•16

766 138 41
                                    

"Xuxi! Jangan macem-macem kamu ya!"

Kun menggeliat, berusaha keluar dari genggaman Yukhei. Engga biasanya dia selemah ini, mengingat setiap mereka main adu tangan selalu Kun yang menang. Tapi badan besar Yukhei yang menghantui tubuh Kun seolah-olah mengingatkan siapa yang sebenarnya berkuasa di situ.

Tapi Yukhei tidak bergeming. Dia justru menunduk dan mencium bau leher Kun, menggelitiknya.

"Xuxi—AW!" Tiba-tiba saja Yukhei membuka mulutnya dan menggigit leher Kun. Kun panik otomatis dan berusaha memukul kepala Yukhei agar dia berhenti. Tapi Yukhei yang kepalanya sekeras baja tak terkena efek apapun.

"Kamu wangi banget Ge.." bisik Yukhei, dan dia mulai menciumi leher Kun. Kun yang lehernya merasa tergelitik berusaha lepas dari bibir Yukhei. Kun hanya menutup matanya. Jika dia berteriak, dia takut tidak hanya memanggil Sicheng tapi juga seisi dorm. Bagaimana dia bisa menahan malu jika orang-orang tahu kalau dia dalam posisi seperti ini? Dia takut juga Sicheng memikirkan yang engga-engga. Cukuplah Sicheng saja yang berbuat salah, Kun tidak melakukan hal sepertinya.

Tapi sayang, Kun memang harus berteriak ketika dia merasakan perlahan bibir Yukhei mulai berjalan menuju miliknya. Kun menarik tangannya keluar dari genggaman Yukhei dan mendorong kepalanya, kemudian bersiap berteriak.

Tapi pintu tiba-tiba saja terbuka, dan Yukhei yang tadinya berada di atas badan Kun terlempar ke atas lantai.

"Ayo ikut." Sicheng menarik tangan Kun dan memaksanya bangun, kemudian membawanya ke dalam kamarnya yang dia bagi dengan Taeil dan Yuta. Dua teman sekamar Sicheng kebingungan saat melihatnya membawa masuk Kun. Kun sendiri wajahnya merah padam dan memeluk Sicheng dari sampingnya, berusaha menutup wajahnya.

"Kun kenapa?" Tanya Taeil, dia sedang tiduran di atas kasurnya.

"Ga kenapa-napa." Jawab Sicheng dingin.

"Aku mencium bau aneh," Yuta mengangkat wajahnya, hidungnya bergerak-gerak seakan mencoba mencium aroma di dalam ruangan itu. "Tunggu, ini bau yang kucium sebelumnya...."

Sicheng melirik tajam ke arah Yuta. Dia menarik kupluk Kun dan memakaikannya di atas kepala sang kekasih, membuat wajahnya tertutup dan hanya terlihat oleh Sicheng seorang.

"Kun-ge malam ini tidur di sini." Kata Sicheng.

"Lah, lah, lah?" Yuta mengangkat alisnya. "Kenapa kok ga di kamarnya sendiri? Kalian mau pamer? Ciiiih!"

"Dia ga bisa tidur sama Yukhei untuk saat ini, jadi aku minta salah satu di antara kalian mau tukeran sama Kun-ge." Pinta Sicheng. Taeil sama Yuta saling tatap. Benar sih, meski baik Yuta maupun Taeil sebenarnya lebih mau tidur satu kamar dengan Sicheng, tapi ga ada di antara mereka yang mau tidur kalau ada Kun di sampingnya. Bukan apa-apa, cuman mereka gamau jadi nyamuk aja. Sakit tau:"(

"Aku ajadeh."

"Ehh engga engga, aku aja Yuta."

"Hyung, udah gapapa Hyung di sini aja."

"Gapapa Yuta, katanya kamu seneng sekamar sama Winwin? Iyaudah gapapa."

Ternyata mereka berdua sama-sama engga mau satu kamar sama Sicheng untuk saat ini. Yuta dan Taeil bangun dari kasur mereka.

"Yaudah bareng aja kita. Hehe." Yuta menyengir dan mengalungkan tangannya di leher Taeil. Taeil menyengir balik dan mereka keluar dari kamar dalam posisi seperti itu.

Sicheng menghela nafas dan membawa Kun ke atas kasurnya. Dia melepas Kun dan melihat bahwa Kun masih saja tertunduk dengan kupluk yang menutupi wajahnya.

"Kun-ge, udah jangan nangis." Sicheng mengangkat wajah Kun, membiarkan dagu Kun menopang sebentar di telapak tangan Sicheng itu. Dia terlihat sedih sekali, dengan bekas air mata di kedua pipinya.

"Tadi Xuxi ngapain?"

Kun terisak dan mengelap air matanya, "Ga ngapa-ngapain."

Sicheng memutar bola matanya, "Terus tadi apaan? Tindih-tindihan?"

Kun tidak melihat ke arah Sicheng dan tetap saja menatap lantai. Lama kelamaan bibirnya mengerucut dan dia mengeluarkan air mata diam-diam. Sicheng menghela nafas dan menghapus air mata Kun.

"Aku engga marah padahal."

"Bohongggggggg." Rengek Kun.

"Ih, serius. Aku engga marah."

"Terus kenapa muka kamu serem banget..."

"Lah Ge, ganteng gini dibilang serem. Mukaku emang dari lahir kayak gini."

Kun diem aja. Sicheng nungguin, tapi engga ada balasan. Dia pun mengusap sekali lagi wajah Kun, memastikan tidak ada sisa air mata di pipinya. Kemudian dia membenarkan kupluk yang Kun menutup rambutnya dan menariknya mendekat, mencium bibir Kun singkat. Setelah melepas Kun dia tersenyum, kemudian menguap.

"Yaudah Ge aku mau tidur, ngantuk."

Sicheng membiarkan Kun tidur di atas kasurnya sementara dia tidur di atas kasur Yuta, agar lebih dekat dengannya. Sicheng menaiki kasur Yuta, baru saja ingin rebahan. Tapi bajunya serasa ditarik. Sicheng berguling dan melihat tangan Kun.

"Ge? Apa lagi?"

Kun masih masang wajah sedihnya itu. "Boleh tidur bareng?"

Sicheng bingung. Kun tanya dia boleh tidur bareng sama Sicheng apa engga?
ya boleh banget lah. Pake nanya, emangnya Sicheng siapanya Kun coba? Pacar loh, pacar!

"Sini Ge." Sicheng bergeser dan menepuk tempat di sebelahnya, lalu menutup matanya kembali. Kun menaiki kasur itu dengan dalam diam. Tangan Sicheng berada di bawah kepalanya, dan saat dia sudah dalam posisi tertidur, Sicheng melingkarkan tangannya pada perut Kun, memeluknya lebih dekat.

....

....

....

....ngrook...

....

....

....

Kun bangun sedikit, mencium pipi Sicheng, kemudian membenamkan wajahnya di dada Sicheng.

"Maaf engga dengerin kamu. Aku tahu apa yang kamu lakukan emang buat jagain aku aja." Ucap Kun kemudian dia menutup matanya. "Aku sayang kamu, Sicheng." Kun kemudian tidur.

Engga tahu aja bahwa Sicheng sebenarnya berpura-pura tidur, dan sekarang dia sedang tersenyum terlalu senang dengan matanya yang masih tertutup.






.

.

.

haiiiii aku kembaliiii:""

ada yang kangen cerita ini? 👉👈

Perfume AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang