•20

715 129 31
                                        

Kun menunggu di depan salah satu lift di gedung itu. Ketika dia melihat Sicheng berjalan semakin mendekat, dia panik dan menekan tombol lift agar semakin cepat datang.

"Tidak! Kenapa lama sekali?!" Panik Kun ketika melihat Sicheng berjalan dengan senyuman miringnya. Dia tidak mau satu lift dengan Sicheng karena kejadian tadi. Bagaimana jika dia berbuat yang aneh-aneh? Kun tak ingin datang ke ruang meeting dengan wajah merah. Dia terlihat seperti kepiting rebus.

Kun masih saja dengan brutal memencet tombol lift, hingga akhirnya pintu terbuka. Kun buru-buru masuk dan memencet tombol tutup, namun sebuah tangan memencet tombol yang lain. Kun mendongak dan melihat Sicheng sudah berada di depannya dan memencet tombol lift agar pintunya tetap terbuka, kemudian masuk.

Pintu lift tertutup, dan Kun berdiri merapat ke dinding.

Sicheng yang melihat gerak-gerik Kun langsung tertawa.

"Apa 'sih?" Sewot Kun. Ada yang aneh? Kenapa dia ditertawakan?

"Mau ngapain buru-buru?" Tanya Sicheng. Kun memalingkan wajahnya.

"Ga mau satu lift sama kamu."

"Kenapa?" Sicheng menyender di sisi lain dari lift. "Takut aku apa-apain?"

Iya. Kun ingin menjerit iya. Tapi bukankah kalau begitu dia berbohong pada dirinya?

"Aku 'kan pacar mu Ge. Masa iya kamu takut?"

"Kamu nyeremin tau ga? Gara-gara kejadian parfum itu, kamu jadi lebih manja dan lebih posesif."

"Hei, setidaknya aku bukan cowok brengsek." Sicheng kemudian mendekat. Kun memundurkan wajahnya, takut Sicheng menciumnya. Tapi ternyata dia hanya berbisik.

"Lagian juga aku lebih suka melakukannya di tempat sepi, ketimbang yang bisa terlihat oleh orang." Sicheng kemudian melirik ke arah kamera cctv yang menempel di sudut lift. Kun meneguk ludahnya dan melihat ke arah kamera. Sicheng mundur, tapi tidak terlalu jauh.

Lift pun tiba di lantai tertuju. Kun keluar duluan, lagi-lagi meninggalkan Sicheng agar dapat datang ke ruang meeting lebih cepat. Dia tidak sabar bertemu mereka, jadi dia mempercepat langkahnya. Ketika Kun sampai di ruang meeting, di dalam hanya terlihat Ten dan Lucas serta orang-orang yang bertanggung jawab atas meeting ini. Kun membungkuk kepada mereka semua, tepat saat Sicheng di belakangnya.

"Maaf kami terlambat."

Sicheng juga ikut membungkuk, dan mereka duduk di tempat yang telah disediakan.

"Tidak apa-apa Kun-ssi." Kata salah satu dari mereka. Ten dan Lucas memandang heran. Padahal mereka sebelumnya ditegur karena lama, tapi kenapa giliran Kun tidak?

"Ayo kita mulai meetingnya." Beberapa orang seperti siap mempresentasikan sesuatu karena ada layar, tapi Kun justru melihat ke sana kemari.

"Um, maaf sekali jika aku tidak sopan, tapi di mana mereka?" Tanya Kun sambil mengangkat tangannya.

"Oh, kalian akan bertemu mereka setelah meeting ini. Mereka sudah lebih dulu diberitahu jadi..." Salah satu menjawab.

Kun hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Kemudian meeting pun di mulai.

Sepertinya meeting berlangsung selama kurang lebih dua jam, melihat dari jam dinding ketika para member keluar dari ruang meeting untuk makan siang. Kun merentangkan badannya ketika sudah keluar ruangan.

"Bagaimana meeting tadi?" Tanya Sicheng ketika mereka semua sudah di luar.

"Debut ku!" Kun menyahut gembira. "Sudah ditetapkan tanggalnya, pokoknya semua sudah direncanakan." Kemudian Kun menekuk bibirnya. "Kenapa kamu tanya? Jangan-jangan engga dengerin."

"Meeting penting aja engga di dengerin, gimana mau dengerin kamu kelak nanti?" Ten muncul tiba-tiba dari belakang Kun dan mengalungkan tangannya di leher Kun. Kemudian dia sempat-sempatnya mencium aroma dari leher Kun dan menjilat bibirnya.

"Kun, manis ku, makan bareng yuk. Laper nih."

"Erm..." Kun melirik ke arah Sicheng dengan was-was. Sejak insiden dengan Taeil Kun jadi sedikit khawatir dengan kecemburuan Sicheng yang susah diatasi.

Tapi saat dia menengok, dia tidak melihat Sicheng di sebelahnya. Dia justru sudah berjalan bersama Yukhei di sebelahnya, ponsel di tangannya. Kun memajukan bibirnya.

"Ayo Ten kita makan siang."

Ten tersenyum dan melepaskan Kun. "Makan di mana nih?"

"Bentar, aku hubungi mereka dulu." Kun mengeluarkan ponselnya dan memberitahu yang lain. Kun tersenyum ke arah Ten.

"Kita akan makan siang bersama mereka di restoran di luar, oke?"

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang