CHAPTER 00 | Sehari Bersama Highland

3.5K 501 38
                                    

CHAPTER 00 | Sehari Bersama Highland

×××

"Kayaknya aku bisa alergi daging sapi lama-lama."

Celetukan seorang laki-laki berpiyama motif binatang dari arah tangga memaksa Hyunjin untuk memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat dari kompor.

Si pria Hwang hanya bisa terkekeh pelan saat ia mendapati pemandangan kacau namun tetap menyenangkan dengan matanya yang menyipit setiap kali tertawa.

Mendudukkan diri dengan malas-malasan di atas kursi makan, adalah Kim Seungmin yang kedua kelopaknya masih tertutup rapat, menonjolkan garis bulu mata yang panjangnya mencapai pipi. Rambutnya yang dicat kemerahan terlihat begitu acak-acakan, mungkin sama persis dengan suasana hatinya pagi ini.

"Jangan ngeluh, Tom. Kamu tahu sendiri kita hidup di Highland, semua orang kerjanya ternak. Bersyukur dong masih bisa makan." ceramah Hyunjin, di sela-sela suara blender yang sibuk mengiris buah-buahan.

Seungmin tidak setuju dengan kalimat kekasihnya, tapi mendadak mengangkat kepala saat panggilan yang diberikan Hyunjin terdengar asing.

"Who the fuck is Tom?" rutuknya dengan nada meninggi, entah menaruh curiga atau hanya merasa kesal saja dengan julukan aneh itu.

Hyunjin mengulas senyum paling indah sembari melepas apron, membuat beberapa helai anak rambut pirangnya tersampir ke belakang. Mengambil gelas-gelas penuh dengan jus buah, ia menyusul Seungmin dan duduk di kursi seberangnya.

"Tom is you, tomato." ucap Hyunjin. "Because your hair is red, just like your cheeks turn its colour everytime I kiss you in public."

Sebuah dengusan kesal muncul dari ujung bibir Seungmin, mengundang gelak tawa lain dari dominannya.

"Hyunjin bego." olok Seungmin, pura-pura jantungnya tidak berdegup sedikit lebih kencang ketika Hyunjin memberi nama kesayangan lain kepadanya.

Yang diejek tidak sakit hati sedikitpun. Alih-alih ia memindah fokus pada dua piring berisi olahan daging sapi yang ia masak—kali ini berbumbu blackpepper.

Seungmin selalu bertanya-tanya darimana Hyunjin mendapat semua resep makanan dan keahlian mengubah bahan mentah menjadi masakan setara restoran. Dan yang lebih tua beberapa bulan itu tidak akan menjawab, justru balik menggodanya karena baru saja mengatakan secara tidak langsung bahwa Hyunjin pandai memasak.

Begitulah Kim Seungmin. Kata-katanya pedas tapi hatinya selembut kapas. Ia akan selalu protes mengapa yang Hyunjin hidangkan untuk sarapan, makan siang, maupun makan malam selalu tidak jauh-jauh dari daging sapi, tapi pada akhirnya tetap akan memuji tentang bagaimana lezatnya kudapan tersebut.

"Ya, aku bego banget sampai-sampai dapet undangan private dari CIAU terus direkrut jadi agen di CIA—"

"Terus aja sombong, terusin. Telingaku udah kebal sama omongan sampah." sela Seungmin ketika Hyunjin mulai berbicara tidak jelas.

Hyunjin hanya tertawa sebagai balasan. Keduanya sibuk menggores pisau diantara serat daging yang halus dan bumbu kehitaman yang agak pedas. Mereka memang berisik, tapi meja makan adalah salah satu tempat dimana mulut-mulut akan tersumpal dan lebih memilih untuk fokus kepada saluran pencernaan masing-masing.

Pagi ini cerah di Highland County, sama seperti biasanya. Suhu normal musim panas di kota kecil ini tidak jauh dari dua puluhan derajat, dan termostat di samping pintu kediaman Hwang dan Kim menunjukkan angka sembilan belas.

Seungmin adalah yang paling jarang menyentuh lantai kayu rumah mereka, lantaran masuk ke divisi Directorate of Intellegence memaksanya menghabiskan nyaris seluruh hidup di kantor pusat di Fairfax. Menapak di sini dua hari lalu, ia mengambil cuti senior yang dijadikan semacam privilege di CIA.

𝙙𝙧𝙤𝙣𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang