Part 7 | Memori (Revisi)

729 40 0
                                    

Setiap luka, ada yang membekas dan terlihat oleh mata maupun hilang tanpa sedikitpun menyisakan jejak keberadaannya.
-Devih-

》》》》
Author:
Devih_Lestari

Icisnrjnh227

Happy reading!
Kalau masih ada typo, mohon koreksinya👃

》》》》》

Vei memasuki rumah dengan perasaan senang, mengingat apa yang akan dilakukannya pada cowok gila itu.

Yuni yang melihat itu merasa bingung, pasalnya Yuni tidak lagi pernah melihat Vei terlihat sesenang itu, hingga senyum kecil disunggingkannya, Ia berharap anak sahabatnya itu selalu seperti sekarang.

"Ada yang membuatmu bahagia? Sepertinya kamu terlihat senang." tanya Yuni yang tak tahan melihat itu, dirinya ikut senang melihat perubahan Vei. Yuni rasa, jika seorang pria yang kini membuat Vei terlihat bahagia, ia ingin menjodohkannya dengan pria itu. Tapi kalau ia bahagia karena temannya, Yuni harap mereka akan selalu bersama.

Vei yang mendengar itu tiba-tiba berhenti, mengurungkan niatnya untuk menghidupkan televisi di ruang keluarga. Dengan masih menggunakan seragam sekolahnya, Vei teringat kembali bahwa bukan hanya dirinya yang berada di rumah itu.

"Ah.. ternyata gue gak sendiri." Gumam Vei malas pada dirinya sendiri. "Itu bukan urusaan Bibi." tegas Vei pada Yuni yang terlihat sedih mendengarnya. Namun Vei tidak ingin peduli dan memilih pergi menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

"Kalau begitu, tumben kamu sudah pulang? Ini masih siang kan? Aya bahkan belum pulang. Lalu, Ini belanjaan kamu Vei?" tanya Yuni beruntun.

"Gurunya rapat, mungkin dia ada kegiatan." jawab Vei seadanya sambil berlalu, tanpa menjawab pertanyaan Yuni yang lain. Ia tadi memang ikut berbelanja camilan. Meski awalnya hanya ingin membeli es krim. Tetapi Vei tidak bisa menolak tawaran Xalio sebelumnya.

Vei memperhatikan dirinya dalam cermin di kamarnya. Beberapa waktu lalu Vei merasa sedikit terhibur dengan apa yang telah dilakukannya dan yang akan direncanakannya pada Xalio.
Namun sampai di rumah mood tadi menguap begitu saja.. yang terasa malah sesak di dadanya.

Wajah Vei yang kusut terlihat jelas saat ini, kerudung putih serta seragam sekolahnya yang juga ikut kusut terpampang jelas di tubuhnya. Vei kembali teringat perdebatannya dengan ayahnya yang semakin sering.

Vei merasa tidak salah membenci ayahnya saat ini karena apa yang telah dilakukan ayahnya itu. Menikah lagi, bahkan tanpa persetujuan darinya. Siapa yang tidak marah, seolah Vei tidak dianggap di rumah ini. Ayahnya sudah tidak sayang lagi kepadanya. Ayahnya tidak mencintainya dan ibunya lagi.

Meski mungkin bagi ayahnya persetujuan dari anak itu tidak berarti, namun tidak dengan Vei. Vei benar-benar merasa seolah tak dianggap dengan keputusan ayahnya untuk kembali menikah.

Vei melihat figura ibunya di atas nakas di depannya. Terlihat seorang perempuan yang masih cantik di usianya dengan menggunakan jilbab hitam, tengah memeluk seorang anak kecil perempuan, -Vei- dan tersenyum lebar ke arah kamera.

Foto itu diambil ketika Vei masih berusia enam tahun, namun Vei masih ingat saat itu meski terlihat samar dibenaknya.

Dengan penuh perasaan dipeluknya figura itu. Kilasan-kilasan memori memenuhi benak Vei. Betapa bahagianya Vei dulu sebelum ibunya meninggalkannya untuk selamanya.

Vei sungguh merasa tertekan dengan kepergian ibunya. Vei rasa kematian ibunya terasa janggal. Ibunya meninggal akibat kecelakaan yang terjadi saat sedang mengendarai motor. Motor yang ketika itu tengah dikendarainya, tiba-tiba menabrak pembatas jalan di kota sebelah.

Ibu Vei adalah seorang guru di sebuah sekolah menengah pertama yang tak jauh dari sekolah Vei. Jabatan yang dipangku ibunya mengharuskan ia untuk pergi ke luar kota, tidak jauh sebenarnya.

Namun naas, kejadian tak terduga malah merenggut nyawa ibunya. Polisi yang menangani kasus ibunya tidak mengusut lebih jauh kecelakaan yang menimpa ibunya.

Yang Vei tahu hingga saat ini, kecelakaan ibunya diakibatkan oleh rem yang tidak berfungsi pada motor yang dikendarainya. Entah bagaimana caranya hingga ibunya menabrak pembatas jalan.

Tubuh ibunya yang terpental ke jalan mungkin akan baik-baik saja jika tidak ada mobil yang lewat. Sayangnya, tubuh ibunya Vei yang terpental ke jalan malah kembali ditabrak sebuah mobil. Alhasil kaki ibunya malah tergilas, sampai akhirnya ibunya meninggal. Sampai saat ini mobil yang menabraknya belum diketahui identitasnya.

Polisi saat itu mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk, di tempat kejadian perkara merupakan daerah yang sepi, tanpa ada toko atau apapun yang memiliki CCTV, sehingga polisi kesulitan untuk mengetahui detail kecelakaan yang menimpa ibunya.

Air mata Vei mengalir, mengingat kembali yang diucapkan ibunya ketika di rumah sakit. Ibunya masih sadar saat dibawa mobil ambulan, bahkan sampai di rumah sakit. Saat itu ibunya menatap dirinya yang begitu kacau dengan senyuman pedih.

'kamu harus jadi anak yang membanggakaan mama sama ayah, meski mama tidak lagi ada bersama kalian.."

'Aku pasti akan melakukannya. Aku akan membuat kalian bangga. Tolong mama tetap bertahan. Agar aku bisa membuktikannya pada kalian..' balasku sambil terisak.

Tidak. Aku tidak bisa jadi anak yang membanggakan untuk kalian. Tidak setelah mama pergi dan ayah menikah lagi. Tidak ada orang yang bisa aku tunjukan agarnya bangga.

'Vei.. Mama tahu kamu gadis yang kuat. Jangan menangis karena kepergian mama. Kamu harus yakin bahwa semua makhluk bernyawa akan mati. Mungkin ini saat nya buat mama.'

'Vei sayang sama mama. Mama akan baik-baik aja. Vei sayang mama. Jangan pernah pergi ninggalin Vei.. Hiks'

Aku nggak bisa ma.. sulit rasanya untuk tidak menangisi kepergian mama.

'Berbahagialah Vei... anak mama.'

'MAMAAAAAA' teriakku histeris. Aku menangis dengan begitu hebat. Aku tidak akan pernah pernah percaya ibunya akan meninggalkannya begitu saja. Dia tidak akan pernah percaya setelah ibunya semalam berbicara banyak hal dengannya. Berbicara tentang masa depannya. Berbicara tentang kegelisahannya karena Vei telah dewasa. Gelisah karena takut Vei akan diambil oleh lelaki lain yang akan membawanya nanti ke pernikahan. Vei tidka tidak akan pernah percaya.

'Mama..'
'Aku tidak akan bahagia tanpa mama di sisiku.'

"Aku nggak bisa Ma.. kenapa mama ninggalin aku dengan cepat?? Sekarang, aku sendiri.." gumam Vei penuh kepedihan dengan memeluk figura ibunya.

¤¤¤¤¤

Ig Author:

@iisnrjnh227
@devih_lestari

Her Story: VEI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang