"Udah 'sih Sicheng... Yuta-hyung engga jadi cium aku berkat kamu kok..." Kun menghela nafas. Seberapa pun dia suka jika Sicheng memeluknya, kalau dia pergi ke mana dengan lengannya yang digandeng si anak ayam sialan ini, Kun juga akan muak rasanya.
"Ya makannya untuk mencegah hal sama terjadi lagi aku bakal begini terus!"
Mark yang baru saja bangun dari tidur siangnya pun tak sengaja melihat pemandangan tidak enak di dalam dapur. Dia memegang pelipisnya, berusaha meredakan pening karena tidur terlalu lama.
"Ya Tuhan." Peningnya justru makin bertambah karena dua orang itu.
Sementara itu Kun yang sedang memasak untuk dirinya dan Sicheng makan sore itu pun menengok dengan tidak nyaman. Dia berusaha melepaskan tangan Sicheng dari pinggangnya, tapi lehernya yang dipeluk.
"Sore, Mark." Kun menyerah dan menyapa Mark. Mark mengangguk mengantuk dan membuka kulkas, mencari minuman dingin.
"Hyung masak apa?" Tanya Mark pelan ketika tidak menemukan minumannya. Pasti diminum Donghyuck, atau si Jisung. Kun menengok dengan lengan Sicheng yang melingkar di lehernya.
"Panekuk stroberi. Kamu mau?"
Mark mendekat dan menciumnya, "Boleh...tapi bisa diganti dengan semangka?"
Kun tertawa sedikit.
"Aku ga tahu Mark, emang kita punya semangka?"
"Aku punya. Tunggu sebentar ya hyung." Setelah itu Mark pergi dari dapur. Sicheng yang masih bergelantungan layaknya koala pun menaruh dagunya di atas kepala Kun, membuat Kun mendecak.
"Sicheng... Ga akan ada yang ngedeketin aku kok kalau kamu lepasin juga." Ucapnya mulai kesal.
"Tapi aku mau peluk Kun-ge."
"Aku lagi masak tahu."
"Pokoknya aku mau peluk kamu."
"Sicheng.." Kun baru saja ingin melepaskan tangan Sicheng, tapi Mark sudah datang dengan sebuah bungkusan besar di tangannya.
"Ini hyung."
Kun mengambilnya dan mengamatinya dengan bingung.
"Mark .... Ini 'kan yupi semangka?" Kun ingin melanjutkan kalimatnya, tapi melihat wajah Mark yang menatap dengan keinginan untuk memakan panekuk semangka, dia mengurungkannya. Kun terkekeh dan mengusap kepala Mark, "Tunggu di ruang tengah. Nanti kubawa ke sana."
"Ah tidak perlu hyung, panggil aku saja nanti kemari." Tolak Mark dengan lembut. Kemudian dia pergi ke ruang tengah.
"Ha.. Mark lucu sekali dan mandiri ya, tidak seperti seseorang yang kukenal." Lirik Kun ke arah Sicheng yang masih memeluk lehernya, tetapi kepalanya sudah mengalihkan atensinya ke arah panekuk Kun yang mulai matang.
"Sicheng lepaskan tanganmu dariku, aku tidak bisa mengangkat panekuknya!" Sahut Kun kesal ketika Sicheng mulai menciumi lehernya tanpa sadar. Aksi itu baru bisa berhenti ketika seseorang menarik kerah Sicheng dan menjitak keningnya.
"Heh gila! Jangan zina di dalam dapur!"
"Ahh Taeil-hyungg." Rengek Sicheng ketika dirinya tidak merasakan kehangatan leher Kun di tangannya. Kun tersenyum ke arah Taeil.
"Terima kasih hyung. Aku nyaris mati karena pelukannya."
"Ga masalah, Winwinie boleh mesra tapi harus tahu tempat ya?" Taeil menarik telinga Sicheng pelan. Kun menggeleng ketika melihat Sicheng yang memajukan bibirnya. Dia berjalan ke arah Sicheng dan mengusap punggungnya. Sebuah piring berisi panekuk di tangan satunya.
"Pergi ke ruang tengah, kasih ini ke Mark."
Sicheng melirik ke arah Taeil. "Tapi-"
"Serius? Kemarin Yuta-hyung sekarang Taeil-hyung? Dia engga akan ngapa-ngapain, kok."
Sicheng hanya menghela nafas dan mengikutinya. Dia mengambilnya dan berjalan ke ruang tengah. Taeil yang sedari tadi minggir karena obrolan si pasangan pun mendekat.
"Boleh kubantu?"
"Hyung, ga apa-apa kok. Aku bisa sendiri."
"Aku maksa."
Kun melihat Taeil yang tersenyum ke arahnya, kemudian mengangguk pelan. Aneh, senyuman Taeil seperti memiliki makna lain. Atau Kunnya yang terlalu paranoid?
Taeil tersenyum dan mengambil adonan di sebelah Kun. Baru saja memasukkan satu bungkus tepung adonan, Taeil terdiam. Kun yang sadar akan itu langsung menengok.
"Kenapa h-"
Dan dipertemukan dengan sebuah bibir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfume Aftertaste
FanfictionHubungan Sicheng dan Kun merenggang. [a birthday fic.]