•11

988 158 11
                                    

Dreamies baru mau melepas Kun ketika Taeyong menyuruh mereka untuk mandi semua karena sudah sore. Sicheng sendiri saat itu sudah kembali ke kamarnya, karena capek berdiri dan capek ngeliatin Kun yang dipegang-pegang sama 'anak kecil'. Dia memilih tidur saja.

"Anak kecil apanya. Mereka udah mau 20 tahun! Arghh." Sicheng menggigit boneka Ryannya dengan kesal. Jatuhnya gemas, tapi. Engga cuman digigit, dia juga mukul-mukul, bahkan mencekik boneka Ryan. Saking keselnya itu, tanpa sadar seseorang memasuki kamarnya. Sicheng engga terlalu peduli, karena itu mungkin hanya teman sekamarnya.

"Sicheng." Oh sial. Itu bukan Doyoung si tukang omel atau Yuta si peraba. Itu...

Sicheng melepas pelukannya dari boneka Ryan dan melihat wajah Kun yang tersenyum ramah di pinggir kasurnya.

"Katanya mau ditemenin?"

Udah telat. Mau jawab gitu. Tapi nanti Kun pergi. Sichengnya juga engga tahu mau ngajak ke mana, tadi mah dia reflek ngomong karena mau Kun engga dideketin sama Dreamies segitunya.

"Iya." Akhirnya datang jawaban lama dari Sicheng.

"Ditemenin ke mana?"

"Di sini," Sicheng mengucapkan dengan mantap. "Temenin tidur."

"Yang bener kamu." Kun terdengar tidak percaya dengan senyumannya, tapi Sicheng wajahnya serius.

"Aku serius. Temenin tidur."

"Yasudah." Untuk apa Kun menolak? Toh dia juga lelah. Badannya pegal ditumpuk oleh Dreamies sebelumnya.

Sementara itu, Sicheng engga mengira kalau Kun bakal menerima ajakannya karena setiap Sicheng mau tidur di bahunya saja Kun selalu menolak. Bilangnya terlalu berat dan terlalu dekat. Tapi ini Kun dengan santainya menerima ajakan Sicheng untuk tidur bersama.

Jadilah Sicheng menggeser dirinya lebih ke pinggir, boneka Ryan masih dalam pelukannya tapi dia memberi spasi untuk Kun naik ke atas kasurnya dan berbaring.

Karena kasur Sicheng itu single bed, mereka jadi terasa dekat sekali. Satu-satunya penghalang mereka adalah boneka Ryan yang Sicheng tolak untuk lepas dari pelukannya. Bukannya Kun juga protes 'sih, Sicheng terlihat lucu dan manis tidur dengan boneka Ryan pemberiannya itu. Ah, andaikan Sicheng suka dipanggil lucu dan manis. Kun akan selalu memanggilnya begitu. Tapi Sicheng engga suka dipanggil gitu, dia lebih suka dipanggil tampan, sayang, atau yang lebih esktrim, suami idaman.

Kun sadar sedari tadi Sicheng tidak berhentinya menghela nafas setiap satu menit sekali sejak dia berusaha tidur di atas kasur. Dia mengangkat tangannya dan memegang kepala Ryan, mencoba menurunkan boneka itu dari wajah Sicheng. Benar saja, matanya langsung bertemu mata Sicheng yang terbuka ke arahnya.

"Engga bisa tidur?" Tanya Kun lembut, mengusap kepala Sicheng. Daripada sebagai seorang kekasih, Kun justru terlihat seperti Ibunya Sicheng.

Sicheng menggeleng.

"Terus apa?"

"Aku kepikiran."

"Kepikiran?"

Sicheng mengangguk.

"Mau cerita?"

"Engga penting," Sicheng memeluk boneka Ryannya di dada sekarang, tidak menghalangi wajahnya lagi. "Aku cuman kepikiran tentang masa depan."

"Masa depan," Kun membeo. "Menakutkan?"

"Engga. Aku mikir masa depan di mana aku ngelamar Kun-ge, kira-kira Kun-ge terima aku apa engga ya? Atau Kun-ge udah dapet yang lebih baik daripada aku? Walau aku ragu ada yang lebih baik dari aku 'sih." Terang Sicheng panjang lebar. Dia memasang wajah datar menceritakannya, membuat Kun tergelitik sendiri dan tertawa.

"Kamu mikirnya kok sampai ke sana?"

"Ga tau, terlintas aja pas ngeliat wajah Kun-ge sedekat ini, dalam posisi seperti ini."

Kun menghela nafas dan tersenyum. Dia memindahkan tangannya untuk menaruh beberapa helai rambut Sicheng yang sudah terlihat panjang ke belakang telinganya. Kemudian dia memeluk boneka Ryan yang kelewat besar itu, dengan tangan Sicheng sebagai tumpuannya. Jadi mereka terlihat berpelukan di mana Ryan sebagai penengahnya.

"Kalau kamu sepercaya diri itu aku engga akan nemu orang yang lebih baik dari kamu, kamu bener,"  Kun kemudian bangun dari tempatnya, dan mendekatnya wajahnya ke arah Sicheng dan mencium sudut bibirnya. "Karena kamu cuman satu, dan ga ada lagi cowok yang bisa terlihat gagah, tampan, sekaligus imut dan manja kayak kamu." Kun mencubit pipi Sicheng sekilas, kemudian tidur kembali, membuat Sicheng memanas hingga ke lehernya.

"Ih Kun-ge! Harusnya aku yang ngegombal!"

"Gemes banget kamu kenapa 'sih haha."

"Terus itu juga nanggung. Kenapa ga sekalian di bibirnya aja?"

"Dikasih hati minta jantung. Tidur kamu Dong Sicheng!"

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang