CHAPTER 29 | Sebuah Bom Waktu

1.1K 305 38
                                    

CHAPTER 29 | Sebuah Bom Waktu

×××

Adalah Seungmin yang keluar dari ruang pertemuan Original Headquarters Building dengan raut datar, namun berubah ekspresi begitu saja saat pintu sudah ditutup rapat.

Laki-laki itu menghela napasnya, merajut langkah dengan pasti sembari mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya untuk menelepon seseorang.

"Changbin? Lo dimana sekarang?"

Ada kebisingan yang kentara dari suara sambungan teleponnya dengan Changbin di ujung sana. Napas yang tidak teratur, dengusan lelah di tiap detiknya, serta suara sepatu yang beradu dengan lantai pada kecepatan tinggi. Si pria Seo hening sejenak hanya untuk berseru kencang-kencang di detik selanjutnya.

"Bangsat masih nanya. Dimana lagi gue kalau bukan di lantai underground, lagi melarikan diri dari bom yang lo suruh nyalain. Lagian lo gila ya, minta tolong gue yang kayak gini. Temen macam apa sih anj-"

"Bin, please. Gue udah bilang kan bom yang gue buat punya sensor sidik jari sama pantulan suara. Dia nggak bakal meledak kalau orang yang nyalain belum keluar dari zona lima kilometer."

Seungmin menyahut umpatan Changbin yang bertubi-tubi sambil berjalan cepat menuju lift, hanya untuk disemprot lagi oleh orang di sambungan telepon.

"LIMA KILOMETER?!"

Teriakan histeris Changbin (yang masih diiringi hembusan napas yang berat) membuat Seungmin harus menjauhkan ponselnya dari telinga sejenak. Ia mengernyit dan ingin menyumpahi Changbin balik, namun waktu kritis seperti ini sama sekali bukan waktu yang tepat untuk bertengkar.

"Seungmin, tinggi gedung ini aja nggak sampe segitu. Lo yakin nyuruh gue ke rooftop sekarang? Lo mau nangkep penjahat apa bunuh gue, sih?!"

"Tck, lo bisa diem dan nurut aja nggak sih." gerutu Seungmin mendengar Changbin yang terlampau cerewet padahal ia sudah menjelaskan detail rencananya dari jauh-jauh hari. "Gue juga masih di OHB ini, sama aja kayak lo. Kita ke rooftop buat bisa kabur, makanya gue nyuruh orang buat bawa helikopter ke sana."

"HELIKOPTER?!"

Changbin berteriak untuk yang kesekian kalinya. Seungmin benar-benar sudah tidak tahan.

"Lo nyuruh siapa-"

"Udah ya Bin pokoknya lo cepet naik lift buat ke rooftop, masalah selesai. Jangan cerewet."

Dengan itu, sambungan telepon diputus sebelah pihak. Seungmin mengantongi ponselnya sebelum berbelok ke lorong lift. Ia baru berpikir bahwa rencananya akan berjalan mulus begitu saja saat tepat di depan pintu lift ada dua orang berjas menghadang langkahnya.

Seungmin tersentak dan mundur sedikit. Matanya bertatapan dengan dua orang asing yang setelannya familiar itu sebelum mereka mengeluarkan lencana pengenal mereka.

"FBI." ucap salah satunya, menunjuk logo khas lembaga sebagai pembukti. "Kami disini untuk menangkap saudara Kim Seungmin atas dugaan pembunuhan agen CIA Hwang Hyunjin serta pencemaran nama baik pimpinan CIA Christ Bang."

Dengan susah payah, Seungmin mengatur napas dan detak jantungnya. Seharusnya bukan lagi sesuatu yang sulit, mengingat sebagian besar hidupnya menjadi agen CIA pun dihabiskan dengan aksi penyamaran dan penyergapan diam-diam. Namun kali ini berbeda. Yang ia hadapi pun sama-sama berasal dari badan intelijen, bahkan berasal dari lembaga yang seharusnya bekerja sama dengan tempat ia bekerja.

Kerja sama apanya, Seungmin tidak bisa untuk tidak merutuk dalam hati. Satu-satunya kerja sama yang ditekuni bertujuan untuk menghancurkan diri sendiri, sama sekali bukan sesuatu yang perlu diteruskan.

𝙙𝙧𝙤𝙣𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang