Fyona - Permohonan

115 25 0
                                    

Chapter 27
Permohonan

Hejian tergagap. Dibanding mengucapkan sesuatu. Mulutnya hanya terbuka dan tertutup. Bagai ikan yang kekurangan oksigen.

Sementara itu, Seal— tatkala terkejutnya melihat kehadiran Wingsa. Urat-urat di lehernya mencuat dari lapisan epidermis kulit paling luar.

"Gue udah kehabisan kesabaran menunggu." Menatap bengis ke arah Hejian. "Gue rasa, gue perlu terlibat." Maju ke depan. Mengulurkan tangan kanan pada Seal.

Dengan netra yang masih terbelalak. Seal seolah ragu untuk menyalami Wingsa.

"Kekasih Naira. Nama gue Wingsa," jelas Wingsa.

Ia masih mengulurkan tangannya pada Seal. Kendati kemudian, Seal pun turut menyalami perjumpaan mereka berdua.

"Seal. Nama gue Seal," balas Seal dengan gugup. Kini pandangan matanya beralih pada Hejian. Ia menuntut sesuatu lewat matanya. Dan tatapan Hejian seolah berkata saya akan menjelaskannya nanti.

Setelah memperkenalkan diri. Wingsa pun menarik sebuah bangku kosong. Mendekat ke arah meja Hejian dan Seal berada. Lalu duduk bersama mereka.

"Sampai kapan, kita harus mengumpulkan semuanya? Semakin lama kita bertindak, Naira gue dalam bahaya. Gue cuma mau ngingetin kalian berdua, bahwa jika sesuatu terjadi pada tubuh Naira sekecil apapun. Gue bakal ngabisin kalian semua. Persetan dengan gelar Lord dan sihir kalian. Gue gak takut!"

"Oke, bro. Kalem, oke?" ujar Seal dengan lembut. "Gue tahu, ini masalah serius. Veorovia telah memilih cewek lo. Zenriz emang lawan yang kuat. Tapi selama 6 Lord tidak berkumpul. Kami semua tidak dapat membawa lo ke tanah kelahiran kami. Dan jangankan lo, kami saja sama sekali tidak bisa kembali. Kecuali, Naira."

Wingsa hanya berdecak kesal. Kepalan di tangan kanannya semakin kuat. Terlebih rasa sesak di dada yang semakin tak karuan memikirkan Naira. Ia terus saja merasa gelisah dan juga merasa bersalah di satu sisi.

"Gue mungkin belum dengar," ujar Wingsa dengan nada yang sedikit melembut. "Tapi bagaimana bisa semua orang kalah dalam pertarungan melawan satu orang?"

Gelak tawa langsung terdengar dari bibir Seal. Ia seperti merasa tergelitik mendengar pertanyaan seperti itu. Untuk beberapa saat, pria itu terus tertawa seorang diri. Sambil sesekali, mengusap air mata yang mengalir keluar di sudut pelupuk matanya.

"Lo mau dengar?"

.
.
.

"Naira?"

Punggung gadis malang itu berguncang. Tatkala mengenali suara tersebut. Dari pada melihat tampang Zenriz. Ia lebih memilih membenamkan wajahnya lebih dalam lagi pada kedua lututnya.

"Sudah merasa lelah?" Nada sindiran itu terdengar cukup jelas. Naira memilih diam tak berucap.

Hatinya terus bertanya. Kapan Hejian dan Wingsa akan membawanya pulang. Ia merasa ketakutan setiap saat, ketika Zenriz terus menerus hadir di sisinya.

Berada di samping Zenriz, seolah berdiri di dekat malaikat maut. Yang Naira rasa. Pria tersebut bisa kapan saja merenggut nyawanya.

"Kau ingin pulang?"

Naira tetap memilih bungkam. Zenriz sendiri tak berniat untuk mendekati. Sulur di tangan Naira adalah ancaman yang tidak bisa diremehkan.

Sepanjang hari, ia menghabiskan waktu di perpustakaan kerajaan. Guna mencari cara mengalahkan Roves di tangan Naira. Bunga itu adalah sebuah petaka baginya dan bunga keramat untuk seluruh daratan Veorovia.

Veorovia (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang