CHAPTER 13 | Dikendalikan

1.2K 389 43
                                    

CHAPTER 13 | Dikendalikan

×××

Seungmin bisa merasakan hormon adrenalin tengah mengambil kendali dalam tubuhnya. Saraf-saraf menegang, begitu pula dengan suasana sekitar ketika ia menyadari sesuatu.

"Jadi kamera-kamera itu dari siapa, Hyunjin?!"

Si surai merah tidak bisa untuk tidak berseru keras pada kekasihnya. Rasa takutnya menjadi berlipat ganda saat situasi seperti mengatakan bahwa bahaya tengah mengancam ia dan Hyunjin.

"Seungmin."

Sambungan telepon masih ada, tiba-tiba suara Han memanggil namanya menginterupsi. Seungmin memutar tubuh untuk mendapati laki-laki rambut biru yang menetap di rumahnya sejak kemarin itu menatapnya bingung.

Menjauhkan ponselnya sejenak dari telinga, Seungmin menyahut.

"Kenapa?"

Han agaknya menyadari bahwa ia mengganggu, tapi kemudian tidak bisa menahan untuk tidak bertanya.

"Hyunjin ngirim drone lagi? Soalnya ada Solar Eagle di luar lagi muter-muter."

Kalimat Han lantas membuat Seungmin kembali panik. Ia menekan tombol merah di layar ponselnya sebelum melangkah cepat dan menarik lengan Han cemas.

"Loh, kenapa, Seung?" tanya Han dengan manik melebar, ikut takut.

Seungmin melirik ventilasi dan menemukan sebuah Solar Eagle berwarna putih dengan lima baling-baling dan tentu saja kelipan merah tanda perekam tengah terbang di luar rumahnya. Ia menarik Han lagi untuk menempelkan punggung di pintu sebelum berbisik.

"Hyunjin nggak ngirim drone, ponselnya disadap. Sekarang ambil pistol lo, siap-siap kalau misal tembakan gue meleset." perintah Seungmin cepat dan tegas.

Kecekatan Seungmin sempat membuat Han ingin berteriak mengaguminya—sekarang ia mengerti mengapa nama Kim Seungmin sangat diunggul-unggulkan di CIA—tapi tentu saja ia tidak punya waktu untuk itu.

Tubuh Han membeku di tempat, sementara Seungmin dengan pergerakan fluidanya sudah berada di sudut lain ruangan, sibuk mengisi pistolnya dengan amunisi.

"S-Seungmin, gue nggak terlalu jago nembak..." cicit Han kemudian, dengan badan masih menempel di belakang pintu kayu.

Seungmin mendesah gusar. Rupanya benar tentang pemikirannya kala itu dimana Han bukannya akan membantu tapi malah merepotkan saja. Mengapa Felix tidak mengiriminya orang handal saja, sih? Changbin misalnya.

"Tck, ngerepotin doang lo. Tangkep nih."

Dengan gestur terlampau santai, Seungmin melempar pistolnya yang lain ke arah Han. Yang dilempari senjata otomatis gelagapan, tapi tetap berhasil menangkap benda berbahaya itu meski peluhnya mengalir di dahi.

"Lo diem dulu, tapi tetep waspada di belakang gue. Jangan gerak berlebihan."

Han hanya bisa mengangguk ketika Seungmin memberinya perintah lain. Ia melangkah perlahan mengikuti si laki-laki Kim.

Seungmin menajamkan tatapan, menginginkan pelurunya lewat melalui celah kecil ventilasi berjaring tanpa merusak kawat. Ia sudah siap untuk menembak, tapi drone di luar tidak berhenti bergerak, bahkan terbang memutar dengan kecepatan tinggi.

"Anjir maunya apa sih." gumam Seungmin heran, dalam hati semakin merasa kalut karena jika pergerakan drone itu tidak stabil, maka artinya ada yang tengah mengendalikannya dengan manual, dan siapapun itu pasti tahu bahwa dirinya tengah berusaha merusak si Solar Eagle.

"Kenapa nggak buruan ditembak, Seung? Takut gue njir."

"Tck diem sebentar kenapa sih!"

Bentakan kecil Seungmin kembali membungkan Han, dan pada saat yang sama peluru pun dilepaskan.

Suara nyaringnya membuat Han tersentak kaget, tapi tidak berhasil menimbulkan seruan puas dari si penembak.

"Nggak kena. Drone-nya lari, hilang."

Han melotot mendengar penjelasan Seungmin.

"K-kok bisa?"

Seungmin hanya bisa mendengus parau sembari menyimpan pistol di kantung celana, berniat untuk berpatroli sekeliling rumah kalau-kalau ada kamera tersembunyi lainnya.

"Ada yang ngendaliin, pasti. Dan dia tahu apapun yang lagi kita lakuin."

𝙙𝙧𝙤𝙣𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang