caranya untuk mengikat kembali kisah mereka yang terputus

3.8K 547 119
                                    

"Kita gak mau pindah tempat?" Ilman bergerak tidak nyaman di kursinya.

Sementara Arik tampak menikmati burger yang dimakannya. Ilman yang tadi mengeluh lapar malah tidak memesan apapun, hanya meminum es kopi yang sekarang tersisa setengah.

AYO, AYO ITU KURSINYA DUDUKIN

ADUL, AYO NAK ITU DUDUKIN, JANGAN MAKAN ES KRIM MULU!

NAK, ITU HADIAHNYA BUKU TULIS, BAGUS! JADI MAMA GAUSAH BELI LAGI

Suara kehebohan itu begitu jelas terdengar. Cukup mengganggu untuk Ilman yang tadinya berencana untuk mengobrol serius. Tapi harus batal karena ada acara ulang tahun di ruangan sebelah, tepat di samping meja mereka.

"Lo gak mau pindah nih? Pindah meja aja deh minimal. Berisik banget disini." Keluh Ilman.

Arik seperti tidak peduli dan terus saja menikmati makanan di tangannya. Sebelah tangannya lagi sibuk scrolling Instagram, entah apa yang dilihat.

Hampir saja Ilman ingin membanting meja kalau tidak ingat bahwa disini dia sedang berusaha membuat Arik kembali menoleh padanya. Jika dia melakukan kesalahan sedikit saja, mungkin Arik semakin sulit untuk sekedar menatapnya.

"Kenapa harus di mekdi sih, Rik?" Kembali Ilman berbicara dengan sedikit nada kesal.

"Kata lo, gue yang nentuin pilihan mau makan dimana."

"Ya tapi kenapa mesti mekdi, yang lain gitu kek. Warteg juga gapapa." Ucap Ilman.

Tidak menanggapi, Arik malah bergerak pergi meninggalkan meja dengan membawa sisa burger yang tinggal sedikit di tangannya.

Dia tidak mempedulikan Ilman yang memanggil dengan keras di antara bisingnya suara ibu-ibu dan si MC ulang tahun yang ngondek itu.

"Rese banget nih acara. Lagi di tahun segini masih ada aja anak kecil namanya Adul. Mana pembawa acaranya kaya bencong, tebel banget bedak lo woy!" Teriak Ilman yang tentu saja tidak disadari si MC tersebut.

Ilman tentu keluar dari tempat makan dan mencari keberadaan Arik yang menghindar darinya tanpa bilang kemana.

Kalau dulu Ilman akan mudah untuk menemukan Arik, karena jaketnya yang banyak coretan itu. Tapi sekarang karena Arik sedang tidak memakai jaket tersebut jadi agak susah juga.

Arik hari ini hanya menutupi seragamnya dengan jaket hitam biasa, dimana cukup banyak pria yang memakainya disini. Apalagi Mcdonald memang banyak anak sekolah yang masih mengenakan celana abu-abunya.

Memutuskan untuk mencarinya di parkiran, Ilman menemukan sosok itu sedang bersandar di badan motor sembari merokok.

"Lo mau makan apaan?" Tanya Arik ketika Ilman mendekat.

"Gak jadi, udah gak mood gue."

"Emang mood bisa nahan laper?" Tanya Arik dengan wajah songong minta ditampar.

Bagi Ilman ekspresi wajah itu tidak mengesalkan, justru sangat dirindukan. "Mau soto daging, tapi yang pake kuah susu."

"Yaudah ayo."

"Kemana?" Ilman bingung.

"Mau makan gak sih?! Masih laper, kan?" Arik menaikan intonasi nadanya.

"Marah mulu deh lo. Gajadi lah, gue bisa pergi sendiri, makan sendiri." Ilman merajuk dan meninggalkan.

Dengan berjalan pelan serta harapan Arik akan memanggil, beberapa langkah semakin menjauh—namun nyatanya tidak ada suara yang diharapkan.

Ilman membalikan badan dan melihat Arik yang santai memakai helm lalu menyalakan motornya, dengan rokok yang terapit di sudut bibirnya.

Unforgettable, every second of itTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang