Rateo - Bad Dream

367 48 1
                                    

Chapter 4
Bad Dream

Terlalu mengerikan untuk menggambarkannya. Bau amis menyerebak masuk dipenciuman Naira.

Kepalanya tertunduk. Menatap telapak kaki tanpa alas. Cairan koloid berwarna merah itu menggenang di bawahnya. Cairan itu terasa lengket. Rasanya menjijikan.

Naira melangkah mundur. Rasa ketakutan menjalar di dalam dadanya. Perasaanya tidak enak.

Bunyi gesekan pedang serta raungan dan seruan menarik perhatian Naira berikutnya. Dia hampir menjerit. Dan mungkin saja berlari untuk melarikan diri.

Beribu-ribu prajurit berbaju jirah. Sedang memainkan pedang mereka. Jirah-jirah itu berwarna-warni. Namun memiliki corak noda koloid yang sama. Darah.

Semua itu terlihat begitu menakutkan bagi Naira. Erangan dan raungan bercampur aduk. Beribu-ribu mayat terkapar di berbagai tempat.

Rasanya semua ini terlihat seperti mimpi buruk bagi Naira. Mimpi yang sangat terasa nyata. Angin berhembus kencang. Cukup seperti sebuah peringatan bagi mereka yang tengah bertikai.

Kepala semua orang terdogak menatap langit. Warnanya tak lagi biru. Melainkan merah seolah terbakar.

Ada sesuatu yang nampak di atas sana. Jumlahnya tidak hanya satu. Namun lebih. Semakin dilihat, Naira tahu apa yang kini terbang di atas langit.

Masyarakat Cina memuja mereka dan menjadikannya sebagai sebuah simbol yang agung. Naga.

Naga-naga itu terbang. Sembari berduel di atas langit. Semburan napas api mereka saling tersembur satu sama lain.

Warna mereka beragam. Ada merah, hijau, kuning, dan putih. Kepakan sayap mereka menyapu apa yang ada di bawahnya. Naga-naga itu terlihat menakutkan.

Semakin lama Naira berada di tempat itu. Dia yakin, cepat atau lambat. Dia mungkin akan mati.

Kakinya bergerak mundur. Siap untuk membalikkan badan dan tepat pada saat itu. Kepala semua Naga terarah padanya.

Tatapan binatang buas. Seolah ingin membunuh dan menerkam mangsanya. Naira menelan saliva dengan sesak. Kelopak matanya terpejam. Semburan napas api bersatu dan terarah padanya.

Napas Naira terengah-rengah. Sekujur badannya. Bersimbah peluh dan wajahnya pucat.

Itu adalah mimpi terburuk sepanjang hidupnya. Seolah semua yang tadi ia impikan terasa nyata. Seolah-olah dialah saksi atas semua kejadian tersebut.

Mawar di pergelangan tangan Naira mulai mekar secara perlahan-lahan. Bereaksi. Lilitannya semakin panjang dan mulai menjalar.

Melihat jam di layar ponsel. Membuat Naira buru-buru beranjak turun dari kasur. Mengambil handuk dan bergegas pergi ke kamar mandi.

.
.
.

Tring 🔔

Lonceng dibalik pintu Veorovia Cafe and Book berbunyi. Seiring dengan penampakan Naira dibaliknya.

"Pagi," sapa Naira pada Hejian.

"Pagi Naira," balas Hejian

Veorovia (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang