CHAPTER 15 | Klarifikasi Dibalas Pembelaan

1.3K 407 29
                                    

CHAPTER 15 | Klarifikasi Dibalas Pembelaan

×××

"Oh, thank God. Kukira kamu kenapa-napa."

Helaan napas lega Hyunjin terdengar jelas begitu Seungmin selesai menceritakan apa yang terjadi saat ia memutus panggilannya mendadak kemarin.

Seungmin mengetuk meja pantry dengan gerakan tidak teratur. Pikirannya kalut bercampur bingung untuk mengambil keputusan setelah ia menemukan komponen-komponen spesifik dari drone yang dikirim di hari pertama.

Ia melirik kilas ke arah Han yang tengah disuruhnya membongkar kamera kecil yang ditemukan di kamar mandi. Si rambut biru tampak tekun menjalani tugas, wajahnya terlihat fokus. Seungmin terkekeh pelan kala alis Han tertaut dan pipinya menggembung lucu.

"Lain kali jangan suka mutus telepon tiba-tiba dong, sayang. Aku khawatir."

Senyum lain mengembang membentuk kurva yang indah di paras rupawan Seungmin kala Hyunjin kembali bertutur.

"Iya iya, sorry. Habisnya aku harus gerak cepet, nggak bisa ditunda-tunda." adu Seungmin.

"Dasar sok perfeksionis."

Nada Hyunjin mengejek tapi tidak melunturkan audio yang terlampau manis diujar oleh mulut yang selalu menjadi tempat bibir Seungmin berlabuh.

"Anyway, aku lagi coba ngelacak siapa yang ngirim drone ke kamu, dibantuin Minho disini. Don't worry too much, okay?"

"Aku juga kerja, drone sama kamera pertama ada di tanganku jadi aku bongkar semua isinya. Felix ngirim Han kesini buat temenin aku. You don't have to worry too." balas Seungmin.

Tanpa harus melihat, Seungmin pun tahu Hyunjin tengah mengangguk pelan disana, sambil mengulas senyum yang sama.

Mereka berdua bagai pinang dibelah dua. Selalu punya cara berpikir dan penyelesaian masalah yang sama. Keduanya cekatan, tapi tetap tenang dalam menjalankan tugas.

Atau mungkin tidak bagi Hyunjin. Kata tenang menjadi tidak cocok untuknya setelah Seungmin membaca artikel yang ditulis di halaman pertama koran elektronik internal CIA kemarin.

"Hyunjin, kamu habis berantem sama Changbin? Kenapa?"

Pertanyaan mendadak itu membuat Hyunjin sedikit tergagap, Seungmin bisa mendengar gumaman kecil dan napas yang tidak teratur.

"Kok kamu tahu?"

Si surai merah menghela napas. Jika Hyunjin tidak mengelak, artinya ia yang memulai pertengkaran itu.

"Semua orang di CIA nggak ada yang nggak tahu, Hyunjin. Nama sama fotomu ada di headline news." rutuk Seungmin. "Berantem kenapa lagi, sih? Topiknya harus banget ngerebutin aku gitu?"

"Nggak gitu, Seungmin. Aku curiga dia yang nyadap hape aku, terus aku jadi kelepasan kontrol. Mana dia juga mancing lagi, nyebut-nyebut nama kamu. Aku jadi emosi."

Terdiam sebentar, Seungmin membiarkan Hyunjin bernapas setelah perkataan menggebu-gebunya. Ia berusaha menenangkan diri juga, sebisa mungkin membalas dengan kepala dingin.

"Salah besar kalau kamu marah sama dia. Dia temenku sejak lama, senior kamu juga. Kita semua tahu mulutnya emang kurang ajar, but believe me when I say he doesn't mean it. Dia cuma suka lihat orang lain kepancing emosi gara-gara dia."

"Kamu belain dia?"

Hyunjin menyergah dengan cepat, kata-kata Seungmin seperti angin lalu di telinganya. Laki-laki yang lebih muda berusaha sabar, tersenyum dalam hati saat membayangkan raut kesal Hyunjin sekarang ini.

"No, not at all. Aku nggak bela siapa-siapa, I just stated the truth. Ya udah ya, aku sibuk ngurus drone kemarin. Aku tutup."

Konversasi nyaris berakhir dan Hyunjin baru saja hendak protes ketika Seungmin menambah kalimat penutupnya sebelum sambungan benar-benar terputus.

"And you sounds cute when you're jealous, Hwang. Gitu terus aja nggak apa-apa, aku suka."

𝙙𝙧𝙤𝙣𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang