•14

927 152 36
                                    

"Mark ini panekuknya."

Mark yang sedang memainkan ponselnya langsung menengok, "Yah hyung, 'kan sudah kubilang panggil aku aja. Aku nanti ke sana kok."

Sicheng menggeleng dan memberikan piring berisi panekuk itu.

"Disuruh Kun-hyung. Udah ya."

"Oh..yaudah, makasih ya hyung." Mark mengambilnya dan menaruhnya di atas sofa di sebelahnya. Sicheng kemudian kembali ke dapur.

Dan apa yang dia lihat memang bukan pemandangan yang seumur-umur dapat dia ikhlaskan.

Sicheng hanya terdiam tidak bergerak, membiarkannya terjadi. Barulah ketika Taeil menjauh dari wajah Kun, Sicheng bergegas menarik tangan Kun. Kun sempat-sempatnya mematikan kompor dan membiarkan Sicheng menariknya.

Sicheng membawanya ke dalam kamarnya dan mengunci pintu, sementara Kun sudah terduduk di atas kasurnya Sicheng, wajahnya sedikit ketakutan. Sicheng bolak-balik di sebelah pintu kemudian menatap Kun dengan kesal.

"Engga akan ngapa-ngapain apanya!" Sahutnya dengan tiba-tiba, membuat Kun terlonjat sedikit.

"Sicheng, bukan aku, itu Taeil-hyung-"

"Ya aku tahu itu bukan kamu, Ge! Kamu bukan orang yang kayak gitu!"

"Terus kenapa kamu marah?" Wajah Kun sekarang sudah cemberut. "Kamu yang semprot aku pakai parfum itu. Kamu yang buat aku jadi begini. Terus kenapa kamu yang marah? Harusnya aku dong."

"Aku-" Sicheng tiba-tiba terhenti. Benar. Semuanya orang tiba-tiba ingin mengambil Kun dengan seenaknya, itu ulah Sicheng sendiri. Wajah Sicheng melembut dan dia berjongkok di depan Kun, wajahnya dibenamkan di antara kedua kakinya yang panjang.

"Maaf, Ge.. aku cemburu... Astaga.." Sicheng marah tanpa berpikir terlebih dahulu. Dia malu, serius. Mana tadi dia ngebentak Kun. Udah lagi narik tangan dia keras, pasti tangan Kun kesakitan.

"Gara-gara Yuta-hyung aku jadi makin..posesif gini," aku Sicheng pelan. "Maaf Ge. Jangan marah."

Sicheng yang sedang meratapi nasibnya merasakan rambutnya dielus.

"Aku engga marah, Sicheng. Tapi harusnya kamu tahan diri."

"Tapi kenapa tadi pas Taeil-hyung cium kamu, kamunya diem aja Ge? Aku 'kan jadi mikir yang engga-engga."

Kalau aku bilang sengaja biar kamu cemburu gimana, Sicheng?

Kun hanya tersenyum melihat ke arah Sicheng, dan mengecup keningnya.

"Kalau kamu percaya aku, harusnya kamu jangan mikir yang aneh-aneh dong. Tadi Taeil-hyung 'kan megangin tanganku, mana mendadak gitu gimana aku ga kaget?" Terang Kun pelan. Wajah Sicheng terlihat sangat tampan dan imut dilihat dari atas begini. Kun jadi ingin..ASTAGA! MIKIR APA DIA!

"Kun-ge, aku tahu aku tampan tapi liatin ga usah gitu banget kaliii."

"Apa 'sih bocah?" Kun terkikik dan mencubit pipi Sicheng, sementara itu Sicheng yang masih di antara kedua kaki Kun hanya tersenyum miring.

"Lagian bengong ngeliatin mukaku. Pasti karena ketampananku 'kan?" Sicheng mengangkat kedua alisnya genit. Kun hanya tertawa.

"Aku cuman kepikiran aja kok. Bibir Taeil-hyung tadi kok lembut banget ya?"

Senyuman luntur dari wajah Sicheng. Wajahnya langsung datar dan matanya mendelik tajam.

"....apaan."

"Eh, engga! M-maksudku, aku heran, Taeil-hyung pake lipbalm apa sampe bibirnya selembut it- Sicheng kamu ngapain?!" Kun panik ketika Sicheng yang membuka lebar kedua kakinya. Kun menaruh satu tangan di antara kakinya dan satunya lagi menahan dada Sicheng yang mendekat.

"Coba aku tanya, Ge," Sicheng mendekatkan wajahnya dengan jarak yang cukup berbahaya. Suaranya jatuh lebih berat dari biasanya. "Bagusan bibir Taeil-hyung atau bibirku?"

"Bi-" Sicheng tiba-tiba memotong jarak mereka dan langsung menyerang bibir Kun yang terbuka. Dia melumatnya kasar sambil memegangi kedua bahu milik Kun yang sedikit terekspos karena jaket kebesaran milik Sicheng. Awalnya Sicheng menyeringai dalam ciuman mereka ketika Kun mulai mengeluarkan suaranya yang imut itu dan memegang dadanya, tapi ternyata Kun justru mendorong Sicheng keras. Wajahnya merah padam dan dia menutup bibirnya dengan satu tangan. Sementara itu Sicheng hanya tersenyum miring. Sicheng yang masih berjongkok di antara kaki Kun kemudian berlutut tegak di hadapannya sambil membungkuk untuk berbisik kembali.

"Sekarang aku tanya lagi...." Sicheng meniup sedikit angin ke telinga Kun yang sudah terbakar. "Bagusan bibir Taeil-hyung.... atau aku?"

Kun menatap Sicheng dengan kesal.

"MESUM!" Kun mendorong Sicheng lagi agar dia menjauh dari kakinya. "Minggir!"

"Aishh Kun-ge ga asik banget..." Sicheng yang terdorong hanya bisa meringis. Dia baru sadar Kun langsung menutup kakinya rapat-rapat dan cemberut dengan wajah merah. Kun juga tidak ingin melihat ke arah wajahnya.

"Kun-ge?" Panggil Sicheng. "Marah beneran?"

"E-engga." Ketus Kun.

"Terus kenapa-" mata Sicheng melebar. Jangan bilang...

Sicheng terkikik, "Hee.. Kun-ge itu ya?"

"A-apaan?!"

Ini yang Sicheng suka dari Kun. Setiap Kun merasa malu atau memikirkan sesuatu yang sedikit menjurus 18 tahun ke atas, Kun berubah menjadi apa yang biasanya Yuta katakan kepada dirinya; tsundere. Dia engga akan mau mengakui dia merasa panas, padahal sudah terlihat jelas.

Sicheng menyengir.

"Kun-ge berga-" dan belum sempat Sicheng menyelesaikan kalimatnya, Kun sudah bangun dan berlari masuk ke dalam kamar mandi Sicheng dan menguncinya sampai dua kali. Sicheng tertawa dan berjalan ke arah kamar mandi, kemudian mengetuknya.

"Ishh Kun-ge jangan malu gitu dong."

"Siapa yang malu ha?! Dasar mesum! Pergi sana!"

"Ga mau."

"Ngapain coba di depan pintu?!"

"Mau denger suara kamu Ge."

"Ga akan!" Terdengar suara langkah kaki dan suara keran dinyalakan, Sicheng pun hanya mengerang pasrah. Mungkin lain kali.

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang