Part 9 | Sakit (Revisi)

607 35 0
                                    

Lo tau..

Semuanya gak harus Lo ungkapin ke orang lain,

Setiap kesedihan, cukup lo yang merasakannya, jangan lo bagi dengan yang lain,

Karena hanya kebahagiaan lah yang sejatinya harus lo bagi ke semua orang di dunia,

Agar semua orang dengan ringan merasakan perasaan bahagia loe,

Bukan perasaan berat, yang ikut ditanggungnya dengan melihat lo yang berada di fase menyedihkan

》》》》

Author:
Devih_Lestari

Icisnrjnh227

Happy reading!
Kalau masih ada typo, mohon koreksinya👃

》》》》》

Vei berjalan cepat, sedangkan Xalio yang mengikutinya di belakang hanya berjalan dengan santai. Namun tetap mampu menyeimbangi jalannya Vei yang cepat itu.

Saat ini, mereka berada di koridor kelas dua belas IPS setelah kejadian beberapa saat lalu di lapangan. Vei yang sedari tadi berjalan cepat, tiba tiba berhenti di tengah jalan, ketika dirasakannya tidak ada lagi yang mengikutinya.

Sehingga meski tidak mau, Vei penasaran untuk melihat ke belakang.
Apa yang terjadi di belakang membuat Vei kaget. Vei melihat Xalio tengah menunduk berjongkok sambil memegangi kepalanya.

Hal itulah yang membuat Vei kembali menghampirinya ketika dirasanya Xalio kesakitan.

"Lo kenapa?!" tanya Vei tanpa menutupi rasa khawatirnya.
Cowok itu terlihat tersiksa dengan rasa sakit yang dirasakannya kini.

"Yak!! Lo kenapa? Jangan nakutin deh." Vei melihat wajah cowok itu pucat. Yang Vei takutkan adalah apa yang terjadi kini dikarenakan kejadian di lapangan tadi yang artinya Vei yang menyebabkannya seperti ini.

Xalio tetap memegang kepalanya yang menunduk. Ringisan sakitnya pun terdengar oleh Vei membuat Vei merasa khawatir.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama, ketika Xalio mengangkat kepalanya.

"Eittt.. Gue nggak kenapa-napa." Kata Xalio bercanda dengan senyum konyol di wajahnya, seolah tidak ada yang terjadi dengan dirinya beberapa saat lalu.

Lihat saja, cowok itu tengah menyunggingkan senyum menyebalkan untuk Vei. Padahal beberapa saat lalu dia seolah akan mati kapan saja. Begitu menyebalkan bukan?

"Oh. Harusnya gue tau, ini Cuma akal-akalan lo doang." ucap Vei datar, merasa tertipu oleh ulah Xalio.

"Lo khawatir??" tanya Xalio yang entah mengapa merasa senang dengan itu. Dia harap, Vei memang mengkhawatirkannya.

"Nggak lucu." dengan cepat Vei menjauhi Xalio yang masih belum berdiri di koridor.
Vei merasa marah, bukan hanya pada Xalio, tapi juga pada dirinya sendiri. Apa-apaan tadi?! Dia? Merasa khawatir?! Heh. Yang bener aja!

Tapi memang benar, apa yang terjadi tadi membuat Vei benar benar merasa khawatir dengan cowok itu. Dan itu membuat Vei marah, Ia tidak ingin peduli dengan siapa pun, apalagi dengan cowok gila menyebalkan itu.

Xalio hanya bisa memandangi punggung Vei yang semakin menjauh itu Xalio harap, Vei memang benar benar mengkhawatirkannya.

"Nih..." tiba-tiba seseorang menyodorkan tisu pada Xalio. Ia melihat seorang gadis yang berdiri di sampingnya. Xalio yang bingung hanya memberikan tatapan bertanya.

"Itu.. hidung Lo berdarah. Usap nih dan sebaiknya lo ke UKS." sarannya. Bahkan Xalio tidak sadar jika hidungnya ternyata berdarah.

"Hah???" dengan cepat Xalio memeriksa hidungnya dengan ibu jari, setelah dirasakannya, memang benar, itu darah. Xalio mengambil tisu yang disodorkan gadis itu.

"Makasih. Tapi gue nggak tau letak uks." ucap Xalio, dia rasa, dia memang harus mengikuti saran gadis itu untuk ke UKS karena memang kepalanya masih terasa sakit, seperti ribuan jarum menusuki kepalanya. Sayangnya, meski sudah lebih dari seminggu dia sekolah disini, ia belum hapal tata letak tiap bangunan di sekolah ini. Yaa, selain kelasnya, tentu saja.

"Oh, Lo anak baru itu ya? Kalau gitu biar gue yang nganterin lo ke UKS. Nggak papa kan?? Muka lo pucet banget gitu." tawar gadis itu yang masih belum diketahui namanya oleh Xalio. Tidak masalah

"Oke ... makasih ya" terima Xalio yang kemudian beranjak dari tempatnya. Mengikuti gadis itu dari belakang. Xalio agak khawatir sekarang. Tadi, Vei tidak melihat darah yang keluar dari hidungnya bukan?

¤¤¤¤¤

Ig Author:

@iisnrjnh227
@devih_lestari

Her Story: VEI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang