, lalu memeluk lututnya dan melanjuti menangis, menutupi wajah dengan kedua tangannya.
Juna ikut berjongkok di depan Shireem, lalu mengusap pundak Shireen dengan lembut.
"Nangis dulu aja. Kalau udah siap cerita, baru kamu bisa cerita ke saya."
Shireen mengangguk. "Yaudah, ke mesjid yuk. Kasian yang lain udah nunggu."
Juna mengacak rambut Shireen, lalu menggenggam tangan Shireen, menariknya pelan dan berjalan.
"Bawa hijab kan?"
"Iya, bawa."
Juna tersenyum. "Kamu pasti bakal lebih cantik kalau pake itu."
Sesampainya di mesjid, anak CABS KUY sudah kumpul. Tetapi, bukan didalam mesjid. Melainkan di luar mesjid yang memang banyak pedagang yang berjualan.
"Kirain udah mulai," ucap Shireen.
Juna tertawa. "Kayak gatau mereka aja."
"Widiiih! Bos Juna datang."
"Reen, sini!" panggil Kyla.
Shireen menoleh, lalu tersenyum. "Jun, aku kesana ya?"
Juna mengangguk, lalu Shireen berjalan ke pedagang yang menjual bakso bakar.
Sedangkan Juna berjalan ke pedagang cilok yang sedang dikerubuni oleh anak cowok.
"Loh, bakso bakar 'kan kesukaan Selinne. Terus dia nya kemana?" tanya Shireen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Teen FictionKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur