•12

915 158 24
                                        

Kun terbangun ketika merasakan sempit sekali di atas kasur Sicheng. Dia pikir sebelum tidur, rasanya kasur tidak sesempit ini. Dan Sicheng, tidak memeluknya dari belakang seperti ini. Kun mengangkat boneka Ryan yang dipeluk oleh Sicheng sebelumnya, dan matanya melebar.

Sicheng ada di depannya.

Sedang tertidur lelap dengan mulut yang sedikit terbuka.

Jika itu Sicheng....

LALU SIAPA YANG DI SEBELAHNYA?!

Kun ingin berteriak, tapi mulutnya segera dibekap oleh orang yang disebelahnya.

"Sssshhh." Seseorang itu berbisik ke arahnya. Kun mencoba melepas dari genggaman orang itu, tapi ada tangan yang melingkar di perutnya.

"Kunnie kok wangi banget 'sihhhh." Kun tahu siapa orang itu. Tangan Kun meraih tangan yang membekap mulutnya, berusaha melepasnya.

"Hyunggg lepas-" tapi baru sesaat terbuka, mulutnya tertutup kembali.

"Aishh Kunnie kalau kamu berisik nanti anak ayamnya bangun loh."

Kun menggeleng menandakan dia tidak akan teriak, tapi dia tetap ingin mulutnya terbuka. Akhirnya orang itu melepas tangannya dari mulut Kun dan Kun mengambil nafas pelan-pelan, kemudian memplototi orang di sebelahnya.

"Yuta-hyung ngapain di sini?!" Desisnya kecil. Kun juga sama tidak ingin sampai Sicheng terbangun karena posisi Yuta dan dirinya.

"Aku ngantuk, kangen Winwin, terus lihat kalian tidur bareng jadi mau ikutan. Terus kamu terlihat kecil dan.." Yuta cekikikan di sebelah Kun. Nafasnya menggelitik leher Kun yang memakai jaket Sicheng yang kebesaran. "Wangimu kayak Winwin, tapi lebih enak...kenapa ya?"

"Aku pinjem jaket Winwin." Kun menelusupkan wajahnya ke dalam balutan jaket Sicheng agar Yuta tidak menaruh hidungnya di atas leher miliknya.

"Pantesan..." Yuta semakin erat memeluk Kun, kemudian terdengar sebuah kekehen darinya. "Lucu kali ya kalau misalkan aku mau cium kamu di depan Winwinie?"

"Ha? N-ngaco deh!" Kun mukanya tiba-tiba memerah. Jangan sampai deh. Dipeluk begini aja Sicheng pasti bakal ngambek tiga hari tiga malam, apa kabar dicium? Meski Kun juga engga tahu 'sih ciumnya di mana. Eh tapi si Sicheng waktu itu diminta cium Yuta mau-mau aja..

"Udah ah lepas hyung, aku engga enak sama Sic- Winwin." Kun berusaha melepaskan Yuta, tapi ternyata tangan kurus itu kuat juga ya. Atau Kunnya aja yang lemah? Ah, enak aja. Kun 'kan sering olahraga. Meski engga weightlifting kayak Sicheng, dia tetep aja kuat.

"Mungkin aku engga akan bisa deketin kamu sehabis ini, jadi boleh ya? Biar sekalian lah." Yuta bangun dan memerangkap kepala Kun dengan kedua tangannya. Kun jadi terpaksa menghadap Yuta dengan wajah merah sebalnya.

"Apanya! Ih!"

"Ya Tuhan Kun hahaha, sekali aja ya? Liat nih bibirku merah loh." Yuta menjilat bibirnya dengan sensual. Padahal tidak ada bau alkohol sama sekali, tapi kenapa Yuta lagaknya seperti orang mabuk?

"Heiii Kun kok diem aja? Aku cium sekarang ya?"

Astaganagabonarjadienam. Mungkin begini rasanya jadi Sicheng waktu itu. Diminta-minta terus oleh pria Jepang dengan bibir merah marun yang baru saja dibasahi oleh salivanya sendiri.

Tiba-tiba wajah Yuta mulai mendekat ke arah wajahnya dan Kun benar-benar harus menahan dirinya. Bibir Yuta memang menggoda, tapi jika dia menciumnya dia akan sama saja seperti Sicheng. Kun bukan orang yang seperti itu.

"Hyung.. aku beneran.. engga bisa!" Kun berusaha menahan Yuta sekuat mungkin untuk tidak menaruh bibir menggodanya itu kepada miliknya. Dia berusaha melihat Sicheng, berharap dia bangun karena kerusuhan singkat di atas kasurnya itu, tapi wajahnya dipaksa menatap Yuta karena tangan orang Jepang itu memegang dagunya.

Kun cepat-cepat menutup bibirnya dengan tangan ketika wajah Yuta semakin dekat, tapi tangan Yuta dengan cekatan menarik kedua tangan Kun, menguncinya di masing-masing sisi agar tidak bisa bergerak.

"Win! WINWIN!" Kun memanggil nama Sicheng, berusaha membantunya keluar dari situasi gila itu. Tapi Sicheng tidak merespon, dia justru hanya bergerak sedikit kemudian tidur kembali.

"Tuh Winwinie tidur nyenyak banget 'kan? Engga akan ketahuan kok."

"Aku ga mau!! Lepasin!!" Kun menutup matanya dan bersusah payah menolak godaan bibir iblis Yuta itu.

"Lagian cuman ciuman biasa, engga berujung ke-UWAHH!" Yuta berhenti ketika merasakan dirinya terdorong dan jatuh dari atas kasur.

Kun membuka matanya dan melihat Sicheng dengan wajah paling suram yang pernah ada.

"Sicheng..?" Panggil Kun, tapi Sicheng tidak menjawab. Dia bangun dan melempar boneka Ryannya, kemudian berjalan ke arah Yuta yang entah kenapa malah tertawa. Sicheng hanya menatapnya, kemudian menaruh satu kakinya di atas paha Yuta.

"Hyung barusan mau ngapain ya?" Tanya Sicheng tiba-tiba dengan manis.

"Cium doang Win...hehe."  Yuta justru tanpa malu mengakuinya. "Emangnya kena-AW AW AW AW! WIN! KAKI HYUNG ITU!"

Sicheng dengan brutalnya menginjak paha Yuta. Tapi injakannya terlihat kekanak-kanakan.

"GA MAU TAHU, KALAU YUTA-HYUNG DEKET-DEKET KUN-GE AKU BAKAL MURKA! ARGH!"

.

.

.

ini ff kesannya kayak abo ga sih? :")

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang