Part 4 | Ditolak (Revisi)

866 48 0
                                    

"Penolakan dari orang yang disayang itu emang nyakitin, tapi apa kalian akan berhenti sampai situ saja?"
-Devih-

》》》》

Author:
Devih_Lestari

Icisnrjnh227

Happy reading!
Kalau masih ada typo, mohon koreksinya👃

》》》》》

Pagi kembali hadir, terlihat Vei yang nampak begitu kacau. Perdebatan dengan ayahnya tadi malam berakhir dengan Vei yang menangis sampai terlelap. Akibatnya, sekarang mata Vei terlihat sembab meski telah di tutupi bedak.

Vei kembali ingat ketika semalam ayahnya membentak dirinya. Ketika ibunya masih ada, tidak sekalipun Vei di bentak-bentak. Itu pertama kalinya ayahnya membentak Vei. Membuat Vei semakin marah, karena ayahnya membentak dirinya untuk membela orang asing itu.

Vei tiba di ruang makan yang telah terisi semua, hanya tersisa satu bangku untuk dirinya. Tidak peduli mereka belum makan karena menunggu dirinya, karena yang ingin Vei lakukan sekarang adalah menjauh dari mereka semua. Vei tidak ingin ada diantara mereka saat ini, ataupun nanti.

"Vei, sarapan dulu" perintah ayahnya begitu dingin, tahu Vei bersiap meninggalkan ruangan ini.

"Vei sarapan di sekolah aja." tanpa menoleh Vei menjawab dengan dingin pula.

"Tunggu, mama udah siapin bekal buat kamu" dengan cepat Bibi Yuni beranjak mengambilkan bekal untuk Vei yang sudah dia siapkan di dapur. Yuni telah memperkirakan bahwa Vei tidak ingin sarapan bersama, oleh karenanya, dia menyiapkan bekal makan siang untuk Vei.

Vei tidak ingin menanggapinya, ia lebih memilih fokus memasangkan sepatunya, tanpa menghiraukan wanita asing itu berbicara. Bersiap untuk berangkat sekolah.

"Yakk! Mama udah susah bikinin Li bekal. Tinggal dibawa aja apa susahnya sih?!" Kesal Ayasha yang tahu Vei tidak mau membawa bekal yang sudah susah-susah mamanya buat.

"Iya Vei, kalau kamu nggak mau sarapan disini, setidaknya kamu makan bekal yang mama kamu buat." setuju ayahnya. Cihhh, memangnya Vei sudi?.

"Sebentar ini bekalnya." Bibi Yuni memberikan totte bag merah yang berisi bekal kepada Vei. Namun itu hanya dilihat datar oleh Vei.

"Udah, nih... kamu bawa bekalnya." dengan paksa Bibi Yuni menaruh totte bag hingga berpindah ke tangan Vei.

"Oya, ini juga uang jajannya." Bibi Yuni menyiapkan uang rupiah berwarna biru itu ketangannya yang memegang totte bag. Dengan senyum lebar, Bibi Yuni kembali ke tempatnya.

"Udah... kamu bisa berangkat sekarang. hati-hati bawa motornya." pesan ayahnya yang tidak dianggap Vei. Meski kesal, Vei tetap membawa totte bag itu dengan malas.

"Aku berangkat, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

》》》》

Vei masih termangu diparkiran motor sekolah. Batinnya berperang antara membawa bekal yang dibawakan bibi Yuni ke kelas, atau ditinggalkan di motornya.

Jika bekal itu buatan ibunya, tanpa berpikir panjang, Vei akan membawanya ke kelas. Namun ini dari wanita yang dibencinya.

"Heii!" gerakan mengagetkan dari belakang tubuh Vei menyadarkannya.

Terlihat lelaki yang nampak tidak asing disamping motornya. Nampak baru saja turun dari motor ninja merah.

"Kenapa Lo bengong? kesambet baru tau rasa Lo!" ucapan sok akrab dari lelaki itu Vei abaikan. Rasanya Vei tahu apa yang akan ia lakukan dengan bekal yang dibawanya .

"Kenapa sih? Ngeliatin apa? Emang ada yang lebih indah dari ciptaan tuhan ini ya?" ucapan narsis lelaki itu membuat Vei mual.

"Wahhh... ini bekal. Lo gak mau? buat gue aja yak?!" dia dengan kurang ajarnya memeriksa tottebag yang masih menggantung di motor nya.

"Yaaak! Siniin itu milik Gua." celetukan cowok tadi entah mengapa membuat Vei naik darah.

"Oh, Lo mau? gua kira lo gak mau, di liatin doang sih." ujarnya cengengesan.

"Berisik" balas Vei judes. Kemudian turun dari motor dan merampas kembali tottebag miliknya.

"Yahh... padahal kalau lo enggak mau, gua juga siap nampung."

"Diem Lo. Nggak usah sok akrab sama Gua."

"Kita emang harus akrab.. karena kita satu meja. Eh bentar, mata lo kenapa?" tanpa memperdulikannya, Vei beranjak meninggalkan Xalio.

"Lo habis nangis? siapa?! siapa yang bikin lo nangis?! Bilang sama abang Xalio. Biar abang Xalio ngabisin orang yang bikin neng Vei nangis ayo bilang!" Vei tidak tahu apa yang dibicarakan cowok itu. Pertama kali melihat, Vei kira cowok itu akan sok keren, sok cuek yang gak banyak omong. Tapi mengapa tingkahnya malah seperti ini? Membuat Vei ilfeel saja.

Vei memberhentikan langkah nya, kemudian menatap tajam pada Xalio yang berada di sampingnya, cowom itu masih ngerocos dengan tidak jelas. Cih, sok akrab..

"Lo bisa diem gak sih?! Jijik tahu enggak gue dengernya. Jangan bikin gue benar-benar plester tuh mulut yang kaya cewek. Dan dengar sekali lagi, jangan sok akrab sama gue karena gue gak suka sama Lo." desis Vei tajam dan pergi meninggalkan Xalio yang menutup mulut nya takut Vei benar benar memplester mulut nya.

"Duh... baru juga mulai, udah di tolak" gumam Xalio tidak percaya.

¤¤¤¤¤

Ig Author:

@iisnrjnh227
@devih_lestari

Her Story: VEI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang