Cargo - Sate Ayam

155 33 5
                                    

Chapter 18
Sate Ayam

"Jian!! Lo tunggu sini. Jangan turun! Itu teman gue. Lo lanjut aja masaknya."

Dengan langkah terburu-buru, Naira berjalan turun menapaki anak tangga. Suara gedoran Wingsa dari luar terus menemani langkah kaki Naira. Hingga saat pintu terbuka. Naira melototinya dengan tajam.

"Wingsa!!" hardik Naira. "Kan gue udah nyuruh lo untuk gak datang lagi."


Tidak mempedulikan ocehan Naira. Wingsa tanpa permisi meraih pergelangan tangan Naira. Lalu menarik paksa gadis itu hingga terhenti di tepi trotoar.

"Pakai!!" titah Wingsa seraya menyodorkan helm putih pada Naira.

"Gue gak mau!" tolak Naira seraya memalingkan wajah.

Kesabaran Wingsa tidak hanya sampai di situ saja. Dipakaikan helm putih tersebut pada kepala Naira. Mengencangkan ikatannya. Lalu beralih memakai helmnya sendiri.

"Naik!" titah Wingsa seraya duduk di atas motor. Kunci sudah diputar dan deru mesin telah berbunyi.

"Kalau lo gak naik. Gue gendong lo sekarang juga keliling kota."

Dengan bibir mengerucut dan pipi yang dikembungkan. Naira akhirnya terpaksa mengikuti permintaan Wingsa.

"Peluk yang kencang!" Wingsa kembali memerintah. Naira hanya memutar bola mata malas. Seraya melingkarkan kedua tangannya di pinggang sahabatnya itu.

"Puas?" tanya Naira dari balik punggung Wingsa dengan kesal.

"Puas," jawab Wingsa seraya memacu motor dengan kecepatan yang semakin bertambah. Dari balik tirai jendela lantai dua. Hejian menatap kepergian Naira dengan sorot mata yang sulit untuk dilukiskan.

.
.
.

Motor dipacu Wingsa dengan gerakan melejit yang berkelok-kelok dari tiap kendaran ke kendaraan lainnya.

Entah apa yang dipikiran Wingsa saat ini. Naira tahu, pria itu sedang cemburu berat padanya. Walau kenyataanya mereka hanya berstatus seorang sahabat.

Naira menyadari semua perasaan itu. Dia tidak memunafikkannya. Dia merasakannya. Hanya saja, Naira belum siap jika suatu saat hubungan persahabatan mereka akan mengarah ke arah sana.

Karena sejauh ini, Naira merasa nyaman bersahabat dengan Wingsa. Dalam hidup Naira, tepatnya. Saat kuliah, dia dapat menemukan rasa persahabatan dari seorang cowok.

Wingsa berbeda dengan teman-teman cowok semasa Naira SMA. Mereka semua berandalan dan hanya suka memanfaatkannya.

Pelukan di pinggang Wingsa, Naira kencangkan sedikit. Motor terus melaju membawa pikiran mereka berdua. Naira merasa, Wingsa seolah bisa membawa dirinya ke ujung dunia.

"Turun!" Wingsa memerintah seraya melepas helm. Tak lama setelah mereka berkendara.

Netra Naira agak sedikit terbelalak. Karena rupanya Wingsa menghentikan motornya di depan sebuah gerobak sate langganan
di dekat kampus.

Gadis itu melepas pelukan dan turun dari atas motor. Membuka helm dan menatap Wingsa dengan tatapan tidak percaya.

"Lo pasti udah lama gak makan sate."

Veorovia (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang