3. ANGGA RENGGANA

484 31 2
                                    


Lepas jam sekolah, aku melihat Bang Adil sudah menunggu di depan ruang kelasku. 'Sepertinya Bang Adil mau mengajakku bertemu 'dia' yang dimaksud di kantin tadi,' pikirku. "Hai, Bang!" sapaku ketika keluar kelas.

"Eh, Ga. Ayok!" ajaknya memutarbalikkan badan ke arah kelas 2 IPA 3 yang dipisahkan satu kelas dari kelasku. Aku mengikuti Bang Adil dari belakang. Dia masuk ke dalam kelas 2 IPA 3 yang siswanya sudah berhamburan keluar. Aku melihat Bang Adil mendekati perempuan berambut panjang sepunggung. Perempuan itu tengah merapihkan alat tulis dan bukunya ke dalam tas. Bang Adil terlihat serius bicara dengan perempuan itu, sekalipun perempuan itu tidak melihat ke arahnya, masih sibuk dengan tasnya. Setelah tasnya rapih, perempuan itu menatap Bang Adil serius. Kini giliran dia yang bicara, sayangnya aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka. Tiba-tiba Bang Adil menunjuk ke arahku, diikuti dengan tatapan perempuan itu. Ya Tuhan, tatapannya meneduhkan sekali. Wajahnya yang mungil terlihat cantik dengan rambut panjangnya. Bang Adil kembali bicara dengan sahutan sebuah anggukkan dari perempuan itu. 'Apakah dia menerima ajakan Bang Adil?' Benakku. Bang Adil berjalan ke arah pintu kelas−tempat aku berdiri saat ini, diikuti perempuan itu.

"Ga, ini 'dia' yang aku maksud, namanya Maudi. Seangkatan, kan?" Bang Adil memperkenalkan perempuan itu padaku. Dia tersenyum. Senyumnya manis sekali dengan lesung pipi di ujung bibirnya. Aku tertegun sejenak dengan kecantikannya, namun aku harus terlihat wibawa. Aku segera tersadar dengan kekaguman terhadapnya.

"Angga." Aku menyodorkan tangan hendak bersalaman dengannya, dia menyambut dengan senyuman.

"Nanti kalian saling ngobrol aja, ya," Bang Adil menoleh ke arah Maudi, "keinginanmu segera terwujud. Semoga kamu bisa lebih bersemangat," Bang Adil tersenyum seraya menepuk lembut bahu Maudi, "Abang tunggu di parkiran, ya."

Maudi mengangguk dan tersenyum ke arah Bang Adil. "Terima kasih, Bang."

Bang Adil tersenyum lantas meninggalkan kami berdua setelah menepuk bahuku sebagai isyarat pamit. Sepeninggalnya Bang Adil, kami terdiam. Maudi tertunduk malu lantas dia bertanya lirih. "Lalu?" tanyanya mengagetkanku.

"Lalu... hari ini ada rapat dengan Wakil, Sekretaris dan Bendahara OSIS untuk membentuk kepengurusan baru. Kamu mau ikut?" tanyaku spontan. Terus terang, aku jadi gugup. Kecantikannya mengalihkan duniaku, sudah seperti judul lagu saja.

"Nggak usah. Itu bukan ruang lingkupku. Kalau kamu udah mulai membicarakan tentang mading, hubungi aku aja di kelas ini. Aku akan siap kapan aja," jelasnya.

'Ya Tuhan, suaranya pun meneduhkan hati. Apakah ini yang disebut love at first sight?' Benakku. Segera aku buyarkan pikiran itu, aku harus terlihat wibawa. "Baiklah. Terima kasih sebelumnya. Besok kita ketemu di ruang OSIS. Kita akan bicarakan tentang mading. Bisa?" tanyaku dengan wibawa.

Dia mengangguk. "Kalau begitu, aku pulang duluan." Dia tersenyum sebelum pergi meninggalkanku yang masih mengagumi kecantikannya.

Aku balas senyuman itu lantas melangkah ke ruang OSIS. Di sana ketiga rekanku sudah menunggu. 'Semoga hari ini struktur organisasi baru rampung agar plan besok bisa terlaksana,' benakku.

Sekolah sudah mulai sepi. Tinggal beberapa siswa yang terlihat di basecamp ekskul, lapangan basket dan kantin. Aku menyusuri koridor basecamp yang berjejer. Hampir semua pintu basecamp terbuka, sepertinya mereka sudah mulai membuka pendaftaran−termasuk ekskul paskibra. Aku tak bisa mampir ke basecamp karena ketiga rekan OSIS-ku sudah menunggu di sana. Aku sekedar lontarkan senyuman ke rekan paskibra ketika melewati basecamp-nya.

Sesampainyaku di ruang OSIS, kami langsung memulai membicarakan pembagian struktur organisasi yang baru. Di sela rapat, tiba-tiba teringat perempuan yang baru saja kukenal tadi. 'Wajahnya pucat dan badannya kurus sekali seperti baru sembuh dari sakit. Apa iya?' Gumamku.

"Angga, sudah terkumpul nama calon Ketua Sekbid dan Koordinator Sekbid-nya nih." Suara Reki menyadarkanku dari lamuan.

"Oke, nanti kita rapat lagi di lain waktu. Kita kumpulkan orang-orang yang ada namanya di sini. Rapat selesai sampai di sini." Aku menutup rapat OSIS.

"Reki, tunggu bentar, deh!" seruku ketika Reki hendak keluar ruangan OSIS lalu lelaki itu membalikkan badan. Aku mendekati Reki, "kamu IPA 3, kan?" tanyaku tanpa basa basi.

"Iya. Kenapa, Ga?" Reki mengerutkan dahi.

"Mmm.. kamu kenal Maudi?"

"Iya kenal. Teman sekelasku. Ada apa?" Reki semakin terlihat bingung.

"Mmmm... Nggak apa-apa. Nggak jadi." Aku menyeringai malu, "kamu mau pulang, kan? Hati-hati, ya!" ucapku sembari menepuk bahunya.

Reki menggelengkan kepala sembari melangkah pergi meninggalkanku yang masih berdiri mematung di depan pintu ruang OSIS. Aku mengambil ransel yang masih di atas kursi lalu mengunci pintu ruang OSIS.


Basecamp : Tempat Berkumpul Ekskul

___________________________

Fuhft, ini part untuk hari ini.

Hari ini saya post dua part sekaligus, ya, karena kemarin nggak sempat update.

Silakan baca part 2 pov Maudi.

Selamat membaca, readers!

Salam,

Author

Coffee Break TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang