•24

634 118 11
                                        

Acara bermain di arcade itu berakhir ketika game yang dituju sudah dimainkan. Kun juga sudah capek mengikuti mereka sana-sini, jadi saat berakhir dia pun menyender di bahu Sicheng dan dengan lugunya mengambil tangannya, menautkan jari-jarinya.

Sicheng engga ngomong apa-apa, dia hanya melihat ke arah tiga hyung nya itu dan meminta mereka berjalan duluan mencari taksi sementara Sicheng.

"Aku engga percaya sama kamu 'sih bakal diem sama Kun, tapi yasudalah ya." Ten mengangkat bahunya dan mengajak dua manusia itu pergi meski Yuta sempat protes.

"Kita naik bis aja ya."

"Aku ga bawa masker."

Sicheng memutarkan bola matanya dan menaruh tangannya di kepala Kun agar wajahnya terbenam.

"Aku ga bisa nafas!"

"Biarin. Daripada keliatan?"

Kun tidak berkata apa-apa dan membiarkan Sicheng menuntunnya seperti itu hingga naik ke bis yang beruntung sekali masih menunggu penumpang di halte.

Bis seharusnya ramai jam segini karena ini jam-jam pulang kerja, namun suasana di sana terlihat sepi. Sicheng menuntun Kun duduk. Tak selang berapa lama, bis berhenti di tujuan berikutnya. Sicheng tahu itu pemberhentian mereka, jadi dia mencoba memberitahu Kun dengan menepuk pipinya.

Tapi Kun sudah terlelap.

Sicheng memutarkan bola matanya dan berusaha mengangkat Kun agar dia menyender di dirinya dan berjalan seperti itu. Sedikit menyeretnya tidak apa, Kun benar-benar kebo sekali tidak bangun.

Barulah ketika mereka sampai ke gedung dorm mereka, Kun terbangun.

"Ha?? Ha???" Kun mengusap matanya dan melihat ke sekelilingnya. Tangannya masih dipegang Sicheng dan dia dibawa ke dalam. "Kok udah sampai sini aja ya."

"Kamu tidur, Ge." Masa gitu aja ga sadar? Kelamaan sama Lucas jadi gini, nih.

"Yasudah..." Kun menguap. "Aku mau tidur. Dah Sicheng." Dia berjinjit sedikit dan mengecup pipi Sicheng, melepaskan tangannya dan berniat pergi ke kamarnya, tapi Sicheng memegang tangannya kembali. Kun menatapnya dengan lelah.

"Apa lagi? Aku ngantuk nihhh." Dan besok mereka sudah harus mulai latihan..

"Ge, kamu masih ingat, efek parfum itu masih ada di kamu sampai seminggu berakhir?" Tanya Sicheng tiba-tiba. Kun mengangguk.

"Ya.. tapi kenapa?"

"Dan sekarang belum seminggu."

"Iya, aku tahu, kenapa Sicheng?" Kun menguap lagi. "Yang penting ga ada yang terkena efeknya lagi."

"Mereka tiba-tiba mau ngedeketin kamu, mereka tiba-tiba kasih afeksi sama kamu, kata siapa engga kena efeknya?"

"Emang kenapa 'sih kamu ngomong gini? Bukannya bagus ya, aku jadi pusat perhatian? Biasanya juga mereka cuekin aku karena engga ada jadwal pasti."

Sicheng memutarkan bola matanya untuk yang kesekian kalinya sehingga dia merasa bisa copot kapan saja, kemudian dia menarik Kun dan menciumnya. Ah, melumat, bibir bawahnya dan menghisapnya. Kun yang lelah hanya membiarkannya saja. Baru ketika dilepas, wajahnya merah sekali.

"Tadi itu apa!" Kun memukul tangan Sicheng karena menciumnya seenaknya.

"Lip gloss Doyoung-hyung masih nempel," Sicheng mengecap. "Dan kenapa aku mulai merasa kayak kamu menikmati situasi ini?"

"Ha?" Menikmati? Maksudnya menikmati dimanjain, didekati, disayang sama mereka? Iya, Kun sangat menikmatinya. Karena dia engga terlalu dapat afeksi dari Sicheng, terus kenapa?

"Jangan-jangan kamu seneng ya diperhatiin sama mereka semua? Biar apa Ge?"

"Sicheng, ini sudah malam."

"Kamu seneng 'kan akhirnya mereka mulai manjain kamu? Yang dulunya mereka mengabaikan kamu Ge? Kamu seneng 'kan akhirnya engga cuman aku doang yang bisa bahagiain kamu tapi mereka semua bisa? Kamu seneng akhirnya kamu dianggap ada-"

Sicheng menutup matanya cepat ketika merasakan perih di pipinya. Dia membuka matanya kembali, dan melihat mata Kun sudah berair.

"Kamu kenapa 'sih?" Suara Kun pecah. "Aku salah apa?"

Sicheng mendecak.

"Ge, aku ga masalah kamu digituin. Yang jadi masalah mereka cium kamu. Aku ga suka, aku 'kan pacar kamu, harusnya aku yang begitu, bukan mereka!"

Kun menunduk, kemudian menghapus air matanya. Kun tak berkata apapun, dia diam saja menunggu Sicheng. Karena Sicheng tidak berbicara apapun, dia pergi begitu saja.

"Eh...wow."

Sicheng menengok, melihat ternyata ada penonton di sana, sedang menyesap kopinya.

"Mulai lagi deh.."

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang