"Sorry Shil."
Gadis itu hanya tersenyum. Memandangi lelaki di depannya, di depan warung Bu Iis, tempat dimana semuanya bermulai, tempat dimana mereka berdua dekat, tempat dimana mereka bertukar topik pembicaraan.
"Gapapa."
Lelaki itu menghela nafas. "Masih mau kayak gini Shil?"
"Gue jadian sama Kak Kevin," ucap Shilla sembari menunduk.
"O-oh, lo udah gak sayang sama gue?"
Shilla menatap lelaki didepannya. Lalu tersenyum, dia kembali menunduk.
"Javier Dirgantara. Sekarang gue nanya sama lo. Apa pernah gue berpikiran kayak lo? Vir, bukannya gue gak sayang sama lo. Gue cuman gak mau anak-anak natap gue miris terus, disaat lo sama Nabel main, yang lain langsung natap gue miris," jelas Shilla.
Shilla menghela nafas. "Bukannya gue jahat sama Kak Kevin, gue gak ada niat sama sekali buat jadiin dia pelampiasan. Tapi tolong ngertiin posisi gue ya?"
Javier terdiam. Omongan Shilla membuat dirinya tertampar. Baru saja dia ingin memeluk Shilla–
"HEH!! BURU KE KAFE LOVE SHOT, UDAH JAM LIMA NIH."
Teriakan Saddam terdengar, membuat Javier mengurungkan niatnya. Setelah berteriak seperti itu, Saddam berjalan ke arah mobilnya.
"Oke, Dam."
"Shil, lo sama gue 'kan?"
"Gak usah, makasih."
Shilla menghampiri Saddam yang sedang berkumpul bersama Dante dan Selinne.
"Dam, bareng ya?"
"Lah, mobil gue penuh. Ada si Selinne nih sama Dante."
Shilla menatap Selinne. "Dempet tiga ya?"
"Lah! Aing bukan cabe cabean," celetuk Dante, membut Selinne mengulum bibir, menelan kembali jawabannya.
Javier menarik Shilla dari mereka. Lalu berjalan ke arah motor matic nya.
"Udah, lo sama gue aja."
Buka puasa di kafe love shot ini sangat ricuh. Apalagi di meja anak IPS.
"ANYING STEAK AING LABUH," teriak Saddam.
"NGAKAK SIAL."
"AYAMNYA MASIH HIDUP."
"HIDUP NDASMU DILAN. ITU UDAH DIJADIIN STEAK KOK MASIH HIDUP," balas Saddam.
Lucy di meja sebelahnya menggeleng pelan. "Pesen lagi bego, gausah kayak orang susah."
"Hiks, aku kan orang susah, gak kayak aa' Ghiffar," ucap Saddam sembari drama menangis.
"Bacot."
Disaat yang lain ribut masalah steak, Rafka tidak memperdulikan itu semua. Dia berjalan ke arah panggung kecil yang berada di depan mereka.
"Tes, satu, dua, tiga. Heh, itu yang di meja panjang, jangan bacot dulu ya anak monyet," ucap Rafka.
"Anying," umpat Saddam.
"Si Rafka ngapain?"
Shireen menggeleng. "Gatau Jun, biasanya juga tidur dipojokkan."
"Saya Rafka Danial Reynand cowok ganteng ini mau nyumbang lagu. Tapi saya gak mau sendiri, nanti disangka jomblo gimana?"
"Emang jomblo lo!" teriak Nindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabut | Revisi
Teen FictionKisah para remaja ibu kota yang bersekolah di SMA Pancasila yang punya karakter dan sifat yang berbeda warning! harsh words. ©jaegeur