Yukhei mengecek ponselnya yang berdering. Sedari tadi dia berbicara dengan Sicheng mengenai apa-apa saja yang akan dia lakukan setelah mendarat di China nanti dan debut dalam unit WayV, sampai tak sadar telah sampai tempat tujuannya, café di gedung itu.
"Um? Kun-hyung sama Ten-hyung bilang mereka makan di luar."
Sicheng menurunkan ponselnya. Kemudian dia melihat ke sekeliling, tidak ada Kun sejauh mata memandang.
"Mereka engga mengikuti kita?" Sicheng mengangkat alisnya. "Kenapa aku mengikuti mu?"
"Aku 'kan hanya mengajak mu, Win-hyung. Aku bilang temani aku beli kopi, nanti kita susul Kun-hyung sama Ten-hyung ke kantin, dan ternyata mereka mau makan di luar."
Sepertinya Sicheng terlalu sibuk dengan permainan di ponselnya sampai-sampai dengan tidak sadar menuruti kemauan Yukhei dan mengikutinya sampai ke café di lantai bawah. Sial, Kun tidak berbicara padanya 'kan saat keluar? Terkutuk lah Sicheng dan sifatnya yang malas mendengarkan meeting tadi, membuatnya cepat-cepat mengeluarkan ponsel sesaat setelah keluar ruang meeting agar tidak mengantuk. Ini tidak bagus.
"Cepat beli kopi mu." Kata Sicheng sambil menaruh kembali ponselnya. Yukhei tidak tahu, mungkin Sicheng lapar sampai menyuruhnya buru-buru.
Sepuluh menit berlalu, Yukhei sudah mendapatkan minuman yang dia mau. Sicheng tidak berkata apapun dan mulai jalan keluar dari gedung, disusul oleh Yukhei dari belakang.
"Di mana mereka makan?"
"Mereka engga kasih tahu kamu, hyung?"
Sicheng memicingkan matanya dan menggeleng. Yukhei menyeruput kopinya sambil mengeluarkan ponsel.
"Rehtohran dekwah blok sanya." Kata Yukhei, tidak pusing-pusing mengeluarkan sedotan dari mulutnya.
"Oh," Sicheng mengangguk, kemudian menarik sedotan dari mulut Yukhei. "Jangan gigit sedotan waktu ngomong. Jijik."
"Cih!" Yukhei mengikuti Sicheng dengan perasaan sebal. Itu 'kan kebiasaannya.
Tak lama kemudian mereka sampai di restoran tertuju, tidak repot bertanya pada pelayan karena mata Sicheng sudah tertuju pada orang tertentu yang sedang bercanda tawa dengan orang-orang di sekelilingnya. Sicheng jalan terlebih dahulu, menggeser kursi di sebelah Kun, padahal dia sudah di pojok meja. Kun terlihat kaget, ingin protes, tapi terganggu.
"Wah! Sicheng-ge! Kangen!" Seseorang memeluk Sicheng. Wajah Sicheng yang tadinya agak dingin langsung melembut. Dia tertawa dan memeluk kembali.
"Iya iya, lepas aku sekarang Yangyang."
Yangyang melepas Sicheng dan duduk kembali, Hendery dan Xiaojun bergantian dengannya. Memeluk Sicheng kemudian duduk kembali. Saat itu Yukhei sudah datang, ribut dengan tiga orang baru itu hingga mengundang banyak perhatian. Persetan, dengan mereka datang saja sudah sangat mencuri perhatian. Sekarang sepertinya beberapa orang yang makan di sana terfokus melihat ke arah mereka.
"Ngapain kamu duduk di sini?" Bisik Kun kesal.
"Aku mau duduk sebelah kamu." Balas Sicheng tak acuh.
"Di sini 'kan kamu jadi menghalangi jalan orang!"
"Ten-hyung tinggal geser sebelah Xuxi."
Kun memutar bola matanya. Bisa-bisanya Sicheng dengan seenak jidatnya menyuruh yang lebih tua darinya untuk minggir. Yah, tapi ini Sicheng yang sedang kita bicarakan, kalau sudah berurusan dengan Kun, urusannya akan panjang dan Kun malas berargumen yang berlebih dengannya setelah tadi. Kun menepuk pundak Ten.
"Ten, kamu duduk sebelah Lucas ya? Kasian Winwin duduk di pojok meja sini, takut menghalangi jalan."
Ten yang tadinya baru mau meminum minumannya langsung memplototinya, "Ha? Apaan? Ga! Aku maunya duduk sebelah kamu, tadi di mobil 'kan engga jadi."
Kun meneguk ludahnya, mengabaikan tatapan tajam dari Sicheng di belakangnya. "Tolong ya?"
Ten mendengus kesal. Dia baru saja bisa duduk di sebelah Kun, tapi pawangnya itu merepotkan sekali. Ten terpaksa pindah, daripada Kun yang pindah dan dia berakhir dengan Sicheng di sebelahnya, dia lebih ogah dengan itu. Setelah Ten pindah, Kun pindah ke kursi Ten sementara Sicheng dengan sendirinya duduk di kursi Kun. Ketiga trainee yang akan debut dengan mereka menatap bingung. Jelas, karena mereka belum diberitahu soal dinamika hubungan Sicheng dan Kun itu.
'Nanti aja kalau sudah debut dengan mereka.' adalah alasan Sicheng tidak langsung memberitahunya. Kun terpaksa menuruti, memangnya dia bisa apa?
Saat itu makanan baru saja datang, Kun dengan sigap menaruh piring di depan Sicheng karena dia tahu anak itu malas sekali mengambil piring kalau ada Kun di sebelahnya. Biasalah, dia maunya dimanjain oleh kekasihnya itu.
Dan ternyata benar. Sicheng hanya diam saja memandang makanan selagi Kun mengambilkan untuknya. Kun menunjuk ke arah sup.
"Mau?" Tanyanya ke Sicheng. Sicheng menggeleng. Kun kemudian menunjuk ke arah daging. "Kalau ini?" Sicheng baru mengangguk dan Kun mengambil sesendok besar lalu menaruhnya di atas piring Sicheng. Kemudian dia mengambil sesendok sayur dan menaruhnya di atas piring Sicheng, membuat Sicheng mengerang.
"Aku engga mau sayur." Keluhnya.
"Harus makan. Kamu males makan vitamin, harus makan sayur berarti." Balas Kun dan dia mengambil sayur untuk dirinya beserta makanan yang lain. Sicheng mendecak.
"Aku mau jus." Kata Sicheng tiba-tiba.
Kun menghela nafas, "Jus apa?"
"Stroberi."
Kun menghela nafas. Sicheng ini benar-benar, kalau ada Kun dia paling malas berinteraksi dengan yang lain. Memesan minuman sendiri saja engga mau. Kun akhirnya mengangkat tangannya dan memesan kepada pelayan. Sicheng tersenyum dan diam-diam mencium pipi Kun sengaja, membuat Kun memerah dadakan. Tapi Kun tidak protes, dan hanya diam memakan makanannya.
Beruntung semua sibuk dengan makanan mereka masing-masing, kecuali satu orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfume Aftertaste
FanficHubungan Sicheng dan Kun merenggang. [a birthday fic.]