25: Hi, Baby Boy

2.9K 188 10
                                    

Author POV

"Sayang? Kamu pipis celana?"

Sehun dan Irene sedang beres-beres kamar dedek, mereka baru saja membeli popok untuk dedek dan beberapan keperluan sederhana di minggu penantian akhir kehamilan Irene.

Namun sekarang Irene dikejutkan dengan pertanyaan Sehun.

"Astaga! Air kamu pecah, sayang!" seru Sehun langsung mendekati Irene yang langsung gemetar dan panik. Tentu saja, ini kali pertamanya menghadapi hal-hal seperti ini. Walau dia sudah mengikuti kelas kehamilan, persalinan dan kelas lainnya, tetap saja kepanikan tidak bisa ditutupi.

"Sehun... bagaimana ini?" gumam Irene bergetar sambil berpegangan pada tangan Sehun.

"Kamu tarik nafas perlahan, keluarin pelan-pelan... semua akan baik-baik saja. Aku di sini." Sehun sebisa mungkin harus tenang. Ini sudah was-was sejak dua minggu lalu, dia peringatkan oleh dokter kandungan serta dokter lain yang akan ikut menangani persalinan Irene supaya tenang jika nanti Irene menghadapi saat-saat persalinan.

Sehun kini sibuk mengelap air ketuban Irene, sementara Irene duduk di kursi makan sambil mulai merasakan sakit kontraksi palsu. Sehun belum menelfon siapapun, dia hanya fokus pada Irene sekarang.

"Kamu bisa jalan, sayang? Aku gendong aja? Cup cup sayangnya aku, sakit ya? Muchh muchhh." Sehun berlutut sambil bertanya lembut pada Irene.

"Jalan aja, sayang. Aku masih bisa kok. Boleh tidak ambilkan celana lain? Celana ini sudah basah." pinta Irene lembut dan Sehun segera mengambilkan permintaan Irene setelah mengecup dahi istrinya yang mulai berkeringat menahan sakit kontraksi. Sehun juga memakaikan Irene celana yang dibawakannya, Sehun benar-benar menjadi suami siap siaga.

Dengan penuh kehati-hatian, Sehun memapah Irene ke dalam mobil. Setelah itu, Sehun langsung berlari mengambil tas-tas yang sudah dari jauh hari dipersiapkan oleh Irene untuk hari ini. Di perjalanan, Sehun baru mengabari keluarganya, itu juga dia mengirim pesan singkat saja karena dia tidak mau menambah beban pikiran Irene. Sehun mengingat pesan salah satu dokter supaya menjaga ketenangan ibu ketika proses persalinan, apalagi Irene mempunyai anxiety dan panic attack yang berlebih.

"Sayaaang! AH! Sakit!" sepertinya kontraksi Irene semakin menjadi.

"Sebentar lagi, sayangku." Sehun mengelus dahi Irene lalu berpindah ke perut Irene.

Sesampainya di rumah sakit, Irene ditangani di gedung khusus yang sudah dipersiapkan Sehun jauh-jauh hari. Sehun tidak mau ada orang luar yang mengetahui Irene sedang melakukan persalinan.

Setelah beganti pakaian menjadi pakaian rumah sakit, Irene berbaring sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, perut juga punggungnya. Ternyata setelag melakukan pemeriksaan, bukaan Irene sudah banyak yang membuat dokter terkejut bisa terjadi pembukaan sebanyak itu.

"Jam berapa tadi pecahnya, Pak?" tanya dokter wanita yang mengecek bukaan Irene.

"Sekitar sejam setengah yang lalu." jawab Sehun.

"Hmm... bagus banget ini bukaannya. Dua jam lagi udah bisa ini. Sus, ga usah jadi penawar sakitnya, infus cairan dulu sejam, lemes soalnya ini. Suntik juga ya, biar tekanan darahnya stabil." pesan dokter itu pada suster yang siap siaga di samping dokter itu.

"Baik, Dok." lalu suster langsung sigap mengerjakan yang diperintahman dokter tadi.

"Pak, Dokter Zhang dari bedah umum dan Dokter Xiu dari jantung sudah ready kalau terjadi sesuatu, sesuai pesan Bapak. Temen saya, Dokter Luna juga sudah ada untuk persalinan ini. Ibu Irene sangat bagus bukaannya, dan sangat mendukung dengan keinginan Ibu Irene untuk melakukan persalinan normal." jelas dokter tadi sebelum meninggalkan ruangan.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang