I.8

435 32 0
                                    

Terimakasih telah membaca...

Ditunggu vote dan comment nya ya ....

Selamat membaca... :)


"Kang, itu yang baju biru, apa mbah Dalik." Khamsu akhirnya bertanya keseseorang yang disebelahnya karena penasaran. "Iya bener." Jawab orang tersebut. "Masih muda tapi sudah dipanggil mbah." Khamsu membatin dan kembali melihat kearah Dalik.

Nampak Dalik berbicara dengan pohon tersebut. "Mau pindah apa tetap disini?" Seketika suasana menjadi hening. Warga terdiam karena penasaran ingin mendengar jawaban si pohon. Dalam keheningan, tubuh Khamsu bertambah dingin sedikit gemetar. Denyutan didahinya semakin kencang. Tidak sakit, tetapi terasa seperti ada yang mendorong dengan telunjuk dari bagian dalam. Namun ketika diraba dengan tangan, tidak ada gerakan apa – apa didahinya.
"Nda' mau pindah? Atau.. kamu mau saya paksa?" Lagi – lagi Dalik berbicara dengan pohon. Warga pun jadi heran dan saling pandang melihat Dalik si penangkap hantu berbicara sendiri dengan pohon yang tetap diam tanpa memberi jawaban

Hawa dingin yang semakin menusuk tulang disertai kaki yang gemetar, membuat Khamsu mencari sebuah pohon untuk berpegangan. Denyutan didahinya pun semakin kencang. "Duh.. badanku kok rasanya seperti ini?" Khamsu membatin. Ia pun memutuskan untuk pulang, tidak meneruskan melihat penangkapan hantu. Baru saja ingin membalikkan badan, kaki Khamsu terasa tidak bertenaga. Ia lalu merosot jatuh terduduk. Pada saat terduduk, ia secara tidak sengaja melihat sesosok makhluk perempuan berambut panjang berbaju putih di dalam pohon yang ditepuk Dalik. Ya, ia seakan dapat menembus kedalam pohon itu. Khamsu pun terkejut dan terdiam. Mulutnya seperti terkunci tak bisa berbicara. Rasa dingin dan gemetar ditubuhnya sesaat terlupakan terganti rasa heran. Dilihatnya makhluk perempuan tersebut berdiri menghadap kearah Dalik dan memandang tajam. Matanya merah menyala. Sedangkan Dalik terlihat membungkuk mengambil sebuah batu seukuran biji nangka. Lalu ia memperlihatkan batu tersebut kearah makhluk perempuan dengan menjepitnya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan seraya berujar, "Kalau kamu tidak mau pindah. Maka saya kan kurung kamu didalam batu ini.".

Warga lainnya yang tidak melihat makhluk perempuan hanya melihat Dalik berbicara dan menjulurkan batu kearah pohon. Melihat batu ditangan Dalik, makhluk perempuan hanya tertawa panjang. Tawa melengking yang membuat bulu kuduk Khamsu merinding. Namun tidak bagi Dalik, tawa itu serasa tawa biasa. Berhenti tertawa, makhluk perempuan segera meloncat kearah Dalik dengan tangan kanan siap menyerang dengan kukunya yang panjang. Namun, belum juga serangannya menyentuh sasaran, sebuah perisai gaib melindungi tubuh Dalik membuat makhluk perempuan terpental kebelakang. Sedangkan Dalik terlihat santai memasukkan batu yang masih dipegang kekantung bajunya. Setelah memasukkan batu kekantongnya, pandangan Dalik kembali kearah lawan didepannya. Ia perhatikan ada yang aneh pada pancaran energinya. Pancaran energi hitam pekat mengepul disekitar kepala makhluk perempuan lawannya. "Pantas makhluk rendahan berani melawanku. Rupanya ia bersekutu dengan para Tamisra." Ucap Dalik dalam hati. Lalu Dalik menjulurkan tangan kanannya setinggi dada dengan telapak tangan menghadap ke depan. Bola sinar berwarna biru seukuran kepalan tangan orang dewasa muncul didepan telapak tangan Dalik.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang