[extra] : failed surprise and happy belated birthday (2)

8.1K 941 144
                                    

benar saja, yang terbaring di kamar inap itu benar-benar arkasa jeongguk. matanya terpejam, sudut bibirnya sobek, beberapa lebam terlihat jelas di wajahnya dan dahinya dibalut perban yang masih ada bekas obat merahnya. selain itu, lengannya juga diinfus. ia sudah tidak lagi ada di ruangan gawat darurat, sudah dipindahkan ke ruangan lain yang lebih tenang.

benar-benar kecelakaan, bukan bohongan seperti yang diperkirakanㅡ atau diharapkan taehyung. malah menurut taehyung, lebih baik ia dibohongi dibanding melihat jeongguk terluka dan tidak sadarkan diri begini. kata perawat yang menyetelkan infuset, kecelakaannya cukup parah biarpun masa kritisnya cepat berlalu. bahkan helmnya yang dikenakan jeongguk sempat terlepas dan ia terbentur, namun kerusakan dalamnya hanya sebatas cedera, tidak ada adegan-adegan sinetron seperti hilang ingatan. hanya saja pacarnya taehyung itu belum sadar juga.

mungkin ada satu tulang rusuknya yang retak. beruntung hanya retak, tidak patah, setidaknya lebih cepat sembuh.

mereka berlimaㅡ hyunbin, jaehyun, eunwoo, juga mingyu masih belum berani meninggalkan taehyung sendirianㅡ sama-sama berdiri konyol. mematung menatap jeongguk yang tentu saja masih tidak tahu apa-apa. taehyung menarik kursi mendekat kemudian mendudukinya, menatap sendu pada jeongguk kemudian menyibak rambut yang turun ke dahi jeongguk yang dilapis perban.

"lo berempat..." ucapan taehyung membuat keempatnya bersigap, mendengarkan baik-baik omongan pemuda manis itu seolah jika tidak, mereka akan dipenggal dosen killer dan kepala mereka dijadikan persembahan di gerbang depan kampus, "... pernah kecelakaan, nggak?"

"gue enggak, jaehyun paling jatoh sendiri pas hujan dulu," eunwoo menjawab, cuma ia yang berhasil membalas tatapan datar taehyung kala itu walau sebenarnya ia merasa bersalah, tidak tahu kenapa, "yang sering kecelakaan itu mereka," tunjuknya kemudian pada mingyu dan hyunbin, "sama pacar lo, kak," kini atensi mereka kembali pada jeongguk yang masih betah tidur.

"tenang aja kak, kalau lo kuatir, arkasa anaknya tahan banting. paling ntar malem dia bangun kalau obat biusnya udah habis, terus cengengesan lagi ke kakak," jaehyun berusaha menghibur, menepuk pundak taehyung. namun raut wajah kakak tingkatnya itu sama sekali tidak terbaca, sehingga diam-diam jaehyun takut juga. "kakak mau minum dulu, gak?"

namun taehyung menggeleng, semakin membuat ciut saja. walaupun hanya kebanyakan mendengar cerita dari jeongguk, keempatnya tahu betul bagaimana karakter taehyung karena jeongguk pasti bilang ini-itu pada mereka. taehyung itu anaknya ceria, ramah, suka ngomongㅡ tapi kalau sedang diam, artinya sedang banyak yang dipikirkan, dicemaskan. dan lagi, siapapun tahu bagaimana menyeramkannya diamnya orang yang kelihatan selalu tertawa dan senang-senang saja. karena ini, taehyung masuk hitungan.

"misalnya kalian bertindak sesuatu, dan itu berdampak bahaya buat kalian, resikonya tinggiㅡ ya emang sih itu seru, gue juga nggak munafik. semakin dilarang bawaannya pengen ngelanggar mulu, gue pernah juga kok ngerasain titik itu," embusan napas taehyung terdengar jelas di ruangan itu, tidak ada yang bernyali untuk membantah, "tapi kalian mikir gak dampaknya buat yang lain kalo kalian kenapa-kenapa? mikir gak seberapa sedihnya mereka liat kalian nggak bisa beraktifitas kayak biasa dan terbaring di rumah sakit doang? mending kalau masuk rumah sakit..." taehyung menelan ludah, tangannya tiba-tiba berkeringat dan terasa dingin, ia menunduk dan merasakan napasnya sesak tiba-tiba, "... kalau meninggal, gimana?"

"astaga, kak. jauh amat mikirnya kesana. jangan didoain yang buruk-buruk lah, kak," sambar mingyu, mukanya tiba-tiba pucat. ia menoel-noel lengan jeongguk, seolah memastikan sobatnya itu masih bernyawa dan tubuhnya tidak kaku, "nih, masih hidup, kokㅡaw!" detik berikutnya, rusuk cowok itu disikut jaehyun.

"kan siapa tahu?" taehyung tersenyum lemah, mengusap lengannya yang masih terasa dingin bahkan walau jaket hyunbin masih bertengger di bahunya, "gue bukan tanpa alasan sering marahin jeongguk kalo dia kelewat ngebut. mending dia telat sekalian daripada harus bertaruh sama nyawa. sudah cukup papa gue yang direnggut maut dengan jalan kayak gitu, gue nggak mau orang yang gue sayangi juga, termasuk kalian. gue nggak pernah suka lihat orang berdarah-darah, gue nggak pernah suka masuk rumah sakit. itu selalu bikin gue keinget kalau tiap orang punya waktu, mati nggak ada tandanya. gue nggak mau hidup gue berasa kepaksa gara-gara cemas soal hal yang nggak kasat mata."

🌌 citrus. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang