Tea - The Lord

270 43 1
                                    

Chapter 10
The Lord

Veorovia ditutup lebih cepat dari yang biasanya. Naira sendiri meminta izin untuk pulang lebih awal. Dan Hejian pun tidak keberatan mengenai hal tersebut.

Dia yakin Naira butuh waktu untuk menerima semuanya. Di kamar kost sederhananya. Naira sendiri sibuk menatap langit-langit kamar.

Pikirannya melayang jauh tentang Veorovia. Bayang-bayang mimpi buruknya seolah memberitahukan apa yang akan dialaminya.

Dipejamkan matanya secara perlahan-lahan. Mencoba mengingat kembali tentang mimpi buruk tersebut.

Bayangan prajurit bersenjata, denting pedang yang saling berbenturan, teriakan penuh emosi akan kemenangan dan percikan koloid berwarna merah yang merwarnai medan pertempuran tersebut.

Kelopak mata Naira terbuka cepat. Bersamaan dengan bangkitnya dia
dari atas kasur. Sambil memeluk dirinya sendiri. Naira seolah merasa kengerian tengah menjalar dalam dirinya.

Deru napasnya tersenggal-senggal. Dia tampak ngos-ngosan. Diangkatnya pergelangan tangannya. Sulur-sulur tersebut masih terdiam melingkar.

Naira mencoba menyentuh kelopak mawar yang tengah mekar. Lalu mendekatkan tangannya dibawah hidung.

Ada aroma manis akan sesuatu yang terasa menenangkan. Naira mencoba mengendusnya kembali. Bau-bau itu seolah menghidupkan sebuah perasaan tentang negri antah-berantah dan tanpa sadar garis bibir Naira tertarik di dua sisi.


DuARRRRRrrrrrr

Sebuah monumen raksasa berbentuk pedang yang ditancap. Hancur berkeping-keping. Monumen berbahan baku kristal berwarna merah yang semula berdiri kokoh selama 5000 tahun. Tiba-tiba saja hancur porak-poranda.

Para petani yang kebetulan melintas. Menatap dengan mata terbelalak. Pupil mata mereka melebar dan rongga mulut mereka terbuka secara perlahan-lahan.

"DEMI FREYA!!!" jerit seseorang dari jauh.

"DEMI FREYA!!" sahut yang lain

"ANDERAS SHO!!" pekik yang lain

"ANDERAS SHOO!!" Suara-suara lain ikut bergema

"ANDERAS SHOO. ANDERAS SHOO!!" Mereka saling meneriakan satu sama lain.

Dan di saat yang bersamaan. Tujuh pria di tempat berbeda. Seolah-olah mengalami serangan jantung mendadak. Mereka tersentak kaget seraya memegang dada kiri dengan tangan kanan. Untuk beberapa saat mereka semua menyadari arti dari rasa sakit tersebut.

Hejian yang kebetulan berada di luar. Mendongak menatap langit.

"Naira," bisiknya pelan

"Naira," bisiknya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Veorovia (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang