Frutu - Scary and Hurt

140 31 8
                                    

Chapter 22
Scary and Hurt

Tak ada kata yang mampu diucapkan Naira. Dia masih terlalu syok dengan kenyataan yang ia hadapi.

Ini sungguh gila, bagaimana bisa seseorang dengan mudah membunuh orang lain. Zenriz jauh lebih menakutkan daripada yang dikira Naira.

"Naira," lirih Hejian. Dia bermaksud menarik Naira untuk menjauh dari Zenriz.

Hejian sendiri juga tidak menyangka. Bahwa Zenriz bisa berbuat hal senekat itu. Tidak, seharusnya dia lebih bisa memprediksi hal tersebut akan terjadi.

"Serahkan nyawa lo pada gue. Atau justru lo ingin melihat orang lain mati konyol gara-gara lo."

Naira berusaha bangkit. Walau kedua kakinya terasa bergetar untuk menompang tubuhnya. Dia menatap Zenriz dengan sorot mata yang sangat dalam.

Angin berhembus kencang diluar toko. Kedua tangan Naira terkepal kuat-kuat. Sesuatu bangkit dalam dirinya secara misterius.

Bukanya merasa takut, Zenriz justru melipat kedua tangan di depan dada. Lalu menonton bagaimana warna rambut Naira berubah dari hitam menjadi pucat keperakan perlahan-lahan.

"Aya Kratuka Noo, Zenriz."

Suara Naira berubah. Terdengar berbeda dan berat. Bagai puluhan suara yang bercampur menjadi satu. Pupil mata Hejian membulat besar. Ditariknya tangan Naira untuk membuatnya tersadar.

"Naira? Naira?!!" panggil Hejian

Sorot mata itu bukan milik Naira. Roves telah meracuni pikirannya. Akibat rasa sakit dan perasaan terluka yang Naira rasakan didalam hati dan Roves menggunakan itu untuk mengambil ahli jiwa Naira.

Bersamaan dengan berubahnya Naira menjadi orang lain. Lima pria lainnya di tempat berbeda. Merasakan perasaan tidak mengenakkan di dalam dada mereka masing-masing.

Kepala kelimanya mendongak ke arah langit. Mereka merasakan sesuatu. Seperti sebuah amarah yang meledak-ledak.

SplasHh

Sebuah serangan dilancarkan Naira dari telapak tangannya. Ada seberkas cahaya putih yang melesat ke arah Zenriz.

PrAnGg

Dengan pedang di tangan kanan. Zenriz mampu menghalau serangan tersebut. Tapi belum sedetik menangkis. Serangan baru kembali terarah.

Bunyi pedang yang terus beradu. Mengakibatkan sebagian tempat di Veorovia mulai luluh lantah dan hancur.

Hejian sendiri, masih terpana dengan  diri Naira. Tapi sejenak ia sadar, Pertarungan itu harus di pasangkan Kekkai (Pelindung). Agar tidak terimbas pada warga sipil yang tidak bersalah.

Zenriz mulai merasa kesal. Satu-satunya cara mengalahkan Naira adalah dengan menghancurkan Roves yang melingkar pada tangan si gadis. Bahkan Zenriz tidak merasa keberatan. Jika harus memenggal tangan Naira.

Bunyi ledakan menghentikan jeda pertarungan. Bola mata Naira kembali membawanya ke alam sadar. Hanya saja, warna rambutnya tetap tidak berubah.

Tubuh Naira langsung merosot jatuh. Tapi sebelum sampai menyentuh ubin lantai. Hejian telah membopong Naira dengan gerakan cepat.

Kekuatan besar Roves. Tidak cukup mampu di tompang oleh tubuh Naira. Kekuatan itu menyerap seluruh energi mana yang Naira miliki. Wajahnya mulai memucat perlahan-lahan dan sensasi dingin menyelimuti temperatur tubuhnya.

Veorovia (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang