"Temen itu.. yak kayak Si Letta."
-Vei amara-》》》》
Author:
Devih_LestariHappy reading!
Kalau masih ada typo, mohon koreksinya👃》》》》》
"Jadi.. apa yang Lo mau??" tanya Xalio pada Vei setelah mereka selesai berbelanja barang barang yang dibutuhkan Xalio.
"Lo harus inget, kalau Lo harus nurutin apa pun yang Gue mau." Kata Vei mengingatkan.
"Kata-kata lo ini bikin Gue pengen narik kembali ucapan gue tadi deh." Xalio yakin, permintaan Vei nanti pasti bakal aneh-aneh.
"Yee.. mana bisa. Lo kan cowok. Pantang narik kembali ucapan, artinya lo harus nepatin apa yang sudah terucap." sewot Vei saat itu.
"Yaudah cepet. Apa yang lo mau?" ujar Xalio tak berdaya.
"Gue ada dua permintaan. Inget! Lo nggak bilang batas permintaanya jadi lo harus bersyukur gue Cuma minta dua permintaan." Serobot Vei yang melihat Xalio hendak protes.
"Oke oke... Jadi apa?" Xalio tentu saja tidak bisa menghindarinya. Ini memang salah dia bukan?.
"Pertama, besok...." Vei menggantungkan permintaannya.
"Besok..??" Xalio bertanya, dengan hati yang tidak menentu namun akan menentukan nasibnya besok.
"Lo ke sekolah jam setengah enam pagi dan pakai pakaian ala badut beserta dandanannya. Setelah itu lo harus berdiri merentangkan tangan di lapangan sampai gue datang." Jahil Vei tersenyum evil. Tentu saja dia ingin menjahili cowok gila itu. Bukankah ini kesempatan emasnya? Muehee..
"Hahhhh????" Xalio harap pendengarannya mengalami gangguan.
"Yang kedua akan gue kasih tahu setelah permintaan pertama terpenuhi." dan dengan begitu, Xalio sadae, pendengarannya baik-baik saja. mau tak mau harus melakukan hal bodoh itu. Xalio tidak percaya, seorang Vei bisa meminta hal konyol seperti itu.
Ya, tidak apa-apa, setidaknya dia bisa melihat sosok lain dari diri Vei. Dan juga melihat senyum gelinya di wajah yang selalu memberikan tatapan datar itu. Ck, cinta memang menggelikan. Benar bukan, dia tengah jatuh cinta?
》》》》》
Vei berencana menghabiskan weekend-nya dengan membaca novel dan tidur.
Berkali-kali handphonenya berbunyi yang menandakan ada telpon masuk, Ia abaikan. Vei tidak peduli dengan orang yang tengah menunggu Vei untuk mengangkat telponnya.
Ketika bunyi telpon berhenti berganti dengan gedoran di pintu kamarnya, disertai dengan teriakan-teriakan yang sangat mengganggu bagi Vei.
"YAKK! BUKA PINTUNYA! ADA TEMEN LO TUH!" teriak Ayasha di luar memberitahu.
"BILANGIN, GUE NGGAK PUNYA TEMEN." Balas Vei yang juga berteriak di atas kasurnya.
"GUE DENGERR." Teriak seorang gadis lain, yang Vei tahu gadis itulah yang sedari tadi mengganggunya dengan suara dering telpon, Letta.
Vei mengabaikannya dengan meneruskan bacaan di novelnya. Hal yang Vei lupakan, bahwa ada orang selain dirinya yang mempunyai kunci pintu kamarnya. Karena itu, kini pintu kamarnya terbuka memperlihatkan seorang gadis yang dengan keras kepalanya menganggap dirinya teman Vei.
"Oom Ivan dengan baik hatinya memberikan kunci cadangan kamar lo sama gue. Karena takut anaknya yang cantik ini jadi gila karena kurang piknik." Jelasnya dengan congkak, sudah Vei duga.
"Main yuk keluar?" ajak Letta kemudian mengikuti Vei yang tetap saja tiduran di kasurnya. Namun Vei lagi lagi mengabaikan keberadaannya.
"Eh, ngomong-ngomong, lo kok jahat sih, temen sakit nggak ada jenguknya sekalipun?" ujar Letta memulai curhatnya.
"Terus, si anak baru itu kenapa lagi duduk di bangku gue? Untung kemarin dia gak masuk kelas, jadi gue dengan tenang duduk di bangku gue sendiri. Eh, ngomong ngomong gue nggak mau pindah ya. Lo aja atau si anak baru itu yang pindah." Letta menarik napas panjang untuk melanjutkan curhatannya yang hanya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan Vei.
"Tapi tapi tapi.. kemarinkan si anak baru itu masuk tapi kok gak masuk kelas ya? Kayaknya dia tipe siswa badboy deh yang suka bolos." Vei sedikit terganggu mendengar itu.
Vei rasa cowok itu baik baik saja kemarin, tapi kenapa dia tidak masuk kelas? Mungkin saja yang dikatakan Letta ada benarnya, mengingat tingkah laku cowok itu yang pecicilan.
"Vei Vei Vei!" ganggu Letta pada Vei dengan mendorong bahunya beberapa kali ketika merasa ceritanya tidak didengarkan.
"Apa?!" tanya Vei galak.
"Lo dari tadi diem aja ih. Nggak seru. Gueenanya juga gak dijawab." Vei tau dengan pasti apa yang selanjutnya akan terjadi jika Vei tetap mengabaikan Letta yang muram seperti itu.
"Kenapa???" tanya Vei malas sambil menyunggingkan senyum paksa.
"Lo deket sama anak baru itu ya?? Siapa sih namanya? Kalo?? Kali?? Bagi? Tambah? Kurang? Ihh siapa sih???" ujar Letta yang gemas dengan dirinya sendiri yang sulit untuk mengingat nama orang.
"Xalio.." ucap Vei membenarkan terkaan Letta dengan malas.
"Nah iya, Seleo. Lo deket sama dia? Kok kemarin dia ngintilin lo terus sih? Wahh jangan jangan lo punya hubungan sama dia dan gue nggak tau???!!!" tanya Letta dengan hebohnya meski pengucapan nama Xalio pun masih salah.
"Berisik!" pukul Vei pada Letta menggunakan bantalnya. "Gue nggak ada hubungan dengan cowok menyebalkan itu ya." lanjutnya kesal.
"Bohong lo! Gue tau pasti ada sesuatu." tebak Letta yang masih kekeh pada tebakannya yang sok tahu itu.
"Lo masih pengen disini??!" gertak Vei. "diem kalo iya. Ganggu banget sih." kesal Vei.
"Ihh, Veiii... galak banget sih. Iya deh iya. Tapi gue bosen kalau di sini terus. Gimana kalau kita ke timezone??" usul Letta yang tidak bisa diam.
"Nggak. Gue males kemana-mana." tolak Vei mentah-mentah.
"Kalau gitu lo jangan baca, nobar aja gimana?? Gue punya drakor terbaru loh. Meski baru nonton separuh, ini filmnya seru. Nanti ceritanya si cowoknya itu kecelakaan terus menderita cinderella amnesia gituuu. Nah, mending sekarang kita nobar." Kicau Letta tanpa henti dan melemparkan novel yang tengah Vei baca dengan sembarang, di ganti oleh smartphone milik Letta yang menampilkan drakor yang tadi disebutkannya. Dia begitu, semangat bukan? Vei tidak habis pikir dengan tingkah Letta ini. Ckckck
Bagaimanapun, Vei hanya bisa menghela napas pasrah.
¤¤¤¤¤
IG Author:
@iisnrjnh227
@devih_lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Story: VEI (COMPLETED)
Teen FictionHidup seorang Vei Amara tidak lagi sama semenjak kematian ibunya. Tidak ada lagi Vei yang hangat, ramah, selalu memberi aura bahagia untuk setiap orang disekitarnya, yang ada hanyalah Vei yang dingin, cuek, dan pendiam. Ayahnya kembali menikah de...