7: Karena Dirimu

2.7K 281 12
                                    

Irene POV

Duduk di tengah-tengah orang terpandang, terkaya, terhormat dan termewah di negara ini adalah salah satu hal yang telah kubayangkan. Hal ini sudah kupikirkan jauh sebelum aku menjadi sekretaris Sehun. Mengetahui latar belakang keluarga kandungku yang dulunya ternyata pesaing bagi keluarga ini, menjadi salah satu mimpiku melihat wajah orang yang membinasakan keluargaku. Tidak, aku tidak membalas dendamku. Rasa benci, dengki dan amarah tidak ada di hatiku. Namun, aku merasa senang dapat mengenal wajah mereka, aku dapat mendoakan mereka agar tetap bahagia...karena bukan aku yang akan membalas semua yang telah mereka lakukan padaku.

Makan malam berjalan dengan sangat tegang di antara mereka. Sementara aku dan Sehun sesekali berbicara karena Sehun tak bisa membiarkanku untuk tenang. Aku baru tahu ternyata Sehun sebrisik ini. Aku menikmati hidangan di depanku, bervariasi dan semua makanan dihidangkan dengan level yang berbeda...kimchi saja memiliki tempat mewah, dan rasanya entah mengapa sangat nikmat dibanding kimchi yang pernah kurasakan. Aku melihat ayam besar utuh di tengah meja. Sehun menawarkan ayam itu namun aku langsung memohon jangan, karena aku tidak menyukai ayam. Akhirnya dia memberiku makanan lain yang aku tak tahu namanya namun sangat enak.

Selesai makan malam, beberapa anggota keluarga langsung berpamitan dengan alasan ini dan itu. Aku diam di tempat dudukku menuggu Sehun menghantarkan anggota keluarga itu bersama Kakek, Nenek, Daddy dan Mommynya. Ice cream di depanku hanya kumainkan menunggu mereka kembali. Aku tidak berani melihat keluarga lain yang masih tinggal bersamaku. Ada Jennie di sana...dia sedang sibuk berbicara dalam bahasa Inggris dengan Mamanya. Sependengaran dan yang dari kupahami, dia hanya bercerita soal hidupnya di Amerika. Walau di awal dia menyindirku dengan mengatakan aku tak akan mengerti bahasa Inggris. Yah biarlah.

Beberapa menit kemudian, mereka kembali dan Sehun tersenyum lebar saat mata kami bertemu. Senyuman yang pertama kali kudapat darinya ini berbeda, matanya tulus menyapaku dan tidak pernah Sehun tersenyum sebahagia ini. Selama ini senyumannya sederhana dan sangat menyindir. Aku sangat hafal senyuman Sehun, 3 hari bersamanya selalu sudah cukup menjadi referensi bagiku. Sehun berjalan cepat ke arahku lalu duduk di sampingku. Dia berbisik kalau yang tinggal ini hanyalah keluarga inti saja sekarang. Aku mengangguk paham yang ternyata hanya Bella dan Daddynya Sehun saja anak dari Keluarga Oh, sisanya sepupu jauh.

Sehun sesekali memakan ice creamnya sambil melirik ke arahku. Rasanya ini bukan Sehun yang selama ini kukenal...dia begitu berbeda, dia hangat, dia penuh perhatian dan dia sangat menjagaku. Aku tidak paham siapa aku ini sekarang, sekretarisnya yang berpura-pura menjadi kekasihnya atau apa. Dia memang tadi berbisik bahwa diriku benar-benar kekasihnya, tapi aku masih belum yakin, rasa takut masih ada walau sedikit.

"Pa, jadi Jennie dan Sehun berakhir seperti ini? Ini sangat tidak sopan!" tiba-tiba seorang lelaki yang duduk di samping Jennie berkata seperti itu membuat jantungku kembali tidak normal.

"Bukannya aku dari setahun yang lalu sudah mengatakan bahwa aku tidak akan pernah menikahi Jennie? Tolong jangan dilupakan itu. Aku hanya memperkenalkan kekasih baruku seperti Jennie lakukan waktu itu, hanya saja ini secara resmi dan terhormat." balas Sehun membuat keluarga Jennie kesal.

"Siapa namamu, Nona manis?" tanya Kakek Sehun membuat tubuhku kaku seketika.

"Na-nama saya Irene Bae, Tuan..." jawabku sangat pelan dan gugup.

"Jangan memanggilku Tuan...Kakek, panggil aku Kakek." ucap Kakek Sehun.

"Irene Bae? Siapa nama orangtuamu?" tanya Nenek Sehun dengan wajah yang sangat menanti jawabanku. Aku meliha ke arah Bella yang menatapku dingin...mungkin ini saat yang bagus.

"Maaf, Nek. Sebelumnya saya harus mengatakan bahwa saya adalah anak panti asuhan-"

"Apa?! Kau anak yatim piatu? Hah!" itu Jennie.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang