Fqan - Melarikan Diri

115 26 0
                                    

Chapter 26
Melarikan Diri

"Ouh! Menarik," seru Zenriz begitu mendengar nama Hejian disebutkan.

"Aku ingin bertanya padamu. Bagaimana caranya dia membawamu pulang. Karena nyatanya tiket pulang miliknya berada di tanganku."

Zenriz pun melipat kedua tangannya di depan dada. Senyum mengejek di wajahnya masih terus merekah menatap Naira. Mereka berdua masih berdiri dengan mata saling memandang.

Kepalan tangan Naira semakin kuat. Buku-buku tangannya mulai memutih. Ia harus segera memikirkan cara untuk menghindar dari Zenriz. Sebelum penguasa Veorovia itu menjebloskannya ke dalam penjara.

"Rasakan ini!!!"


Sulur-sulur di tangan Naira merambat cepat, ketika ia merentangkan tangannya ke arah depan dan dengan sigap Zenriz pun segera menarik keluar bilah pedangnya dari dalam udara. Lalu menangkis serangan tersebut.

Naira memanfaatkan momen tersebut untuk segera melarikan diri. Zenriz yang tahu serangan tersebut hanya sebagai pengalih. Hanya tersenyum sinis melihat punggung Naira yang semakin menjauh dari dalam pandangannya.

"Teruslah berlari Naira," cibirnya dengan ujung bibir terangkat.

.
.
.

Satu hari telah berlalu. Wingsa kembali mendatangani Hejian untuk menagih janjinya. Tak ada waktu untuk bersantai. Setiap detik yang terus berlalu. Terus saja membuat Wingsa hidup dalam kegelisahan.

"Apa rencana kalian? Lo dan teman lo itu pasti telah merencanakan sesuatu."

Hejian yang tengah berbenah buku di dalam rak. Seketika saja menghentikan kegiatannya sejenak untuk menghampiri Wingsa.

"Wingsa. Kita perlu mengumpulkan empat orang lagi sebelum bertemu Ranzel. Seal adalah salah satu penguasa di Veorovia. Saita, Jiga, Yungi dan Ranzel. Mereka semua harus dikumpulkan menjadi satu. Saya tak bisa membantumu seorang diri. Kita memerlukan mereka."

Hejian menjelaskan semuanya dalam satu tarikan napas. Wingsa sendiri hanya terdiam tanpa menunjukkan reaksi untuk sebuah jawaban.

"Dan apa yang lo rencanakan bersama Seal? Semakin lama kita bertindak. Naira akan semakin dalam bahaya," seru Wingsa dengan luapan emosi yang menggebu-gebu.

"Siang nanti. Dia akan ke tempat ini dan aku harap kamu-"

"Lo tidak ingin gue terlihat di depannya?" potong Wingsa dengan perasaan kesal. "Kenapa? Lo takut? Gue bakal memukul mereka?"

"Bukan itu," sanggah Hejian, "hanya saja. Biarkan saya mengurus semuanya. Kamu bisa menunggu di kamar Naira selagi Seal berada di cafe."

"Terserah!" Wingsa melambai malas ke arah Hejian. "Di mana kamar Naira?"

"Di belakang sana!" tunjuk Hejian ke arah ruangan belakang. "Tapi kamu tidak perlu bersembunyi sekarang. Saya akan mengatakannya jika Seal sudah datang."

Tanpa mempedulikan omongan Hejian. Wingsa langsung melangkah pergi ke kamar yang dimaksud. Ketika ia memegang kenop pintu dan memutarnya.

Pupil mata pria itu terbelalak. Tatkalah melihat dekorasi kamar yang penampakannya mirip dengan kamar seorang Putri.

Hejian berjalan mengikuti dari belakang dan langkah kakinya hampir saja membuatnya terjatuh. Saat Wingsa berbalik menatapnya dengan tatapan horor yang membuat buluk kuduk merinding.

Veorovia (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang