•18

695 130 21
                                    

Sicheng sudah duduk bersama Ten ketika Kun datang. Senyuman Kun memang tidak pernah hilang sejak berita bahagia itu disampaikan oleh Taeyong, jadi wajar semua orang yang melihatnya ikut bahagia.

"Pagi cantik." Ten berkedip ke arahnya yang mendapat sikutan dari Sicheng.

"Makasih Ten." Kata Kun sembari duduk di sebelah Sicheng. Sicheng melirik ke arah Kun sekilas sebelum mengeluarkan ponselnya.

"Mana Xuxi?"

"Kayaknya masih di kamar." Kun memainkan ujung sweater nya. Dia menunggu, merasa Sicheng sepertinya tidak melakukan apapun di sebelahnya dan hanya bermain ponselnya. Kun sedikit risih, namun tidak menunjukkannya. Dia ingin pria yang lebih muda darinya ini mengajaknya berbicara, tapi mustahil kalau dia sudah memegang gadget kecil itu. Akhirnya dia berusaha melirik ke arah Ten, yang ternyata sedang melihat ke arahnya. Ten tersenyum dan berkedip, membuat Kun tersipu.

"Apa 'sih?" Kun tertawa melihat sikap Ten itu. Tidak biasanya 'kan dia agak menggoda seperti ini? Tidak, dia bahkan jarang menggodanya. Dia lebih suka mengejeknya, mengerjainya, membuatnya frustasi sampai wajahnya merah karena marah.

"Gembrot, duduk di sini aja daripada di situ dicuekin." Ten menepuk tempat di sebelahnya.

Kun mau tersinggung karena Ten memanggilnya dengan panggilan menyebalkan itu, tapi dia tidak ingin diabaikan. Dia ingin berbicara, karena hari ini adalah hari yang membahagiakan untuknya. Ketika Kun akan bangun, satu tangannya dipegang tiba-tiba. Dia menengok ke arah Sicheng yang masih fokus melihat ponselnya, namun tangannya dengan kuat memegang Kun.

"Mau ke mana?" Tanyanya tanpa menengok. Kun mendengus.

"Mau ngobrol sama Ten."

"Ga bisa duduk di sini aja ngomongnya?"

"Win, dia mau ngomong sama aku elah."

"Iya, aku tanya, ngomongnya ga bisa duduk di sini aja? Kun-ge ga harus ke sana 'kan."

Kun melihat bagaimana Ten menyilangkan tangannya dan mendecak. Kun menghela nafas dan duduk kembali di sebelah Sicheng. Sicheng bersikap seperti tadi kepadanya, tapi dia sendiri tak acuh pada Kun. Kun 'kan jadi sebal.

Tapi tunggu. Astaga, Kun tidak boleh begini. Ini hari penting baginya, hari di mana dia akhirnya dapat mewujudkan mimpinya! Dia tidak boleh merasa pundung atau semacamnya.

"Apa kalian sudah siap?" Taeyong datang bersama salah satu manajer mereka yang akan mengantar mereka ke gedung meeting. Kun menggeleng, dia melepaskan tangan Sicheng darinya.

"Tinggal siapa?"

Belum lama setelah itu, Yukhei datang dengan pakaian modisnya. Dia langsung melihat ke arah Kun dengan semangat.

"Gimana Ge?"

"Cakep, Cas." Itu peraturannya. Kalau sesama anggota boleh memanggil dengan nama asli, tapi jika sudah di depan umum mereka harus menggunakan nama panggung.

"Sudah semua 'kan? Ayo turun." Manajer mereka berkata dan berjalan terlebih dahulu. Ten, Sicheng, serta Yukhei berjalan mengikuti. Kun di belakang mereka, memeluk Taeyong selagi melewatinya, kemudian mengejar yang lain.

Mereka memasuki mobil kecil, di mana hanya ada 2 baris dan hanya bisa diisi tiga orang karena baris kedua sudah diisi barang yang lain. Salah satu di antara mereka harus bersama manajer di depan, dan sejujurnya baik Yukhei, Sicheng dan Ten tidak ada yang mau mengalah. Mereka maunya duduk di sebelah Kun.

"Aku sahabatnya Kun, aku yang harusnya duduk sama dia."

"Aku Didi favoritnya Kun-ge, ya aku lah yang duduk di sebelah dia."

"Kalian bisa minggir? Aku yang jadi pacarnya di sini."

Mereka terus ribut di depan pintu mobil, bahkan engga sadar kalau pintu sebelah pengemudi sudah terbuka dan Kun duduk di sebelah manajer mereka.

"Mereka engga apa-apa?" Tanya sang manajer. Kun menggeleng mengabaikan. Dia membuka jendelanya, kemudian bersiul.

"Cepetan naik nanti macet." Katanya. Mereka bertiga pun menggeram kesal dan masuk berhimpitan. Mobil pun berjalan setelah Kun memimpin doa.

Ketika masuk ke dalam tol, manajer mereka tiba-tiba membuka mulutnya.

"Maaf jika aku kurang sopan, tapi parfumnya wangi sekali Kun-ssi."

"Oh? Benarkah?" Kun tidak dapat mencium apapun. Mungkin karena sumbernya berasal dari dia, jadi hanya dia saja yang tidak bisa.

"Iya." Manajer mereka tersenyum. Kun merasa senang, tidak biasanya manajer mereka ada waktu untuk memuji mereka karena sibuk mengatur dan mengurus jadwal. Jadi mengobrol seperti ini mungkin sebuah kemajuan. Di sisi lain, tiga serangkai di belakang mereka terdengar diam. Kun melirik dan melihat mereka semua tertidur, sesekali terdengar di antara mereka memanggil nama Kun dengan lucu. Jujur, itu membuat Kun tersenyum bahagia.

"Mereka benar-benar menyukai mu." Komentar sang manajer, mengintip dari kaca bagian dalam mobil. Kun terkekeh.

"Aku juga menyukai mereka. Sangat."

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang