Kun bisa apa? Dia marah sebenarnya sama Sicheng. Marah, mau mukul, mau teriak, tapi dia juga tidak tega. Bukankah menamparnya kemarin sudah cukup? Itu saja sudah membuat Kun merasa bersalah.
"Kamu kok bengong?" Tanya Sicheng. Kun menengok ke Sicheng sedikit sebelum memajukan bibirnya dan menepis tangan Sicheng yang berada di atas tangannya.
"Siapa yang bengong?"
"Kamu," Sicheng memegang tangan Kun lagi, kali ini lebih erat. Pikirnya Kun meremehkan dirinya. "Mikirin apa?"
"Gimana caranya aku bisa keluar dari sini." Kun menarik tangannya, tapi tidak bisa karena Sicheng memegangnya dengan kuat. Karena usahanya gagal, Kun menghela nafas dengan pasrah.
"Sekarang juga udah bisa." Sicheng langsung berdiri, membawa Kun turun dari bis ketika mereka berhenti.
Semua orang yang suka sama Sicheng juga tahu bagaimana penampilan dirinya ketika dia hanya memakai masker. Mereka sudah hafal betul, makanya Sicheng langsung memegang tangan Kun dan membawanya masuk ke dalam sebuah toko topi.
"Cuman beli topi aja harus ditemenin..." Gerutu Kun pelan ketika Sicheng sibuk melihat topi. Sicheng dengar, 'sih. Dia pun mengambil topi hitam biasa, kemudian menaruhnya di atas kepala Kun. Kemudian dia mengambil untuknya dengan warna yang berbeda, warna putih.
"Siapa bilang mau beli topi?" Kata Sicheng setelah membayar dua topi mereka itu. Dia memegang tangan Kun dan membawanya keluar dari toko.
"Aku mau dibawa ke mana 'sih?" Kun merasa gagal menjadi yang lebih tua di sini, mengikuti kemana si yang lebih muda itu mau pergi. Kun bahkan tidak peduli dengan jalan di sekitarnya dan membiarkan Sicheng membawanya entah kenapa. Yah, asal tidak lama. Asal tidak bertemu dengan fans yang tidak tahu privasi. Kun tidak masalah.
"Sudah sampai." Kata Sicheng sembari melepas tangan Kun. Kun akhirnya mau mengangkat kepalanya dan melihat ke sekitar.
"Tempat apa ini? Sepi." Yang Kun lihat hanya tangga.
"Yah, mana ada yang mau bermain di tangga? Ayo jalan ke atas."
"Ha?" Kun melihat ke arah Sicheng yang sudah menaiki tangga itu duluan. Kun cemberut dan berlari mengikutinya.
"Sicheng!" Kun menyahut namanya. Sial, kenapa anak itu berjalan lebih cepat darinya? Apa dia sengaja meninggalkan Kun duluan?
Ketika sudah sampai di puncak, Kun mengerang kesal dan memukul pundak Sicheng tanpa peduli dengan pemandangan sekitar. "Kamu jahat! Ninggalin begitu aja!"
Kun baru sadar harusnya dia pergi aja pas Sicheng lengah, kayak tadi. "Ya aku kok juga mau aja ngikutin kamu..ish." Kun pun mencubit pipinya sendiri.
"Udah ah apaan 'sih? Gege gak liat di depan Gege ada apaan?" Sicheng menarik tangan Kun lepas dari pipinya. Kun mendongak dan melihat ke depannya.
...ha?
Sejak kapan ada taman hiburan di dekat sini? Kun yakin sekali perjalanan mereka di bis tadi tidak lama.. apa ini baru dibuka?
"Dan kenapa tangganya ke pintu masuknya terlalu tinggi! Aku mau protes pokoknya." Kun melipat tangannya. Dia jadi haus, 'kan. Sicheng untuk kesekian kalinya tidak menghiraukan keluhan Kun dan langsung menariknya ke pintu masuk.
"Tunggu tunggu, kenapa kita engga beli tiket?"
"Oh, Kun-ge. Kita ini idol. Kita engga perlu beli tiket."
"Ha? Jangan ngaco kamu Sicheng, beli sana!" Kun takut nanti pas diperiksa sama petugasnya, mereka langsung diusir. Itupun kalau engga ketahuan siapa mereka. Lah kalau ketahuan? Mampus sudah.
"Kun-ge apa 'sih, percaya aja. Ya aku punya lah tiketnya." Ketika giliran mereka menunjukkan tiket, Sicheng menyodorkan dua tiket ke petugas itu. Kun hanya memandang tidak percaya saat Sicheng kembali menariknya masuk ke taman hiburan.
"Kalau kamu terus bohongin aku kayak gitu, aku beneran marah loh Sicheng." Gumam Kun, mengancam. Sicheng hanya memutarkan bola matanya dan tertawa tak ikhlas. Dia pikir ini lucu? Sicheng bodoh!
Sepanjang permainan, Sicheng tak henti-hentinya menarik Kun ke sana kemari. Kun hanya diam, berpura-pura tidak tertarik padahal dia sebenarnya menikmatinya. Nggak sadar ternyata mereka main terlalu lama sampai waktu sudah menunjukkan nyaris pukul 7 malam.
"Sicheng." Panggil Kun. Sicheng lama menengok, kemudian memberikan Kun segelas kopi. "Apa ini?" Tanya Kun langsung.
"Buat Kun-ge. Haus 'kan?"
"Kenapa harus kopi."
"Udah minum aja, repot." Kata Sicheng yang menyuruput bubble tea nya. Kun merungut. Bukan gitu, masalahnya si Sicheng beliin Kun itu americano, ya pahit lah. Dia 'kan maunya yang manis-manis, curang Sicheng minum bubble tea.
"Pulang yuk." Kata Kun, mulai bete.
"Belum mau." Kata Sicheng sambil membuang muka. Kun mengernyitkan dahinya.
"Ih pulang Sicheng, udah malem! Besok kita mulai latihan sama yang lain, kamu lupa?"
"Aku belum bikin Gege maafin aku."
"Mau dimaafin apa lagi? Kamu mau nambah masalah sama aku? Ayo pulang, aku capek."
Sicheng mengerang. Kalau pulang sekarang, rencananya gagal dong.
"Yaudah. Terakhir nih," Sicheng memegang tangan Kun yang satunya. "Ayo naik ferris wheel dan berciuman."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfume Aftertaste
FanfictionHubungan Sicheng dan Kun merenggang. [a birthday fic.]