Kerto - Pedang

271 43 2
                                    

Chapter 7
Pedang

Hejian mencoba mendekat. Tapi sulur-sulur d itangan Naira seolah bereaksi terhadap datangnya sebuah ancaman.

"S- Sakitt," rintih Naira.

Tanpa pikir panjang. Tangan Hejian bergerak cepat menarik buku tersebut keluar dari laci. Sulur-sulur bunga Mawar tersebut tertarik.

"AkHhhh!!!" Naira kembali memekik. Kelopak matanya mulai basah. Bulir-bulir kristal mengalir turun membasahi pipinya.

"Naira. Maafkan saya," ucap Hejian.

Detik selanjutnya. Seberkas cahaya tiba-tiba hadir di depan mereka. Tangan Hejian menganyunkan sebuah pedang berbilah bermata satu. Buku yang di pegangnya terjatuh di atas lantai.

Dengan dua tangan menyatu menjadi satu. Diangkatnya pedang tersebut hingga melewati kepala. Lalu diayunkannya untuk menebas.

BlaSss

Sulur-sulur itu terpotong. Gerakan mereka terhenti. Sulur yang tersisa. Merambat kembali ke pergelangan tangan Naira.

"Sial," umpat Hejian. Di tatapnya Naira yang tengah melongo menatapnya. Mulutnya sedikit terbuka. Memungkinkan jika ada lalat yang akan masuk.

"I- Itu?" Tergagap. Nyaris tidak tahu harus berkata apa. "I- Itu pedang?"

Mata pedang Hejian berkilau saat di timpa cahaya matahari. Warnanya putih seperti warna salju. Naira melihatnya. Tapi Naira tidak melihat sulur-sulur di tangannya.

"Kau melihatnya?"

Naira mengganguk pelan. Entah bagaimana Hejian akan menjelaskannya.


"Itu pedang asli?" tanya Naira

"Bagaimana dengan tanganmu?" tanya balik Hejian. Kening Naira berkerut.

"Bagaimana Boss tahu tentang tangan gue yang sakit ?"

Hejian menunjuk sulur-sulur di tangan Naira. Percuma saja, Naira tidak dapat melihatnya.


"Kau menatapnya dengan rasa kesakitan," kilah Hejian

"Oh," gumam Naira. Rasa sakit itu telah menghilang tanpa disadari.

"Kau baik-baik saja?"

Naira tidak menjawab. Netra matanya kini sibuk memandang kedua telapak tangan Hejian yang nampak kosong.


"Pedangnya?"

"Pedang? Pedang apa?"

"Boss tadi memegangnya."

"Kau salah lihat Naira."

"Tidak! Gue yakin. Bos tadi memegangnya. Pedang itu berkilau dengan sangat nyata. Gue baru pertama kali melihat pedang senyata tadi."

Hejian hanya tersenyum samar. Dipungutnya buku kuno tersebut. Naira masih memperhatikannya.

"Buku itu," tunjuk Naira

Veorovia (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang