#Duapuluhtuju

6.6K 629 82
                                    

Seokjin termangu melihat keluar jendela kamar apartement. Suasana apartment ini sangat sepi seperti tak berpenghuni. Air mata turun tanpa bisa ditahan. Hatinya merasa miris jika mengingat kejadian tadi pagi.

Flashback on

Pagi ini apartement Jungkook masih dipenuhi tangis Jimin yang menangisi kepergiaan Yoongi sejak beberapa hari lalu. Bibi Jung melakukan segala cara supaya Jimin bisa tenang. Sedangkan Seokjin hanya duduk diam diatas kursi rodanya. Perasaannya sedang bimbang antara harus senang atau sedih.

Haruskah dia bahagia atas perginya Yoongi yang membuat hatinya lega?

Atau, harus sedih Karena melihat keadaan jimin yang selalu menangis?

Cklek!!!

Bunyi pintu apartment yang terbuka mengalihkan atensi Seokjin dan Bibi Jung. Disana terlihat Jungkook dengan senyum menawan berjalan menghampiri Jimin. Auranya sangat ketara sekali Kalo dia sedang bahagia.

" Chim ingin bertemu mommy Kan? Cha sekarang berhenti menangis dan kita bertemu mommy. " Ucap Jungkook hangat, senyum sama sekali tak luntur dari Bibirnya

" Ita au beltmu mmy. Ddy? " Tangis Jimin berhenti terganti dengan senyum bahagia yang tersemat di bibirnya

" Ne.... Sekarang Kita mandi nde. Anak mommy harus tampan, Ayo daddy mandikan. " Jungkook mengangkat Jimin kedalam gendonganya, sesekali menggoda sang anak dengan menggelitiki perutnya, membuat tawa kegeliaan dari Jimin dan tawa Jungkook Karena melihat raut muka sang anak. Sangat bahagia sekali bukan

" Bibi Jung. Tolong siapkan pakaian untuk Jimin. " Ucap Jungkook sebelum memasuki kamar mandi

" Baik Tuan. "

Seokjin melihat itu semua. Hatinya mencolos sakit, Jungkook bahkan tak menyadari keberadaannya.

Jika seperti ini haruskah dia bertahan?

Senyum miris kembali terukir di bibirnya. Membayangkan bahwa dia lah yang berada di posisi Yoongi.

Apakah Jungkook akan sekuatir itu saat dia yang menghilang? Dan akan sebahagia itu saat menemukannya?

Demi Tuhan. Baru kali ini Seokjin melihat Jungkook sebahagia itu seumur hidupnya. Bahkan saat melihatnya sadar untuk pertama kalinya dari koma. Jungkook tidak terlihat sebahagia itu.

Apakah posisinya memang sudah hilang dari hati suaminya itu?

Apakah kehadirannya sudah tidak di butuhkan lagi sini?

Kalo seperti ini. Mati adalah pilihan terbaik bukan?

Tanpa sadar rasa bencinya pada Yoongi pun semakin mencuat besar. Seokjin menangis tanpa suara. Menangisi takdir yang seolah mempermainkannya

" Bibi. Bisakah kau mengantarku ke kamar? "

Bibi Jung tau bagaimana perasaan tuaannya yang Satu ini. Dengan senyum hangat bibi Jung mengangguk lalu mengantar Seokjin ke kamarnya

" Terima kasih. " Ucapnya lirih

'setidaknya masih ada yang peduli pada ku' lanjutnya dalam hati.

Flashback off

Took...Took..Took...

Pintu kamar yang diketuk mengalihkan pandangan Seokjin yang awalnya ke arah jendela menjadi ke pintu kamarnya. Pintu kamar itu di buka oleh wanita paruh baya yang tak lain adalah Bibi Jung.

" Tuan... Waktunya makan siang. " Ucap Bibi Jung Lembut

" Apa Jungkook pulang? " Tanya Seokjin penuh haram tapi gelengan dari Bibi Jung membuat senyum miris kembali terpatri

" Bisakah Bibi mengantar ku jalan-jalan ke luar? Aku bosan di sini Sendiri. "

" Tapi anda harus makan siang terlebih dulu Tuan. "

Seokjin menggeleng pelan

" Aku Akan menunggu Jungkook pulang. " Meski sepertinya dia tak akan pulang untuk hari ini lanjutnya dalam hati

Bibi Jung melangkah mendekat kearah Seokjin

" Baiklah, Saya akan mengantar anda jalan-jalan keluar. " Bibi Jung mendorong pelan kursi roda seokjin

" Terima kasih karena Bibi selalu ada menemaniku. " Ucap Seokjin tulus

-SKIP-

Kini Seokjin dan Bibi Kim sudah berada di taman yang tak jauh dari gedung apartment milik Jungkook, Seokjin memandang banyak pasang muda-mudi dan orang tua yang menemani anaknya bermain. Hatinya kembali sakit.

Kapan dia dan Jungkook bisa seperti itu?

Memikirkannya Saja susah membuat hatinya sesak apalagi menerima kenyataan bahwa itu tidak akan terjadi. Jikapun terjadi. Itu adalah Jungkook dan Yoongi

Tak jauh dari tempatnya. Ada Seorang namja yang sejak tadi memperhatikan Seokjin, tatapan namja itu sendu sarat akan kerinduaan dan kepedihan mengenai fakta keadaan Seokjin saat ini

" Andai dulu aku lebih cepat dari namja itu Jin-ah. Kau tak akan menjadi seperti ini. Semua ini karena Jeon Jungkook sialan itu. " Desirnya

To Be Continued......

Gaje kagak sih? Jwab lah biar gw tau:v

Don't Forget Your Voment......

Story in Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang