16: Persiapan dan Kesiapan

2.3K 173 2
                                    

Irene POV

"Apa ini, Nek?" tanyaku pada Nenek yang menunjukkan sebuah foto tempat penghormatan hasil kremasi.

"Papa dan Mama kamu. Nenek sudah menemukannya." jawab Nenek dan aku hampir terjatuh dari posisi dudukku. Tubuhku seakan kehilangan tulang, dadaku sesak dan air mataku mengalir begitu saja.

"Ma.. Pa.." teriakku dalam hati.

***

"Baby..." suara lelaki yang sangat kukenal menyapaku saat mataku baru terbuka.

Sehun dengan matanya yang sangat khawatir menatapku juga mengelus wajahku.

"Sehun, aku dimana?" tanyaku karena sadar aku bukanlah di kamarku.

"Di kamar Nenek, sayang. Kamu pingsan tadi. Kamu pusing? Mau minum?"

Aku berusaha duduk dan Sehun dengan sigap membantuku.

"Aku mau ketemu Papa Mama..." gumamku dan Sehun tiba-tiba memelukku.

"Besok, sayang. Ini sudah malam." kata Sehun membuatku terheran...selama itu aku pingsan.

"Malam? Aku pingsan berapa lama?" tanyaku.

"Cukup lama, sayang. Tekanan darah kamu sangat rendah tadi." jawab Sehun.

"Tapi aku gapapa kan? Aku sakit?" tanyaku sedikit panik.

"Tidak, sayang. Kamu sehat, hanya terkejut saja dan ditambah kondisi kamu sedang tidak fit saja tadi." jelas Sehun.

"Maafkan aku membuatmu khawatir.." gumamku melihat keadaan Sehun yang berantakan. Bisa dibayangkan olehnya Sehun menungguku daritadi. Kemejanya kantornya masih dipakai, namun jas sudah terlepas, kancing lengan dan kerah atas sudah terbuka, dasi entah kemana, tali pinggang pria itu juga sudah tidak dipakai.

"Tidak apa-apa, baby. Besok ya kita ketemu Om dan Tante." balas Sehun sambil mengelus pipiku

"Iya, sayang." balasku dan dia mencium bibirku sekilas.

Kami keluar dari kamar itu, kulihat Nenek dan Kakek menunggu kami di meja makan, namun aku mengatakan bahwa aku tidak selera makan dan Sehun meminta izin untuk tidak ikut makan malam dan entah apa yang dikatakan Sehun pada Nenek supaya Nenek tidak memaksaku untuk makan. Aku mengajak Sehun pulang karena sudah terlalu lama di rumah keluarga Oh ini. Setelah berpamitan, Sehun membawaku ke sebuah tempat yang sedikit kukenal...

"Kita makan ya, sayang? Kamu harus makan.." ucap Sehun dan menunggu jawabanku.

"Makan apa? Kita dimana ini?" tanyaku melihat sekitar kami memarkirkan mobil yang hanya disinari beberapa lampu kecil.

"Makanan kesukaan kamu. Ayo, kamu pasti tau." jawab Sehun dan kami berjalan ke arah lain menuju pintu masuk.

"Oh! Tempat ini! Astaga, sudah lama sekali sejak pertama kali kita sarapan di sini." kataku saat melihat pemandangan pertama setelah memasuki tempat itu, sebuah restauran mewah dan berkelas yang menjadi tempat dimana aku sarapan pagi bersama Sehun di hari pertamaku waktu itu.

Tidak seperti saat pertama kali, aku disambut hangat seperti Sehun. Aku dibuatkan bubur spesial menurut penuturan mereka. Namun aku benar-benar tidak memilik selera, aku hanya menatap Sehun makan dan sesekali meminum minumanku. Saat Sehun sudah memakan makanannya setengah, dia berpindah ke dekatku dan mengambil alih makananku.

'Tidak mungkin, dia tidak mungkin menyuapiku.'

Ternyata benar, Sehun menyuapiku. Tanpa kata, tanpa izin, dan tidak memikirkan bahwa ada orang lain di restauran ini bukan hanya kami.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang