•29

1.2K 123 28
                                    

Kun menggerakkan tubuhnya ke samping, ketika merasakan sesuatu yang terang menyilaukan matanya. Dia bergerak tidak nyaman dan membuka matanya, kemudian terkejut ketika melihat sinar matahari masuk ke dalam celah-celah gordyn jendela.

"Ya Tuhan!" Kun bangun telat? Tidak biasanya. Apa karena dia tidur terlalu nyenyak? Tadinya Kun mau panik, tapi dia baru ingat kalau hari ini libur. Dia menghela nafasnya panjang. Mau tidur, tapi biasanya dia suka masak pagi-pagi, di mana para member yang lain bakal bangun karena mencium aroma masakannya.

Tapi kayaknya tidur sebentar lagi gak apa-apa... Batin Kun, dia merasa belum mau bangun dari kasur. Kun mengusap matanya dan ingin menarik lagi selimutnya, tapi dia merasakan sesuatu yang berat di perutnya. Kun menyibak selimut dan nyaris menjerit ketika melihat sebuah tangan menggelinding ke arah pahanya.

Buru-buru Kun menutup mulutnya dan melihat siapa si pelaku sialan itu. Dan lagi-lagi dia terkejut ketika melihat si pelaku tersebut tengah tertidur pulas di sebelahnya. Kun meraih tangannya dan mendorong bahu Sicheng, cukup keras hingga si yang lebih muda terkejut dan jatuh ke samping.

"Kun-ge apaan sih!" Sicheng bangun dengan kesal. Rambutnya berantakan ke sana-kemari, terlihat sangat jelas baru bangun dari mimpi 'buruk'nya.

"Kamu yang apaan! Ngapain di kamar aku! Mana Lucas?!" Kaget gila, Kun langsung bangun dan berdiri di sebelah kasurnya. Niatnya dia mau langsung beresin selimut, tapi sama Sicheng ditarik selimutnya.

"Mau ngapain?"

"Mau beres-beres. Mau masak."

"Gak." Sicheng menarik selimut itu. Oh, tentu saja Kun tidak terima. Dia menarik selimut itu kembali.

"Sicheng! Jangan buang-buang waktu! Aku mau masak!"

Tarik.

"Gak boleh. Gak!"

Tarik lagi.

"Boleh!"

Tarik lagi.

"Gak!"

"Argh, Sicheng! Berhenti!" Kun rasanya sudah nggak kuat tarik-tarikan sama Sicheng, selimut itu terselip dari tangan Kun dan Sicheng pun langsung terjatuh ke belakang.

"Oh ya Tuhan," Kun menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Sicheng, maaf!" Kun mau membantu, tapi dia akan semakin dihalangi oleh kekasihnya itu, jadi dia langsung berlari keluar kamar itu dan menuju dapur.

Kun bernafas lega sesampainya menginjakkan kaki di dapur.

"Hai Kun." Seseorang menyapanya. Kun tersenyum membalasnya.

"Pagi Yuta-hyung. Sudah sarapan? Mau makan?" Tanyanya sembari membuka lemari kulkas.

Yuta mengusap tangannya.

"Boleh ngobrol sebentar?"

"Boleh banget kok hyung. Kenapa?"

Yuta menghela nafas. Sepertinya ada sesuatu yang membebaninya, Kun berasumsi.

"Yuta-hyung baik-baik saja?" Tanya Kun, terlihat sedikit khawatir. Yuta memasang wajah cemberut sebelum akhirnya dia memeluk Kun tiba-tiba.

"E-eh? Yuta-hyung?"

"Begini dulu ya."

"Eh.." Kun tidak tahu apa yang merasuki Yuta, tapi dia senang Yuta memeluknya begini. Entahlah, mungkin dia merasa berdosa juga pada Yuta yang sejujurnya alasan kenapa semua hal gila sedari kemarin terjadi. Tapi mau bagaimana lagi? Bukan Yuta yang salah, Kun yakin itu. Dia tersenyum dan memeluk Yuta kembali.

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang