26: Papa dan Daniel

2.6K 167 6
                                    

Irene POV

Rasanya terbangun melihat suami dan anak sedang terlelap tidur itu sangatlah menghangatkan hati. Setelah pertarungan nyawa tadi malam, aku dipaksa tidur oleh dokter mengingat tenagaku yang sudah hilang, aku diberi obat tidur karena sampai jam 3 pagi kemarin aku belum bisa tidur padahal dedek sudah terlelap begitu juga Sehun yang berkali-kali menguap. Akhirnya aku bisa tidur dan terbangun cukup segar saat ini.

Bayiku, anakku, putra kami, Daniel. Sekarang sedang lelap di keranjang bayi di sebelah kananku, sama seperti Sehun yang tertidur pulas di sofa yang ada di ruangan ini. Sehun memang meminta khusus ke pihak rumah sakit agar melakukan persalinan di gedung lain dari gedung umum, tapi itu membuat Sehun harus menerima resiko kalau tidak ada ruangan VIP di gedung sekarang kami berada. Tadinya Sehun beride untuk memodifikasi sendiri ruangan ini dengan menambahkan tempat tidur untuknya, lemari atau juga kulkas. Aku langsung memarahinya saat itu juga, makanya dia berakhir tidur di sofa.

"Ibu, selamat pagi." seorang suster menyapaku yang kutebak ingin memandikan dedek karena dedek belum mandi dari kemarin.

"Pagi, Sus." balasku.

"Ibu sebentar lagi sarapan. Kita cek tekanan darah ya, Bu." lalu suster itu melilitkan tanganku dengan alat pengecek tekanan darah.
"Normal ya, Bu." katanya beberapa menit kemudian.

"Sus, tolong bangunin suami saya boleh? Suara saya masih serak." pintaku pada suster itu karena aku tidal sanggup berterial memanggil nama Sehun.

"Oh, tentu saja, Bu." lalu suster itu menepuk pundak Sehun, "Pak. Bapak."

Sehun langsung terbangun dan mendudukkan dirinya sambil menguap lalu merenggangkan kedua tangannya.

"Permisi ya, Bu." ucap suster sebelum meninggalkan ruangan.

Sehun bangkit dan berjalan ke arahku.

"Enak tidurnya?" tanya Sehun setelah mengecup dahiku dan kini mengelus pipiku.

"Engga...aku belum bisa nyenyak. Kamu?" tanyaku sambil memegang telapak tangannya yang besar dan berurat.

"Engga juga, sayang. Aku kangen rumah kita, bau rumah sakit ga enak." jawab Sehun detail.

"Besok kita pulang...sabar ya, sayang." kataku.

Hari ini kami menerima tamu namun hanya tamu tertentu yang sudah dipilihkan oleh Mino daftarnya. Ada Jennie di dalam daftar itu, bersama keluarganya mereka akan datang. Tadinya Sehun melarang keras keluarga mereka datang. Tapi aku membujuknya dan memberi pengertian kalau keluarga Jennie juga keluarganya, tidak seharusnya keluarga seperti itu. Maka Sehun dengan berat hati menyetujui.

Dimulai dari keluarga Mommy, Daniel berhasil mendapat hadiah yang melimpah entah apa saja sampai aku heran bagaimana bisa mereka beride memberi Daniel, bayi berumur belum sampai 24jam itu sebuah membership dan free shopping dengan limit tertentu dari brand ternama. Aku hanya bisa menerima dengan sukacita saja kalau seperti ini, ya paling Mamanya yang memakai nanti free shoppingnya hahaha.

Tamu berlanjut sampai siang hari dan ada yang datang rekan bisnis lama keluarga Oh, mereka membawa set makan siang ala jepang yang aku yakin sangat mahal. Mereka juga membawa obat-obat entah itu untuk ASI atau yang lainnya. Benar-benar bervariasi ide mereka semua. Sampai sekitar jam 2 sore, Sehun menyuruh untuk berhenti menerima tamu karena aku beristirahat setidaknya sejam. Dan ajaib, aku langsung tertidur setelah tamu terakhir di jam 2 keluar. Daniel juga ikut tidur di keranjang bayi.

"Irene sayang.." suara lembut itu membangunkanku, kulihat Mommy dengan senyumannya menyapaku.
"Snack time, sayang. Mama bawain bubur kesukaan kamu. Bubur ayam jamur." tutur Mommy yang berhasil membuatku tersenyum lebar.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang