CHAPTER 19 | Terlalu Keras Kepala

1.2K 361 37
                                    

CHAPTER 19 | Terlalu Keras Kepala

×××

Seungmin memeriksa monitor EEG yang ia pegang di tangan kirinya sebelum mengangkat ponsel ke telinga, menunggu Hyunjin untuk mengangkat telepon.

Sekarang pukul dua pagi, udara dingin dan kering Highland menerpa wajahnya beberapa kali. Seungmin berdiri tidak nyaman di balkon, menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan Hyunjin untuk bangun dan menekan tombol hijau di ponselnya.

"Ha-halo?"

Suara serak Hyunjin adalah yang pertama kali terdengar setelah bunyi nada sambung. Seungmin menegap, sekali lagi melirik pada grafik di monitornya untuk memastikan orang yang ia pasangi sleep scope masih tertidur.

"Hyunjin, gimana? Kamu udah mulai punya ide tentang siapa yang ngirim teror drone ke aku?" tanya Seungmin serta-merta, sejenak abai pada keadaan Hyunjin yang belum mengumpulkan nyawa.

Si laki-laki Hwang berdehem beberapa kali, mungkin sambil mengucek matanya. Ada suara selimut dibuka yang didengar Seungmin. Hyunjin bangkit dari ranjangnya.

"Kamu ngapain telfon jam segini? Kenapa nggak siangan aja?"

Dari nadanya, jelas jika Hyunjin terganggu. Seungmin iba karena ia tahu bahwa kekasihnya itu memang sedang super lelah, tapi ia tidak bisa peduli sekarang. Tidak ketika ada informasi penting yang perlu ia sampaikan pada Hyunjin.

"Sorry, Jin. Nanti aku jelasin. Situasinya agak urgent."

Mendengar nada bicara Seungmin yang serius, Hyunjin agaknya larut dalam suasana. Ia terbatuk lagi setelah meminum air untuk mengembalikan suaranya.

"Oke, oke. Aku udah dapet lumayan banyak clue, dan semuanya ngarah ke Changbin. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi emang gitu kenyataannya."

"Emang clue terbarunya apa? Kamu dapet darimana?"

Interogasi Seungmin sedikit terdengar meremehkan, memaksa Hyunjin untuk merasa terganggu juga. Ia benci bagaimana Changbin masuk dalam daftar orang-orang terpercaya Seungmin.

"Aku dibantu Minho. Kita dapet info kalau drone pertama yang dikirim itu ada sinyal dari Richmond. Aku udah cek profile semua orang di CIA, dan yang paling memungkinkan itu Changbin. Dia masih sering bolak-balik ke Richmond tiap hari, nggak kayak Felix yang nyewa apartemen di Fairfax."

Seungmin tidak bisa menahan helaan napas frustasi setelah mendengar penjelasan Hyunjin yang menurutnya sangat janggal itu.

"Hyunjin, denger aku baik-baik. Kamu jangan percaya apapun yang dibilang Minho ke kamu, aku mohon." pinta Seungmin bersungguh-sungguh.

Di seberang, Hyunjin menaikkan alisnya sebelah dengan perintah tidak masuk akal tersebut. Minho adalah satu-satunya orang yang ia percaya sekarang, bagaimana bisa Seungmin melarangnya untuk tidak mendengar apa kata si laki-laki Lee?

"Maksud kamu gimana? Seungmin, asal kamu tahu. Cuma Minho yang peduli sama aku dan mau bantuin aku. Temenku emang banyak, tapi nyatanya dia yang dateng ke aku pas situasi lagi nggak enak gini. Mungkin kelihatannya Changbin deket sama aku, tapi buktinya dia malah yang paling mencurigakan sekarang."

Seungmin memejamkan mata. Ia sudah bilang pada Hyunjin untuk tidak mencurigai Changbin karena sangat tidak mungkin laki-laki Seo itu melakukan hal seperti ini. Namun jika Hyunjin sudah dibalut rasa cemburu, maka Seungmin tidak bisa lagi menahan apa yang ingin ia sampaikan sejak awal.

"Hyunjin, semua bukti yang aku dapet itu mengarah ke Minho. Aku nggak tahu kontribusi dan tujuan dia apa, tapi yang jelas dia berhubungan sama kejadian ini." ucap Seungmin setengah berbisik. "Dan Changbin nggak mungkin pelakunya, Hyunjin. Percaya sama aku, aku tahu Changbin lebih dari kamu."

"Oh, gitu ya? Jadi kamu tetep bakal belain Changbin bahkan ketika semuanya udah jelas kalau dia nusuk kita dari belakang?"

Intonasi Hyunjin otomatis meninggi setelah penjelasan Seungmin, membuat si surai merah mendadak panik.

"Bukan gitu, Hyunjin. Aku—"

"Kamu pakai nyalahin Minho juga lagi sekarang. Udahlah, kamu nggak usah kasih info apa-apa sama aku. Biar aku sendiri yang nyari pelakunya."

"Hyunjin, aku belum selesai ngomong!"

Telepon ditutup sebelum Seungmin selesai. Si laki-laki Kim menjauhkan ponsel dari telinga, mendengus penuh keresahan. Hyunjin selalu menjadi keras kepala jika ia sudah merasa tidak aman. Dalam hal ini, ia memandang Changbin sebagai musuh sejak awal karena si pria Seo bersikap seolah akan merebut Seungmin darinya.

Seungmin kembali menilik monitor EEG-nya, menemukan grafik tidak stabil yang menunjukkan tanda-tanda orang tersebut akan terbangun.

Ia pun segera melangkah ke dalam kamar, mematikan ponsel dan menyembunyikan monitor portable-nya sebelum masuk ke selimut, pura-pura memejamkan mata.

SINGKATAN-SINGKATAN

• EEG = Electroencephalogram

𝙙𝙧𝙤𝙣𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang