CHAPTER 09 | Kedatangan Si Rambut Biru

1.4K 397 38
                                    

CHAPTER 09 | Kedatangan Si Rambut Biru

×××

"Please, lepasin! Gue bukan penjahat atau orang yang neror lo pake drone sama kamera di kamar mandi, sumpah!"

Seungmin meringis penuh kesal ketika si rambut biru yang dini hari tadi menembakkan sebuah peluru long rifle dari senapan Buckmark tidak berhenti melonglong minta ampun.

Mendengar teriakan super histerisnya tadi, Seungmin tidak jadi untuk menembaknya dengan amunisi berlapis racun yang ia simpan untuk keadaan darurat. Laki-laki itu tidak terlihat mengancam, entah karena ia memang lemah atau hanya sebuah taktik belaka.

Yang mengirim drone memang Hyunjin—sesuai yang dibilang kekasihnya itu via pesan singkat, berarti Seungmin tidak perlu pusing memikirkan tentang ancaman spionase yang kemungkinan tengah memburunya. Jelas bahwa yang si rambut biru katakan tentang dirinya bukan orang yang menyelundupkan kamera itu benar.

Namun yang menjadi alasan utama Seungmin tidak bisa melepasnya adalah dari kalimat pengakuan tersebut juga. Darimana ia tahu kalau di rumah Seungmin ada pengiriman drone dan kamera yang serasa tengah menerornya beberapa hari terakhir?

"Shut up moron, don't you dare to talk to me." ucap Seungmin tegas setelah ia selesai mengikat tubuh si rambut biru dengan kawat baja.

"Gosh." dengus laki-laki yang lain, badannya tidak bisa bergerak sedikitpun. "For your information, nama gue Han Jisung dan gue nggak mau ngapa-ngapain selain bantuin lo!"

Seungmin menulikan pendengaran. Otaknya masih sibuk berpikir tentang probabilitas profil sesungguhnya dari pria ini, dan juga tujuannya datang kemari.

Seperti tengah membaca pikiran si pemilik rumah, Han Jisung kembali berkata-kata tanpa ditanya.

"Sorry soal peluru itu, gue nggak sengaja narik pistol gue saking gugupnya, sumpah." akunya. "Gue mantan agen FBI yang baru aja dipindah ke CIA, divisi NCS. Pacar lo, Hyunjin, kenal gue. Gue disuruh Felix kesini buat jaga-jaga!"

Kening Seungmin mengernyit, sedikit termakan omongan Han. Ia baru ingat bahwa Felix memang mengatakan bahwa ia akan mengirim seseorang dari National Clandestine Service untuk datang ke rumahnya. Tapi tentu ia tidak bisa begitu saja percaya. Semua orang dapat mengaku sebagai siapa saja.

"Lo diem, jangan teriak-teriak atau gue suntik saxitoxin." ancam Seungmin, membuat Han yang baru akan mengomel lagi pun bungkam di tempat.

Si laki-laki Kim mundur, berjalan ke arah meja dimana ia menaruh ponselnya. Mencari kontak Felix, menekan tombol hijau untuk menyambungkan panggilan.

"Fel?"

"Iya, kenapa? Anak yang gue kirim udah sampai?"

Seungmin mengerjap. Ia melirik kilas ke arah Han yang raut mukanya bercampur antara pucat dan kesal.

"Ng, siapa yang lo kirim?" tanya Seungmin untuk memastikan.

"Han Jisung, anak NCS baru. Mantan FBI yang ditransfer ke CIA bulan lalu. Lo udah ketemu dia?"

"Ng,"

Seungmin bergumam, sedikit merasa bersalah karena telah mengikat dan nyaris membunuh rekan kerjanya sendiri.

"Rambutnya biru?" ucapnya lagi.

Dari sudut rumahnya yang lain, Seungmin bisa mendengar Han kembali menggerutu, mengatakan bagaimana seorang petinggi Directorate of Intellegence bisa nyaris menghabisi agen baru sepertinya.

"Thank God, dia udah sampai."

Felix bertutur lega, dan Seungmin hanya bisa terkekeh canggung. Diam-diam berdoa agar si laki-laki Lee tidak akan tahu tentang orang kirimannya yang Seungmin ikat dengan rantai baja di salah satu tiang di rumah.

"Um, well, beneran ini kan anaknya? Habisnya dia..." ucapan Seungmin menggantung, netra kembali meminggir untuk memeriksa Han yang kemungkinan besar bisa menebak apa yang tengah ia pikirkan. "...kelihatan nggak meyakinkan."

Ada suara tawa pelan bernada bariton dari seberang. Felix nyaris terjungkal dari kursinya, namun kemudian sibuk merutuki kebodohan Seungmin maupun Han.

"Beneran lah! Lo cek aja belakang lehernya, udah gue kasih chip camera GPS dari pusat."

Seungmin menepuk dahinya pelan, sekarang resmi menyalahkan kelalaian diri sendiri.

"Anjir iya juga, kenapa nggak gue cek dari tadi." tutur Seungmin. "Ya udah Fel, thanks ya."

Setelah memutus sambungan teleponnya dengan Felix, Seungmin melangkah mendekat kembali ke arah Han. Si rambut biru memutar matanya sarkastis, menyalahkan Seungmin sepenuhnya atas perlakuan tidak menyenangkan yang ia dapat hari ini.

"See? Gue beneran anak CIA y—aduh! Pelan-pelan dong!"

Han baru saja akan menceramahi Seungmin balik, tapi kemudian kalimatnya yang belum rampung terpotong lantaran si laki-laki Kim mendorong kasar lehernya ke samping untuk memeriksa apakah ia benar memiliki chip khas CIA yang selalu dipasang ke setiap agen yang tengah keluar dari markas pusat di Fairfax.

"Oke, sorry kalau gitu." ujar Seungmin datar setelah menemukan benda hitam kecil yang menempel di kulit Han, mengedipkan lampu hijau neon.

Han mendengus gusar.

"Sekarang bisa lo lepasin gue?" tanya Han, yang mana lebih terdengar sebagai perintah.

Seungmin mengangguk sekali, tapi menjauh lagi darinya untuk mengambil pistol lain yang ia simpan di bawah bantalan sofa.

Pria yang tengah terikat mendadak melebarkan matanya panik.

"Loh gue kan udah terbukti bukan penjahat! Jangan bunuh gue dong!" teriaknya lagi, entah sudah yang keberapa hari ini.

Si surai merah merasa telinganya mendengung, demi apapun. Tidak mempedulikan kehisterisan Han yang memuncak, ia melangkah ke depan, berjongkok dan menarik pelan gembok rantai baja di belakang tubuh si rambut biru.

"Eh tolong jangan bunuh gue, dong, please? Gue belom nikah—"

"Bisa diem nggak, sih?" bentak Seungmin nyaring, sekali lagi berhasil membuat mulut berisik Han terkunci. "Kunci rantainya hilang jadi gue harus pakai ni."

"Hah? Gila ya lo? Jadi lo ngiket gue pakai rantai yang nggak ada kuncinya? Parah, sih." cerocos Han.

Berusaha tidak peduli, Seungmin menarik pistolnya dari jarak dekat, menimbulkan suara nyaring lain yang mengagetkan Han bukan main. Gemboknya pecah menjadi beberapa bagian, ikatan di tubuh si rambut biru pun terlepas longgar.

"Udah." ucap Seungmin singkat sebelum berdiri untuk mengembalikan pistolnya ke tempat persembunyian yang lain.

Han masih komat-kamit karena terkejut dengan tembakan dadakan ke sisi belakang tubuhnya—untung tangannya tidak ikut putus—namun manik sigapnya tidak bisa untuk tidak menatap benda yang baru digunakan Seungmin untuk melepas rantai tersebut.

"Wow. Beretta DC?" gumamnya kagum.

"Apa?" sahut Seungmin saat mendengar sekilas apa yang Han ucapkan, badannya membalik, menatap ke arah laki-laki lain yang kini menggeleng gugup.

"Nggak papa, hehe." balas Han, cengengesan.

Seungmin mengehela napas. Sepertinya hidupnya di Highland beberapa hari ke depan tidak akan setenang biasanya.

"Dasar aneh." gumam Seungmin kepada Han, dalam hati merutuk tentang mengapa si rambut biru terlihat lebih seperti yang harus dilindungi alih-alih agen yang sebenarnya tengah ditugaskan untuk menjaga dirinya.

SINGKATAN-SINGKATAN

• NCS = National Clandestine Service

𝙙𝙧𝙤𝙣𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang