Four

8K 821 57
                                    

Jungkook menatap sedih Jimin yang menangis ketakutan melihat Seokjin yang tertidur dengan beberapa alat pernafasan diwajahnya

Rencana awal berjalan lancar, Jimin yang senang dibawa jalan-jalan oleh kedua orang tuanya dengan senyum khas anak-anak terpantri dibibirnya namun tak lama setelah memasuki kamar rawat Seokjin, Jimin menangis dan meraung ketakutan dipelukan Yoongi

" Dia hanya belum mengerti, Kook " Ucap Yoongi yang membuat Jungkook menghela nafas sembari menatap Jimin yang tertidur nyenyak sehabis mengamuk tadi

" Bagaimanapun Jimin hanyalah anak kecil, Kau setidaknya memberinya waktu untuk memahami ini semua. " Kata Yoongi lagi yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Jungkook

Mereka sedang menempuh perjalanan pulang dari rumah sakit

Jungkook merasakan hangatnya jemari Yoongi yang mengenggam tangannya.

-SKIP-

Setelah kejadian mengamuk Jimin beberapa Hari yang lalu, sekarang anak itu sedang demam matanya memerah karena terus menerus menangis

Sejak dua puluh menit lalu Yoongi mencoba menelpon Jungkook tapi Namja itu tidak menjawab sama sekali padahal sekarang waktu menunjukan pukul sebelas malam

Tidak mungkinkan Jungkook masih bekerja atau rapat??

Yoongi bingung diluar hujan deras, dan ini sudah sangat larut untuk membangunkan tetangganya.

Tapi sekelebat nama sahabat yang biasa Yoongi mintai tolong terlintas. Dengan cepat dia memanggil nama yang tersimpan apik didaftar teleponnya.

Im Jaebum

Panggilan tersambung.

" Eghhh. " Suara lenguhan khas orang baru bangun menyapa indera pendegarnanya.

" Jae.. Bisa bantu aku? " Tanya Yoongi hati-hati

Asal tahu saja Jaebum sebenarnya adalah salah satu orang yang menentang pernikahan Yoongi kala itu, makanya dia tidak datang waktu Yoongi menikah.

" Kau menelponku hampir tengah malam hanya untuk minta tolong? YA! Min kau bahkan tidak menanyakan kabarku " Oceh Jaebum seketika, mungkin sudah total terbangun. Yoongi mengigit bibir bawahnya gemetar.

" Maaf Jae, tapi kumohon tolong aku.. " Pinta Yoongi lagi, bisa didengar helaan nafas Jaebum dari seberang sana

" Ada apa? " Tanya Jaebum ketus.

" Anakku sakit. "

" Lalu, kenapa? Aku kan bukan Appanya " Ketus Jaebum lagi

" Appanya tidak bisa dihubungi, bisa bantu aku membawanya kerumah sakit? Hujannya sangat deras Jae.. Aku tidak bisa menemukan orang yang pas untuk membantuku sekarang. Ku mohon bantu aku. " Mendengar Jawaban Yoongi membuat Jaebum mendengus kesal

" Baiklah, kirim alamat rumahmu Nyonya besar yang malang. " Ucapnya

" Baiklah.. Cepat ya "

"Hmm"

-SKIP-

" Kemana Daddy nya? "

Jaebum menepuk halus anak yang berada didalam gendongannya sedangkan Yoongi mengendikan bahu sebagai jawaban membuat Jaebum mengernyit bingung

Kini mereka sedang berjalan dikoridor rumah sakit dengan tergesa. Mencari dokter specialis anak.

Sebenarnya ini juga adalah rumah sakit tempat Seokjin dirawat. maka dari itu wajah Yoongi sedikit banyak merasa gelisah.

Bukan apa-apa, Jaebum dan Jungkook belum pernah bertemu dan Yoongi sangat paham sifat Jaebum yang sering ceplas ceplos terhadap orang yang tidak Ia sukai

Dan Yoongi paham Jaebum sangat tidak menyukai Jungkook karena Yoongi dengan bodoh menerima pernikahan tolol ini. Itu si menurut Jaebum

" Dia bekerja. " Jawab Yoongi sekenanya.

Jaebum tertawa sinis " Bekerja atau menjaga istri tuanya yang koma, eoh..? "

" Jae, lakukan itu nanti. Sekarang biarkan aku focus pada Jimin. Okay? " kali ini Jaebum yang memberikan balasan berupa gendikan bahu. Acuh tak acuh.

" Hanya demam kecil, karena perubahan cuaca yang semakin ekstrim, Selebihnya dia akan membaik setelah saya memberikan antibiotic dan obat penurun demam. " Ucap sang dokter, Yoongi mengangguk kecil sembari berkata terima kasih berulang-ulang. Dan itu semua tidak lepas dari tatapan datar Jaebum

" Seharusnya Daddynya yang membawa dia kemari. "Ucap Jaebum sembari duduk disamping Yoongi, mereka sekarang sedang duduk menunggu antrian obat sedangkan Jimin masih berada diruangan Dokter bersama sang suster yang Ia titipkan sebentar.

Yoongi mengehela nafas " Jae... "

" Aku tetap tidak terima Yoon, Kau bahkan memiliki hidup yang bagus. Pekerjaan bagus, teman dan juga rumah. Untuk apa kau rela menjadi isteri kedua dari seseorang yang bahkan mencampakanmu?! " Telak, Emosi Jaebum meledak.

Yoongi terdiam. Matanya memanas.

Jadi apakah semua orang hanya menganggapnya seperti ini? Oh, bahkan sahabatnya sendiri yang berkata. Hatinya cukup perih, tapi dia hanya mampu diam.

Ini adalah pilihannya.

" Jawab Yoon! Apa uangmu kurang? "

" Apa menurutmu hanya uang yang aku pikirkan saat aku menerima permintaan Eomma Jungkook Untuk menerima anaknya yang seperti itu, Jae?" Tanya Yoongi balik.

Saat Jaebum hendak menjawab nama Yoongi dipanggil untuk menebus obat, Yoongi berjalan maju. Setelah membayar dia berjalan tanpa menoleh kearah Jaebum yang mengikutinya.

" Memang apa lagi selain uang? "

" Ada yang lebih penting dari uang " Jawab Yoongi membuat Jaebum menaikkan alisnya

" Apa? Nama Nyonya besar ? ah suamimu kan seorang pengusaha ya. "

Yoongi terdiam ditepat, langkahnya terhenti.

" Hari ini aku berterima kasih padamu Jaebum, Tapi tolong perhatikan sikapmu. Tidak semua harus ku bagi denganmu. Hanya karena kita bersahabat! " Ucap Yoongi tegas.

Lagi, Jaebum tersenyum sinis.

" Wah, padahal aku hanya ingin tahu. "

" Aku mengatakan itu, karena mungkin kau tidak akan mengerti Jae " Mata Yoongi memerah.

" Tak perlu menangis! " Ucap Jaebum sakaratis.

" Ya, aku tidak akan menangis dihadapanmu. Aku paham kenapa kau marah padaku dan juga membenci Jungkook. Tapi sungguh Jae, ini adalah pilihan hidupku. " Air mata Yoongi lolos begitu saja tanpa diminta.

Jaebum terenyuh, biar bagaimana pun namja ini yang dulu selalu menghabiskan waktu dan selalu mengerti apa yang Ia mau.

Perlahan hatinya melunak, meraih Yoongi kedalam pelukan tanpa ditolak oleh Yoongi

Tangis itu malah semakin menjadi.

Sebelum sebuah suara menginterupsi kegiatan mereka berdua.

" Yoongi?! " Panggil suara itu.

Suaranya dalam membuat keduanya melepaskan pelukan, diujung lorong bisa Yoongi lihat namja yang beberapa saat lalu tidak mejawab teleponnya.

Mata itu menatapnya tajam dengan wajah lelah juga dasi yang masih terpasang namun longgar mengikat leher juga kemeja dan jas yang tadi pagi Yoongi siapkan sebelum namja itu mandi dan berangkat kerja.

Jaebum mengenggam tangan Yoongi erat, lalu hanya suara hujan yang sayup-sayup terdengar semakin deras.




TBC

Don't forget your Voment😂

Story in Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang