27: Waktu Bersama

2K 152 4
                                    

Sehun POV

"Pasrah? hahahaha" Irene tertawa melihatku terduduk kelelahan sehabis menenangkan tangisan Daniel. Dia mengulah dan tidak mau digendong olehku.

"Kamu kok bisa sih buat dia tenang, diem gitu?" tanyaku sambil membuka jasku.

"Daniel kesel Papanya kerja mulu. Ya ga dek? Sayang Mama ulu uluu..."

Sejak kami pulang ke rumah memang semua hal tidak sesuai yang kukatakan. Irene seharian menjaga Daniel tanpa diriku. Aku sering pulang jam 7 malam bahkan beberapa kali jam 10 malam. Irene sama sekali tidak marah, dia bahkan melayaniku dengan wajah lembutnya menyambutku dan memberiku minum. Setiap malam. Irene juga selalu mengingatkanku untuk mandi jika aku pulang kemalaman. Irene juga sibuk menyusui Daniel, mengganti popok Daniel, mengajak Daniel bermain. Diriku hanya sibuk dengan pekerjaan.

"Udah tidur dia, sayang.." kataku pelan.

"Eh iya, sebentar sayang aku tidurin dia dulu di boxnya." kata Irene lalu meninggalkanku.

Aku berdiri dan mulai membereskan botol susu juga beberapa benda yang berantakan di sofa juga di atas meja. Aku melihat ke arah dapur dan masih tetap sama bersih dan rapinya. Irene benar-benar hebat. Aku memang selalu menjadi bajingan.

"Sayang? Kamu lapar ngak? Aku belum masak...maaf ya. Tadi Daniel-"

"Gapapa sayang, kita pesan makanan aja. Kamu mandi dulu gih, biar aku cuci botol susu Daniel." kataku dan dia tersenyum lebar.

"Makasih, sayang. Abis aku mandi, kamu mandi ya." katanya.

"Iya, sayang." balasku dan dia bergegas menaiki tangga kembali.

Makanan segera kupesan melalui Mino, aku memesan kebanyakan kesukaan Irene. Setelah Irene mandi, aku segera bergegas mandi. Kulihat pakaianku sudah disiapkan oleh Irene di atas tempat tidur kami. Aku menghela nafasku menyadari betapa aku merasa bersalah. Aku turun ke bawah dan mendapati Mino sedang mengobrol dengan Irene sambil tertawa. Tawa Irene masih sama, aku bersyukur akan hal itu, setidaknya dia baik-baik saja.

"Udah makan belum? Kalau belum ayo bareng makan" kataku pada Mino sambil merangkul Irene.

"Iya, ini makanannya banyak banget." tambah Irene.

"Aku udah makan kok. Aku mau lihat Daniel. Boleh?"

"Boleh dong. Dia di kamarnya lagi tidur." jawab Irene.

"Sendirian? Gimana kalau dia kenapa-kenapa?" tanya Mino panik.

"Box dia udah ada sensornya, tenang aja." jawabku dan Irene hanya tersenyum sambil membuka makanan di bar dapur.

"Ha iya. Yaudah aku lihat Daniel dulu." kata Mino dan dia segera pergi ke atas.

"Cuci tanganmu dulu!" teriakku.

"Oke!" balas Mino.

Aku dan Irene menikmati makan malam kami sambil mengobrol banyak tentang Daniel. Irene sangat antusias dengan perkembangan Daniel. Aku lega mendengar dia tidak mengeluh sedikit pun.

"Sayang, Daniel sudah 3 bulan sekarang. Aku sadar kalau Daniel butuh aku. Aku rasa aku belum bisa kembali menjadi sekretaris kamu lagi."

Pernyataan itu sangat tidak terduga. Seorang Irene yang sangat bersemangat ingin berkarir tadinya sekarang memutuskan untuk menunda atau juga tidak lagi bekerja seperti dulu.

"Daniel yang terpenting saat ini. Aku ga pernah memaksa kamu kembali. Aku bahkan mau kamu berhenti. Aku sudah mempunyai Mino sekarang, dia sudah sangat membantu. Aku juga tidak berniat mencari sekretaris baru. Sayang, apapun keputusan kamu untuk yang terbaik bagi Daniel, aku selalu mendukungnya." jelasku dan dia tampak melow seketika...tidak lama Irene menangis. Hm...

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang