•19

682 129 20
                                        

"Kun-ssi."

Kun terbangun ketika merasakan seseorang menggoyangkan tubuhnya. Saat melihat wajah yang dia kenal terlalu dekat untuk kenyamanannya, Kun sedikit menghindar.

"Manajer-nim!" Jantung Kun nyaris copot jika dia tidak tahu siapa itu. "Aku kaget astaga.."

"Maaf Kun-ssi, tapi ku rasa kau perlu membangunkan mereka. Aku akan menurunkan barang-barang yang diperlukan di belakang, kau boleh langsung ke lantai atas saja." Kata manajer sambil tersenyum. Kemudian dia keluar dan membuka bagasi belakang.

Ten langsung bangun saat bagasi terbuka. Ten duduk di belakang kursi Kun, di mana di pundaknya ada Yukhei yang tertidur, dan di pundak Yukhei ada Sicheng yang tertidur sambil memegang ponselnya. Ten mendecak dan bangun tegak seketika, membuat Yukhei terjatuh dari bahunya, dan Sicheng terjatuhnya ke atas paha Yukhei.

"Hyung sakiiiit." Rengek Yukhei sambil mengusap lehernya. Maklum, menyender memang bukan kebiasaan Yukhei saat tidur, jadi wajar jika lehernya sakit. Dia tidak terbiasa.

Sementara itu Sicheng juga langsung bangun ketika jidatnya menabrak paha Yukhei yang keras. Dia bangun dan mengerang, lalu mengusap jidatnya. Kemudian membuka ponselnya kembali, melanjutkan game yang tadi dia mainkan sebelum ketiduran.

Kun sendiri saat itu sudah keluar. Dia membukakan pintu di sebelah Ten karena lebih dekat dengannya.

"Ayo semuanya turun. Aku tidak sabar bertemu yang lain!" Ucap Kun senang. Ten yang gemas melihat Kun bahagia seperti itu ikut tersenyum. Dia keluar, mencium pipi Kun sekilas, lalu berjalan.

"Ten ih!" Omel Kun, dia merasakan pipinya memanas. Ten hanya tertawa.

"Makannya jangan bikin gemes."

Kun hanya mendengus, kemudian membantu Yukhei yang kelebihan kalsium di tulangnya agar dapat keluar. Yukhei memeluk tubuh Kun sebagai ucapan terimakasih. Kemudian saatnya Sicheng.

Anak sialan itu. Malah diem aja, dan terfokus sama ponselnya.

Ya Tuhan Kun tidak suka jika Sicheng menunda-nunda keluar dari mobil.

"Win...."

"Apa?"

"Jangan mulai deh."

"Mulai apa?"

"Ih!" Kun masuk ke dalam mobil untuk menarik Sicheng yang masih asik memegang ponselnya. "Keluar ga kamu!"

"Janji kalau aku keluar jangan ada yang deket-deket kamu?"

Tunggu.

Tunggu tunggu tunggu tunggu.

Jangan bilang bocah ini cemburu gara-gara Kun dikasih affection gitu sama yang lain?

"Kamu kenapa lagi sih? Jangan bikin hari ku buruk deh, harusnya hari ini hari bahagia ku." Ketus Kun. Capek deh, kalau Sichengnya ngebatu kayak gini. Mending didingin-nin juga, biar tahu rasa dia.

"Kalau kamu ga mau keluar, yaudah terserah. Aku masih bisa ikut meeting sama Ten sama Xuxi. Bleee." Kun menjulurkan lidahnya sebal dan berniat keluar, tapi tangannya langsung ditarik dan bibirnya diraup tiba-tiba.

Cuman sekali hisapan, tapi Sicheng berhasil membuat Kun mengeluarkan suara memekik yang lucu sekali. Dia melepas bibir Kun dan menjilat bibir miliknya.

"Rasa mawar." Sicheng tersenyum, dan wajah Kun memerah layaknya bunga yang disebut.

"Woy kok kalian lama sekali!" Ten akhirnya muncul di pintu dan mengomel, namun saat melihat Kun dalam posisi yang jelas sekali sehabis dicium (karena faktor warna bibir), membuat Ten semakin menjadi.

"CIUM GA NGAJAK-NGAJAK! SIALAN! LUCAS, AYO LAH DULUAN KITA! BENCI BANGET LIAT ORANG MESRA!" Ten membludak dan berjalan ke arah Yukhei yang bertanya-tanya apa yang baru saja Ten lihat di dalam mobil.

Kun sendiri tangannya masih dipegang Sicheng. Dia menepis lepas tangannya dari genggaman Sicheng, kemudian memukul bahunya.

"Dasar! Mau keluar apa engga?!" Ketus Kun lagi. "Jangan-jangan kamu berlagak sok cuek itu biar bisa cium aku."

"Kalau iya kenapa?" Sicheng malah menggoda. "Kun-ge habisnya masih bau mawar 'sih. Gimana aku engga tergoda buat cium kamu Ge?"

"Bodo amat." Kun kesal. Pokoknya kalau meeting sampai terlambat dan debutnya ditunda lagi, Kun bakal ambil tindakan. Liatin aja! Emang Kun engga bisa galak apa?

Kun sudah berbalik dan keluar dari mobil. Dia berniat menutup pintu agar Sicheng repot-repot membuka pintu kembali, tapi tangan Sicheng lebih cepat memegangnya.

"Eits. Mau iseng?"

"Engga. Mau kurung kamu sampai kehabisan nafas."

Sicheng tertawa melihat wajah cemberut Kun. Gila, ini kalau mereka tidak dikejar waktu, Sicheng akan berlama-lama menggoda Kun.

"Yaudah bagus dong Ge." Sicheng keluar dari mobil, masih memegang tangan Kun. Kemudian dia menutup pintu dengan satu tangannya lagi.

"Kok bagus 'sih? Kamu mau mati?" Kun berubah jadi khawatir. Ya janganlah, dia cuman bercanda barusan. Jangan dianggap serius dong. Kalau Sicheng mati, nanti Kun nangis ke pundak siapa? Masa ke pundak Sicheng, lah 'kan udah jadi mayat. Horor dong.

"Ya bagus, 'kan kalau aku kehabisan nafas ada kamu yang bisa cium aku. Itung-itung sedekah oksigen. Kapan lagi dapet oksigen dari manusia seindah kamu?" Sicheng mencuri ciuman singkat di pipi Kun yang panas dan merah itu. Kun menepis tangan Sicheng lagi kemudian mendorongnya.

"Nyebelin!" Kun pun berjalan duluan masuk ke gedung. Malas dia berdekatan dengannya karena tak kuat dengan godaan bernama Dong Sicheng sialan itu.

Lebih baik dia berpikir jernih dan berdoa semoga meeting kali ini akan membuahkan berita yang bahagia.

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang