8: Jangan takut, katanya.

2.8K 272 11
                                    

Irene POV

Biasanya di pagi hari, aku selalu terburu-buru untuk menyiapkan semua kebutuhan di pagi hari. Mulai dari membereskan tempat tidur, mandi, berpakaian, mempersiapkan sarapan untukku dan Miss, lalu merias wajah dan rambutku. Itu belum ditambah diriku harus mencuci pakaian ketika sedang mandi karena jika ditumpuk pakaianku dan pakaian Miss akan seperti gunung dan akan membuang banyak waktu jika mencucinya nanti. Jadi, aku memutuskan untuk mencuci setiap hari di pagi hari.

Namun sekarang, semua berubah. Keluarga Oh mengirimkan banyak sekali barang-barang yang tidak pernah terpikir untuk kami beli, mengingat keuanganku belum stabil dan Miss juga begitu. Sebuah surat juga diberikan saat menghantar barang tersebut. Disurat itu tertulis,

Nenek dan Kakek menunggumu.
Bawa Hana bersamamu.

Nenek.

Aku tersenyum membaca surat itu, begitu pula dengan Miss. Aku mengelus punggung Miss yang kini menitihkan air mata.

"Irene, apa aku benar-benar harus datang?" tanya Miss sambil menatap surat tadi.

"Hmm.. tentu saja. Mereka baik kok, Miss. Tenang saja, ini keluarga Oh bukan keluarga Kim." kataku.

"Aku harus pakai baju apa ya..." ucap Miss sambil berdiri dan melihat isi lemarinya. Ini dia, Miss yang kukenal. Memikirkan pakaian dan gaya adalah dirinya.

"Miss, aku pergi dulu ya." pamitku dan Miss mengantarku sampai pintu.

Aku berjalan ke pemberhentian bus di dekat rumah. Namun suara klakson mobil menghentikan langkahku. Ternyata Sehun. Dia tersenyum melihat ke arahku. Aku langsung menunduk latah karena Sehun berpenampilan rapi seperti biasanya. Sehun tertawa kecil lalu tersenyum menggodaku. Aku hanya bisa menahan malu.

Sehun keluar dari mobilnya dan meraih tasku. Aku sedikit bingung namun dia dengan santai memegang tasku.

"Aku bisa pegang sendiri, Hun." kataku lalu berusaha meraih tasku.

"Engga. Aku mau merasakan apa yang dibilang temanku." katanya.

"Memangnya temanku bilang apa?" tanyaku.

"Mereka memegang tas pasangan mereka dan katanya pasangan mereka akan senang." jelas Sehun membuatku menggelengkan kepala.

"Tuan, pasangan teman anda mungkin sedang berbelanja saat itu. Untuk apa Tuan memegang tas saya di pinggir jalan seperti ini? Bukannya saya dan anda akan masuk juga ke dalam mobil?" tanyaku membuatnya berpikir keras. Ini benar-benar bodoh, pria ini memimpin perusahaan besar dan hotelnya dimana-mana...namun hal seperti ini...sungguh menyedihkan.

"Ha...Iya. Tao bilangnya gitu kemarin pas mereka shopping. Apa kita sekarang shopping aja?" pengen aku timpuk sepatu kepala Sehun, beneran deh.

"Sehun, sudah jam tengah 7 pagi. Kamu mau kehilangan deal triliyun itu atau berlama-lama membicarakan hal bodoh itu di sini?" tanyaku dan dia membuka mulutnya ber-A-ria.

Sehun membukakan pintu mobil untukku dan memasangkan sabuk pengamanku. Aku hanya menggeleng saja melihat tingkahnya. Kemarin saja sangat cuek, sekarang sangat manis. Sehun penuh kejutan. Sekarang tangannya tak mau melepas genggamannya dari tanganku. Aku merasa seperti foto pasangan yang sering kulihat di tumblr atau pinterest.

"Nanti aku anterin kamu ke rumah kakek." kata Sehun saat kami di dalam lift menuju ke ruangan.

"Harus hari ini ya?" tanyaku.

"Kakek tadi nyuruh aku ke rumah lagi mau bahas soal hotel di Jeju. Kalau kamu ga mau juga gapapa, sayang." jelas Sehun.

"Yaudah bareng aja. Aku kabarin Miss dulu." kataku.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang